Arabella 23

7.3K 728 7
                                    

Happy reading 🖤
.
.
.
.

Sudah satu jam lamanya, Via terus memohon agar Ara mau mengizinkannya menginap. Bukan Via namanya jika harus menyerah begitu saja, meskipun sudah diusir beberapa kali. Namun ia tetap kekeuh ingin menginap di rumah Ara. Bahkan bodyguard-bodyguard yang diperintahkan Ara untuk mengusir Via, sejak tadi hanya bisa diam mendengarkan semua ocehan-ocehan gadis itu karena tidak mau di seret keluar.

"Ara, gue mohon sekali ini aja, please!" mohon Via sambil terus merengek seperti anak kecil.

Sejak tadi Ara tetap terfokus pada handphonenya, gadis itu tidak berniat untuk menggubris perkataan Via. Sementara Via terus merengek memohon pada Ara.

"Ara yang cantik boleh, ya? Via sendirian di rumah, nggak ada temennya. Satu malam ini aja! Boleh, ya? Via nggak bisa tidur nyenyak kalau lagi di rumah sendirian, janji deh hanya malam ini!" Via mengangkat dua jarinya membentuk huruf V.

"Kenapa harus ke sini, ha?!" tanya Ara masih tetap memainkan gawainya.

Tangan Via bergerak untuk menusuk-nusuk pipi Ara. Gadis itu menampilkan raut wajah memelas. "Gue nggak ada temen selesain lo, dan gue percaya keamanan gue di sini lebih terjamin, 'kan bodyguard lo banyak. Boleh, ya? Huh, sumpah gue nggak tau lagi, deh kalau lo nggak ngijinin gue nginap di sini. Mungkin besok gue udah tinggal nama, atau mati karena ketakutan!"

Ara menghela napas berat. "Yaudah!"

Seketika mata Via berbinar, kala mendengar jawaban Ara. Apakah itu artinya, ia boleh menginap? Ah, senang sekali rasanya. Via lantas bangkit dari duduknya, dan mulai menarik tangan Ara untuk menari bahagia bersamanya. "Yaampun, makasih, makasih, dan makasih. Sumpah gue seneng banget, seneeeeng benget. Akhirnya gue bisa nginap di sini, bisa adain girls time bareng lo. Huh, nggak bisa gue gambarin deh gimana bahagianya gue sekarang!"

Ara terus menampilkan wajah datarnya, gadis itu kembali menarik tangannya dari genggam Via. Ara berjalan ke salah satu bodyguard, yang sejak tadi memegangi koper Via. "Bawa koper itu ke kamar tamu!" titah gadis itu sembari mulai berjalan, menaiki satu persatu anak tangga untuk sampai ke kamarnya.

Via tetap terlihat bahagia meskipun ia tidak bisa tidur di kamar Ara, gadis itu sudah mempunyai ide untuk bisa melancarkan rencananya melakukan Girls time bersama Ara. Via mulai mengikuti langkah bodyguard untuk berjalan ke kamar tamu. "Om bodyguard ... Via boleh nanya sesuatu, nggak?" tanya Via di sela-sela langkahnya.

Bodyguard berbadan kekar itu mulai memasukkan koper Via ke dalam kamar tamu. "Nanya apa, ya?"

"Orang tua Ara ada di mana? Kok selama Via ke sini, nggak pernah liat orang tua Ara?" tanya Via mulai masuk ke dalam kamar.

Bodyguard itu tampak berpikir, apakah ia harus menjawab pertanyaan Via. Sepertinya iya, toh juga Via sahabat Ara. Jadi tidak akan masalah jika harus memberitahu gadis itu. "Tuan dan Nyonya sudah meninggal tujuh tahun yang lalu. Mereka terbunuh dengan sangat sadis!"

Via tertegun mendengar penuturan bodyguard itu, ia pikir alasan ia tidak pernah melihat orang tua Ara karena mereka sibuk bekerja. Ternyata dugaan itu salah, gadis itu merasa iba pada Ara. "Oh, terus Om bodyguard tau nggak, kenapa Ara dingin kayak es batu gitu? Buat ngomong satu kata aja, kayaknya susah banget!"

"Mungkin itu dampak dari trauma nona muda dulu, karena dia melihat secara langsung kematian kedua orangtuanya." Via hanya menanggapinya dengan anggukan. Gadis itu mulai menutup pintu kamar. 'Berarti karena hal itu juga Ara nggak mau berteman dengan orang-orang, yah ... Karena dia trauma. Akhirnya Via udah dapat jawaban-nya. Oke ... Kalau gitu gue harus bantu untuk ngubah Ara, dan hilangin traumanya atas kematian kedua orang tuanya!' batin Via.

The Mission  [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang