Chapter 15

960 102 15
                                    

.
.

.
.
.


warning...
typo bertebaran...

Revisi setelah selesai FF nya

selamat membaca ya...
.
.
.
.
Sebelumnya.....
"Pembicaraan ini belum selesai, Bunny. Beristirahatlah, dan kita akan bicara lagi besok pagi."
.
.
.
Tetapi Yibo tidak bisa bicara lagi dengan Xiao Zhan keesokan paginya, atau pada siang hari, atau kapanpun di waktu Yibo berusaha menjumpainya. Pria manis yang membuatnya marah itu telah meninggalkan kota..... Suatu hal yang tidak pernah dipikirkan Yibo sebelumnya. Tentu saja baik bibi Xuan Lu maupun staf-nya tidak mengakui keberadaan Xiao Zhan itu dalam liburan yang mendadak ini ataupun kapan Xiao Zhan akan pulang.

"Untung saja aku memiliki uang untuk menyewa jasa seseorang agar mencari keberadaan Xiao Zhan" pikir Yibo.

Beberapa hari kemudian ketika sedang duduk di kamar Chen Yu, mantan agen pemerintah yang membuka jaringan agen penyelidikan (Private Detective Agency).

"Dia ada di South Carolina," Chen Yu memberitahunya. "Dia tinggal disuatu tempat milik seorang teman kuliahnya, Angelika Havi."

Tak dapat menahan diri lagi, Yibo mulai memberikan pertanyaan - pertanyaan kepada Chen Yu.

"Apakah Xiao Zhan baik - baik saja? Dia tidak sakit, kan? Dan orang yang bernama Havi itu, apakah dia selalu bersamanya kalau terjadi apa - apa?"

Baru sekarang Yibo mengakui betapa ia sangat mengkhawatirkan Xiao Zhan. Ia telah menghabiskan tiga hari terakhir ini dengan memikirkan Xiao Zhan.... Xiao Zhan dalam keadaan sakit seperti yang pernah dialaminya di toko perhiasannya, Xiao Zhan yang sakit diserang oleh rasa pusing dan Xiao Zhan yang kelihatan begitu rapuh dan lemah.

Yang paling parah adalah ketika ia terbaring dengan mata terbuka di tempat tidur pada malam hari terus terbayang Xiao Zhan, sendirian disuatu tempat, kesakitan, dan keguguran seperti yang pernah dialaminya dulu. Dan Yibo tidak berada disisinya untuk menolongnya.

"Menurutku, dia kelihatan baik - baik saja, tetapi coba lihat saja sendiri." Sang detektif a.k.a Chen Yu mengeluarkan beberapa foto dari amplop manila besar, kemudian menyodorkan foto - foto itu diatas meja ke arah Yibo.

Kelihatannya diambil dengan lensa tele, gambarnya buram, tapi tidak mungkin salah.

Itu memang Xiao Zhan. Ada minimal sekitar selusin foto, Xiao Zhan sedang menyusuri pantai, Xiao Zhan berjalan ditepian air laut, Xiao Zhan duduk di pasir melihat ke arah laut dengan ombak menari - nari di jari kakinya. Sekalipun wajahnya tampak suram, Xiao Zhan kelihatan sehat dan...sangat sedih.

"Dia sendirian, dan menurut perkiraanku dia memang ingin menyendiri. Dia sama sekali tidak pergi ke kota. Barang - barang kebutuhannya dikirim langsung kerumah. Dan satu - satunya tempat yang dikunjunginya bila sedang keluar rumah adalah pantai. Dan ia hanya pergi ke pantai kalau tidak ada orang lain disekitar tempat itu. Selain itu, ia hanya duduk - duduk di pinggiran sambil membaca atau memandang laut."

Tidak mengherankan, Yibo menyimpulkan. Bahagia atau sedih, Xiao Zhan selalu tertarik pada laut. Bulan madu mereka, walaupun sangat singkat, dihabiskan di hotel murahan di pantai sepanjang Teluk Mississipi karena Xiao Zhan ingin dapat mendengarkan suara desir ombak setiap kali mereka berada di luar ruangan.

Yibo menelusuri wajah di foto - foto itu dengan jari - jarinya, mengenangnya sebagai seorang yang penuh gairah dan semangat yang sekarang telah berubah menjadi seorang yang mandiri, yang sedang mengandung anaknya.

Kebutuhan untuk melindungi pria manis itu dan bayinya begitu kuat sampai hampir tak tertahankan.

Ia sangat ingin pergi menemui Xiao Zhan, melihat dengan mata kepalanya sendiri bahwa laki - laki manis itu baik - baik saja.

Melakukan hal itu akan menjadi sebuah kesalahan. Yibo mengakui, karena Xiao Zhan akan mengusirnya. Tapi ia tidak dapat duduk - duduk saja disini tanpa berbuat seauatu.

Ia pernah gagal melindungi Xiao Zhan dan anak mereka ketika tidak menghalangi Xiao Zhan meninggalkan dirinya. Ia tidak mau gagal lagi sekarang.

Aku tidak akan gagal, Yibo berjanji kepada dirinya sendiri. Xiao Zhan dan bayi itu adalah tanggung jawabnya. Apakah Xiao Zhan suka atau tidak, ia Wang Yibo akan menjunjung tinggi tanggung jawab itu.

"Terima kasih, Yu. Kau bekerja dengan baik. Aku menghargainya."

"Senang sekali aku bisa melayanimu." jawab Chen Yu. Pria itu berdiri, jelas mengira bahwa pernyataan Yibo tadi merupakan tanda bahwa pembicaraan mereka telah selesai.

Yibo berdiri. "Aku ingin kau terus mengawasinya untukku."

"Tidak masalah. Aku sudah menugaskan bawahanku untuk mengamatinya sementara aku bertemu denganmu disini. Aku sudah memintanya untuk tetap bertugas sampai aku kembali."

Yibo mengangguk, puas akan ketelitian pria itu.

"Sementara itu, aku punya tugas tambahan untukmu."

"Apa yang kau perlukan?"

"Apa saja yang bisa kau peroleh untukku tentang toko perhiasan 'Exclusive'," jelas Yibo. Ia memutuskan untuk mengecek kecurigaan yang telah menggerogoti dirinya sejak singgah ke toko Xiao Zhan. Toko itu sudah hampir kosong dan rupanya hanya memperkerjakan sejumlah kecil karyawan, tidak lagi seramai tahun - tahun sebelumnya.

Kenyataan bahwa tidak seorangpun pegawai yang menjaga rumah Xiao Zhan saat Yibo berada disana juga tampak aneh, tapi ia hanya mengaitkan hal itu dengan usaha perampingan yang dilakukan Xiao Zhan sejak kematian ayahnya.

Saat itu Yibo tidak berpikir jernih, kalau tidak seharusnya ia sudah mencurigai sejak awal kemungkinan penyebab lain perampingan tersebut. Tetapi ia sekarang bisa berpikir jernih. Sesudah membicarakan yang diinginkannya dengan detektif itu, Yibo mengantarkan pria itu ke pintu.

"dan Yu?"

"Ya?" sang detektif berbalik, mata cokelatnya yang cerdas itu membalas tatapan Yibo.

"Aku ingin diberi kabar segera setelah Xiao Zhan meninggalkan South Carolina. Siang atau malam, tidak peduli, kapan saja. Tolong pastikan aku mendapatkan kabarnya."

Teleponnya datang terlambat seminggu kemudian. Segera setelah Yibo diberitahu bahwa pesawat Xiao Zhan akan mendarat di bandara Provincetown, ia sudah mempersiapkan diri. Sambil duduk diayunan di beranda rumah Xiao Zhan yang seperti museum karena penuh sesak dengan benda antik.

Yibo memijat otot - ototnya yang tegang di dasar tengkuknya. Ia sudah biasa melakukan negoisasi bisnis senilai milliaran dolar tanpa rasa gentar seperti yang dialaminya saat ini.

MELAMAR, bahkan kepada orang yang pernah menolaknya, seharusnya tidak menyebabkan perutnya terasa mual dan perih ditambah dengan sarafnya yang tegang. Tapi itulah yang terjadi sekarang, Yibo mengakui dengan perasaan muak.

Pada dasarnya ia selalu mempunyai sisi lemah setiap kali berhubungan dengan masalah Xiao Zhan, waktu dan kesuksesan tidak berhasil mengubahnya.

Sebenarnya, situasinya lebih buruk saat ini karena jika pria manis itu menolak lamarannya, Yibo tidak punya pilihan lain selain memainkan kartunya.

Sebagai ganti lamaran pernikahaan, Yibo akan menawari Xiao Zhan suatu pertukaran, tawaran yang terpaksa harus diterima Xiao Zhan.

Yibo mencibir dengan rasa muak atas panjangnya prosedur yang dipersiapkannya untuk menjamin anaknya lahir secara sah.

Ia sungguh tidak menyukai dirinya yang berlaku sekasar itu, tapi ia akan melakukannya bila perlu.

Yibo mendesah, membenci rencananya untuk memojokkan posisi Xiao Zhan dengan ancaman. Seharusnya akan jauh lebih mudah bagi keduanya jika saja Xiao Zhan setuju menikah dengannya.

Jauh lebih mudah dan menyenangkan, Yibo mengakui sambil mengenang perasaannya saat Xiao Zhan dalam pelukannya sepuluh hari lalu. Xiao Zhan begitu manis dan bergairah ketika ia menciumnya.

Untuk waktu singkat, menjunjung tinggi tanggung jawab adalah hal terakhir yang Yibo pikirkan....
.
.
.
TBC
.
.
.
Hi semuanya, gimana khabarnya🙇🏻‍♀️🙇🏻‍♀️🙇🏻‍♀️
.
.
.
Tetap sehat selalu dan jalankan protokol kesehatan ya😁
.
.
.
Sampai jumpa di chapter berikutnya...👋🏻👋🏻👋🏻
.
.
.
Jangan lupa vote dan commentnya
.
.
.
🌟
👇
👇
👇

LOVING YOU | Yizhan (MPREG) | SlowupWhere stories live. Discover now