Chapter 10

7.7K 775 9
                                    

Sonya menghadapi dilematis dan kepusingan tiada tara. Bagimana tidak, dirinya harus membantu Erlangga untuk bertemu dengan Gege, dan juga dijadwalkan oleh Nevan untuk bertemu ibu pria tersebut. Hal itu terjadi pada hari yang sama. Mau tidak mau, wanita itu harus memutar otaknya, agar keduanya dapat dilakukan.

Untuk yang pertama , Sonya akan merayakan ulang tahun Tofu di apartemen Gege. Tentu saja akan datang bersama dengan Erlangga. Oleh karenaa itu, Sonya kini mengendarai mobilnya sendirian ke apartemen lelaki itu.

Dengan memakai kacamata hitam dan topi baret, Sonya berharap tidak ada yang mengenalinya. Ia sengaja tidak memakai masker, karena malah akan terlihat mencurigakan. Apartemen Erlangga yang dulu menjadi awal mula sandiwaranya tergolongountuk kelas menengah ke atas, sehingga tidak jarang sebagian unitnya kosong ditinggal pemiliknya yang sibuk bekerja atau sibuk berkeliling dunia,

Setelah sampai di depan unit Erlangga, tangan Sonya langsung menekan bel. Tidak lama kemudian Erlangga muncul dan telah berpakaian rapi. Tak lupa lelaki itu mengulas senyum kepada Sonya yang sudah bersedia membantunya.

''Ku ingin kita langsung berangkat?'' tanya Erlangga ang berniat menawarkan Sonya secangkir teh, karena mengetahui bagaimana wanita itu sudah repot mendatanginya.

Sonya menyengir. ''Tidak usah terlalu kaku, sebaiknya kita berangkat sekarang, karena aku memiliki janji lain hari ini.,,'' ungkapnya melirik jam tangan.

Erlangga tersenyum tipis. ''Bertemu dengan ibuku bukan?'' tebaknya membuat Sonya terkejut.

''Bagaimana kau tahu? Apa Mas Nevan yang memberitahumu?''

Suara tawa kecil Erlangga terdengar. ''Aku hanya mendengar ibuku kembali kemarin. Sudah pasti dia ingin bertemu denganmu bukan?''

Tiba-tiba Sonya menyipitkan mata, memasang wajah sarkastik. ''Kau tahu ibumu kembali ke Indonesia dan tidak menemuinya atau mengucap salam?''

Erlangga sedikit terkesiap mendengar ucapan Sonya. Pasalnya wanita itu berucap dengan nada tegas bercampur penuh perasaan emosional. Perkataan Sonya semakin terdengar jelas, karena lorong apartemen yang sepi.

''Aku berniat melakukannya malam ini. Kemarin aku baru mengetahuinya saat larut malam, setelah jadwalku selesai. Aku juga telah menelepon ibuku dan dia yang bilang ingin bertemu denganmu,'' jelas Erlangga yang menunjukkan raut wajah seperti anak kecil yang telah dimarahi.

''Tunggu dulu, kenapa kau malah marah tidak jelas kepadaku?'' Erlangga yang sempat tertunduk, kini kembali mendongak menatap Sonya. Ia merasa aneh dengan merasa bersalah, padahal tidak melakukan apapun.

Sonya menarik napas. ''Aku hanya tidak ingin kau melupakan ibumu, hanya karena dia tidak bersamamu selama beberapa waktu ini,'' balasnya pelan dengan pandangan seolah menerawang sesuatu.

''Sudahlah, ayo kita berangkat sekarang. Tofu pasti telah mengeong di dalam mobil saat ini,'' lanjut Sonya tidak ingin larut lebih dalam terhadap suasana hatinya saat ini.

Erlangga hanya mengangguk singkat, lalu mulai mengikuti Sonya menuju parkiran basement. Ia juga melirik sekitar, memastikan tidak akan ada artikel yang keluar tentang kepergiannya bersama Sonya. Akan sangat merepotkan jika dirinya digosipnya jalan berdua secara diam-diam dengan Sonya, tanpa kehadiran Nevan.

Memacu kendaraan di atas delapan puluh kilometer per jam, menjadikan Sonya berhasil membawa Erlangga ke apartemen Gege kurang dari setengah jam.

"Apa kau mencoba membuatku jantungan?" gerutu Erlangga tidak pernah menduga bahwa Sonya termasuk orang yang liar di jalanan.

Sonya hanya mengulas senyum tipis, bahkan setelah memasuki bagian lobi menuju elevator. "Bukankah menyenangkan berkendaraan di jalanan sepi seperti tadi?"

Sandiwara SonyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang