Arabella 12

9.7K 822 103
                                    

Dengan setengah berlari, akhirnya Rey tiba juga di ruang UKS. Naya yang sejak tadi terbaring dalam keadaan pingsan di brankar UKS, kini perlahan-lahan mulai membuka matanya. Terlihat dari raut wajah Rey, cowok itu sangat khawatir akan keadaan gadisnya itu. Naya yang melihat kedatangan Rey dengan sigap memeluk cowok itu, sambil menangis. Sisi lemah dan anggun dari seorang Naya akan membuat siapa saja yang berada di dekatnya ingin selalu melindungi gadis itu.

"Rey, jangan tinggalin aku! Please, aku butuh kamu!" ujar Naya masih memeluk erat tubuh Rey.

Rey tersenyum tipis, melepaskan pelukannya lalu menangkup kedua pipi Naya. "Nay, nggak ada yang ninggalin kamu! Lagipula kok kamu bisa pingsan?" tanya Rey.

Naya terlihat gelagapan mendengar pertanyaan Rey. Berfikir keras untuk memberikan penjelasan dengan sebaik mungkin. Naya kembali mengingat-ingat kembali kejadian sebelum ia jatuh pingsan dan dilarikan ke UKS.

Beberapa menit sebelum Naya pingsan....

Naya sejak tadi hanya berdiri, sambil terus memperhatikan dua remaja yang kini tengah menjalani hukumannya. Rey dan Ara tampak sedang berbincang-bincang, dengan posisi Rey berada di depan Ara seperti sedang melindungi Ara dari terpaan sinar matahari.

Naya yang melihat itu sedikit berdecih. cemburu? Tentu saja. Bahkan dirinya sendiri belum pernah sekalipun mendapatkan perlakuan manis seperti itu dari Rey. "Ih, Ara si anak baru itu carper banget sama Rey. Ish, gue harus bisa berbuat sesuatu! Gue nggak rela Rey dekat-dekat sama cewek manapun. Udah capek-capek ngejar sampai dapetin Rey, dan harus berpura-pura lemah kayak gini juga."

Tiba-tiba saja terbersit sebuah ide cemerlang dalam pikiran Naya, gadis itu tersenyum miring dan mulai memikirkan cara untuk melancarkan aksinya.

Karena sekarang dirinya yang tengah berada di dalam ruang kelas, itu menjadi salah satu keuntungan tersendiri bagi seorang Naya. Naya melirik sekitarnya, terlihat banyak siswa-siswa yang tengah sibuk dengan aktivitas mereka masing-masing. Sepertinya suasana kali ini sangat mendukungnya.

Naya sedikit menggeser tubuhnya, yang tadinya sedang berdiri di depan jendela memandangi  sang kekasih, kini gadis itu dengan sengaja menjatuhkan tubuhnya di lantai kelas yang cukup dingin. Tapi sebelum melakukan aksinya itu, Naya terlebih dahulu melirik sekali lagi, siapa tau saja ada siswa yang mengetahui bahwa dirinya hanya pura-pura saja. Kalau bukan karena Rey, gue nggak akan mau ngelakuin hal kayak gini! batinnya berkata.

Semua siswa yang terkejut akan suara yang timbul akibat Naya pingsan, segera melemparkan tatapannya mencari asal suara itu. Dan betapa terkejutnya mereka saat melihat Naya, sang primadona sekolah jatuh pingsan di lantai kelas yang dingin. Para siswa-siswa itu mulai berlari-larian ke arah Naya, untuk menolong gadis itu.

"Eh, eh panggiilin Rey dong! Bilang kalau Naya pingsan." Siswa laki-laki yang mendapat perintah itu, lantas berlari mencari sang ketos.
                  
                   ... Arabella...

Naya segera tersadar dari lamunannya, saat Rey melambai-lambaikan tangannya tepat di depan wajah Naya. "Kok kamu malah bengong, sih?"

Naya tersenyum kikuk, apa yang harus ia katakan? Tidak mungkin juga jika ia harus mengatakan apa yang sebenarnya terjadi, bahwa dirinya hanya pura-pura saja. "E-nggak  kok Rey, tadi kepala aku tiba-tiba aja pusing. Terus aku udah nggak tahan lagi, dan akhirnya aku pingsan deh. Maaf ya aku ngerepotin kamu tadi!"

Rey segera menggeleng. "Aku nggak repot kok, itu udah tugas aku untuk jagain kamu."

Naya kembali membekap tubuh Rey dengan sangat erat. "Makasih ya sayang!" ucapnya.

"Ehem, iya deh iya. Dunia serasa milik berdua, yang lain cuma ngontrak." Naya yang melihat kedatangan Nathan dan dan teman-temannya yang lain segera melepaskan pelukannya dari Rey, ia hanya bisa tersenyum malu.

"Soswet banget sih Abang aku, jadi pengen deh diperlakuin kayak calon kakak ipar." Alexa menyenggol pundak Rey, seakan tengah mengejek kembarannya itu.

