Chapter 11

7.2K 730 13
                                    

"Camera, rolling ... action!"

PLAK!

Tangan Erlangga terayun dan langsung menampar wajah Sonya. Lelaki itu melakukannya, setelah Sonya mencoba menjambak Kania dengan lelaki lain untuk tidur bersama.

Sonya lalu memegang bagian wajahnya yang ditampar. Ia beralih menatap tajam ke arah Kania dan mencoba menjambak rambut wanita itu. Namun berhasil dicegah oleh Erlangga.

"Dasar wanita jalang!"

Teriakan Sonya penuh emosi dengan makian kasar, akhirnya membuat Erlangga terpaksa mendorong Sonya ke belakang, hingga tersungkur.

"Cut!"

"Kerja yang bagus Sonya!" teriak Benuja selaku sutradara. "Syuting cukup sampai di sini dulu, akan dilanjutkan besok."

Tangan Erlangga terulur kepada Sonya yang masih duduk di lantai. Namun tangan tersebut tidak langsung diraih oleh Sonya.

"Apakah ... aku terlalu keras kepadamu?" tanya Erlangga dengan mata membeliak.

Sonya menggeleng pelan. "Bukan seperti itu, aku hanya merasa lelah setelah seharian syuting."

"Kau hanya melakukan lima adegan, dibanding aku melakukan hampir dua puluh," celoteh Kania mendengar ucapan Sonya sebelumnya.

Sonya mendengkus pelan, lalu berdiri sendiri. "Setiap orang punya batas tersendiri."

"Berarti kau tidak cocok di industri ini.'

"Sudah hentikan," sela Erlangga yang telah mengetahui hubungan Sonya dan Kania yang buruk. Sama seperti di dalam film.

Baik Sonya maupun Kania memberi tatapan tajam kepada Erlangga. Namun Sonya terlebih dahulu meninggalkan tempat tersebut menuju tenda yang telah disiapkan.

"Setelah ini, ada jadwal lain?" tanya Sonya telah duduk dan menyalakan kipas angin portable miliknya.

Farah selaku manajer kemudian membuka table pc yang dipegangnya. "Tidak, jadwal pemotretanmu ditunda sampai lusa."

Sonya menarik napas panjang. Setelah lelah seharian syuting film, dirinya juga masih kesal dengan tingkah Kania tadi. "Kalau begitu aku ingin ke apartemen Gege," ujarnya memikirkan sesuatu.

Namun baru saja Sonya bangkit dari kursinya, tiba-tiba datang Erlangga yang masuk ke dalam tenda.

"Kau mau ke mana?" tanya Erlangga dengan dahi mengernyit.

"Apartemen Gege."

Senyum langsung mengembang pada bibir lelaki itu. "Benarkah?"

"Kenapa kau terlihat senang? Bukankah masalahmu dengannya sudah selesai?" Sonya mengingat akan obrolannya dengan Gege, perihal masalah sahabatnya itu dengan Erlangga.

"Ya benar, hanya saja ... aku menginginkan lukisan Gege yang katanya tidak dia jual."

"Lover's Death."

Erlangga menjentikkan jarinya. "Ya, itu nama lukisannya." Lelaki itu masih mengingat lukisan seorang wanita yang memegang mawar di belakang tubuhnya. Sedangkan latar lukisan itu adalah laut.

Sonya lalu terdiam sesaat. "Gege melukis untuk tiga hal. Galeri, museum dan dirinya sendiri."

"Apa? Maksudmu studio di apartemennya? Aku tidak sengaja masuk ke sana ketika mengejar Tofu," balas Erlangga dengan wajah bingung.

Sonya mengangguk pelan. "Jika kau ingin membeli lukisannya, maka datanglah ke galeri. Aku pergi dulu, rasanya tulangku mau remuk."

Erlangga melamun memikirkan ucapan Sonya, sehingga tidak sadar bahwa wanita itu telah pergi dari hadapannya. Belum pernah dirinya bertemu dengan pelukis yang bersembunyi dibalik identitasnya, kecuali Gege.

Sandiwara SonyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang