Chapter 1

3.4K 284 9
                                    

warning

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

warning...typo bertebaran...
Revisi setelah selesai FF nya

selamat membaca ya...
.
.
.
.
.

“…aku hanya berharap…..aku telah melakukan sesuatu yang benar. Kau sangat berarti bagiku, Axiao. Aku hanya ingin….aku hanya ingin kau bahagia.”

Sesuatu dalam suara bibinya mengembalikan perhatian Xiao Zhan, mengalihkannya dari kenangan masa lalu.

“Aku memang bahagia, bibi XuanLu. Kau telah memberiku sesuatu yang paling kuinginkan didunia ini, Seorang bayi atau paling tidak kesempatan untuk memiliki bayi lagi.”

Kerutan khawatir melintasi alis bibinya. “Seindah – indahnya seorang bayi, dia hanya mengisi sebagian hidupmu. Bagaimana tentang suami? Seseorang untuk berbagi hidup bersamamu? Tidakkah kau menginginkan seseorang menjadi ayah bagi anak ini dan bisa menambah anak lagi?”

Xiao Zhan mendesah mendengar penilaian sederhana Bibi XuanLu tentang semua hal yang hilang dalam hidupnya.

“Bibi tidak membutuhkan seorang pria untuk membuat hidup bibi sempurna, begitu pula aku.”

“Kita tidak sedang membicarakan diriku, Sayang. Lagi pula, aku pernah punya seseorang. Seseorang yang karena kebodohanku, kubiarkan pergi. Aku sekarang sudah tua, dengan masa lalu yang cukup panjang. Jangan menyia – nyiakannya. Jangan puas dengan kenangan dan penyesalan.”

“Aku tidak menyia – nyiakan hidupku,” Xiao Zhan menegaskan.

“Kau yakin? Mau tak mau aku teringat kali pertama kau hamil. Batapa kau dan Yibo bahagia dan penuh cinta dan ketika kalian berdua menikah…”

“Pernikahan kami suatu kesalahan. Kami terlalu muda untuk mengerti apa yang kami perbuat.”

Kerutan di dahi bibinya semakin dalam. Mata cokelat seperti mata ayahnya, memaku Xiao Zhan.

“Kau cukup dewasa untuk mengerti bahwa kalian saling mencintai, untuk menghasilkan seorang anak bersama. Aku sering bertanya – tanya jangan – jangan ayahmulah yang memaksakan pembatalan itu…”

“Daddy berbuat apa yang menurutnya terbaik,” kata XiaoZhan, kerongkongannya tercekat. Ia berpaling, menatap ke luar jendela, sambil memeluk dirinya seakan – akan hal itu dapat menghentikan rasa sakit yang selalu muncul bila ia berandai – andai. Andaikan ia menemui Yibo dan menceritakan kepada pria itu tentang ancaman – ancaman ayahnya untuk menanggkap suaminya itu, karena Xiao Zhan saat itu masih dibawah umur…. kecuali bila dia membatalkan perkawinan itu. Andaikan ia tidak berbohong kepada Yibo, tidak mengatakan ia tidak mencintai pria itu. Andaikan…”

“Sayang,  aku tahu betapa kau mencintai ayahmu. Dia kakakku, dan aku mencintainya juga. Tetapi itu tidak berarti aku buta terhadap kesalahannya. Dia tidak sempurna. Kadang – kadang dia membuat kesalahan, menilai orang secara tidak adil. Dia salah, tentang Wang Yibo. Begitu juga dia salah karena mencampuri pernikahan kalian, memaksamu membuat pilihan.”

“Yang sudah terjadi, biarlah berlalu, Bibi Xuan Lu. Kita tidak dapat kembali.” Bertekad untuk mengunci pintu ke masa lampau yang menyakitkan itu, Xiao Zhan berbalik menatap bibinya.

“Yang terpenting, masa depan. Bayi ini adalah masa depanku.”

“Kau benar,” kata bibinya, mengalihkan pandangan kekhawatiran kearah perut Xiao Zhan. “Aku hanya berharap bahwa apapun yang terjadi…”

Tiba – tiba dengan ketakutan, Xiao Zhan meletakkan tangan penuh perlindungan ke perutnya. Rasa takut menyelubunginya  bagaikan cengkraman diseputar jantungnya.

“Bibi XuanLu, adakah sesuatu yang belum kau ceritakan padaku? Adakah…adakah sesuatu yang tidak beres dengan bayiku?”
Xiao zhan bertanya sambil memajukan bibirnya dengan imut.

Bahkan setelah dia dewasa pun kelakuannya tidak berubah sama sekali. Ia akan melakukan hal ini ketika dia merasa khawatir atau sebel akan suatu hal, pikir Xuan Lu dalam hati sambil tersenyum melihat tingkah laku keponakan tersayangnya ini.

“Tidak. Oh, tidak anakku. Tidak ada apa – apa dengan bayimu.”

“Lalu ada apa? Mengapa wajah Bibi terlihat muram?” Bibi XuanLu menggeleng dan tersenyum kaku.

“Kukira aku hanya khawatir kalau – kalau aku sama parahnya dengan ayahmu, karena akulah yang mencampuri kehidupanmu sekarang.”

Rasa lega menghampiri diri Xiao Zhan. “Tidak. Bibi telah memberiku hadiah yang tidak ternilai.”

“Tetapi andaikan.”

“Tidak ada andaikan,” Xiaozhan menegaskan. “Segalanya akan baik – baik saja. Kali ini, takkan ada yang salah sama sekali.”

.
.
.
.
.

Woahhh...

Gimana guys.... comment nya...😁

I'm back..... Najie kembali....

Akhirnya lanjut ch 1

Seperti biasanya guys...

Vote...

Vote...

Vote...

👇👇👇



LOVING YOU | Yizhan (MPREG) | SlowupWhere stories live. Discover now