"Apaan, sih! Lo semua dari mana aja?" sahut Rey.

"Lo lupa, kalau tadi lo nyuruh kita nontongin si Dirga yang lagi tanding basket? By the way keadaan lo gimana Nay? Masih sakit?" kini giliran Rafael yang melontarkan pertanyaan.

Naya tersenyum manis khasnya. "Aku udah baikan kok. By the way Ara, gimana? Aku kasian deh liat Ara, pasti dia kepanasan. Jujur aku pengen banget bantuin dia, tapi Ara kayaknya nggak suka banget sama aku," ujar Naya sedih.

"Naya, Naya. Lo itu yah, udah berapa kali dijahatin sama si Ara itu tapi masih tetap juga lo mikirin dia!" ketus Alexa.

Naya tersenyum manis. "Ih, Lexa. Kita nggak boleh gitu tau, aku yakin Ara itu baik, cuma karakternya aja yang memang keras."

"Udah-udah nggak usah bahas dia lagi. By the way Nat, tadi ada cewek yang nyariin lo!" Mendengar namanya disebut, Nathan lantas berjalan mendekati Rey. Kepo, siapa gadis yang mencarinya tadi. "Ha? Beneran, siapa?" tanyanya antusias.

Rey tampak mengingat-ingat, siapa nama gadis yang mencari Nathan tadi. "Kalau nggak salah, tadi namanya Via. Katanya sih pacara lo," ucap Rey.

"Mantan lebih tepatnya!" ucap Nathan malas. Dulu ia memang pernah berpacaran dan menyukai Via, tetapi saat Via memutuskan untuk ikut ayahnya ke luar negeri, Nathan lebih memilih untuk mengakhiri hubungan mereka. Karena Nathan tidak suka jika harus berpacaran jarak jauh. Nathan kembali dengan sifatnya sebelum berpacaran dengan Via, yaitu suka gonta-ganti pacar atau fakboy.

"Wah-wah udah balik dia, yang udah berhasil buat Nathan berhenti jadi fakboy. Nat gimana nih, balikan nggak?" ledek Rafael.

"Nggak! Gue, 'kan udah punya Ara!" jawab Nathan sombong.

"Yaampun, Nat udah berapa kali sih gue bilang, Ara mana mau sama lo!" sahut Rafael.

"Aelah, bacot lo!"

Rey hanya bisa diam, ia diam! Tapi hatinya terus saja mencemaskan keadaan Ara.

Tapi mengapa ia mengawatirkan gadis itu, bukannya sudah ada Naya? Ia berpikir sejenak, apakah ia salah? Ia hanya ingin melihat keadaan Ara saat ini, apakah gadis itu masih menjalankan hukumannya? Atau ia sudah pergi, dan kembali melanggar peraturan sekolah dengan membolos. Rey lantas berjalan mendekati sebuah jendela, Rey menjatuhkan pandangannya pada sosok gadis yang masih tetap berdiri tegak di lapangan dengan ditemani sinar matahari yang panas.

Rey tidak habis pikir, kenapa gadis itu masih kuat menjalani hukumannya. "Strong girl," monolog Rey pelan.

Naya sedari tadi terus memperhatikan gerak-gerik Rey, gadis itu berusaha bangkit dari brankar tempatnya berbaring. Naya Berjalan mendekati Rey, ingin memastikan apa yang sedang dilakukan oleh pria itu, sampai-sampai ia tidak ikut berbincang-bincang dengan para sahabatnya. Tidak seperti biasanya. Namun kehadirannya belum juga disadari oleh Rey, ia mengikuti kemana arah pandangan Rey.

Tersulut rasa cemburu di hatinya, saat melihat gadis yang akhir-akhir ini sering mengambil perhatian Rey, sama seperti kali ini Rey mengabaikan kehadirannya dan hanya sibuk memandangi Ara. "Rey kamu liatin apa, sih?" tanyanya dengan nada lembut.

Seketika Rey membuyarkan lamunannya, ia baru menyadari akan kehadiran Naya yang kini sudah berdiri di sampingnya. "Nggak liatin apa-apa. Lo ngapain bangun? Sana rebahan aja!" ucapnya.

Naya berusaha tersenyum, menutupi kekesalannya. Sudah lama setelah ia menembak Rey, pria itu tidak lagi menyebutnya dengan kata 'lo'. Namun kenapa sekarang ia kembali seperti dulu? Tapi, tidak! Naya tidak boleh marah, ia tidak boleh menunjukkan pada Rey bahwa ia sedang marah saat ini, ia harus tetap menjadi Naya yang lembut di hadapan Rey. "A--aku udah baikan kok Rey. Aku mau balik aja ke kelas, kamu bisa nggak bantu aku?"

"Yaudah, ayok!"

To Be Continue....

Sorry for typo 🙏

The Mission  [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang