“Aku tak butuh ucapanmu, yang terpenting adalah bukti nyata perbuatanmu. Percuma saja kalau perkataan manis tapi perbuatan pahit.”
“Itu sebabnya jangan pernah percaya akan janji manis.”
Aku berjalan sedikit pincang menuju tempat dimana kesedihan ku tercurah, tempat dimana keluh ku selalu didengarkan dan tangan yang selalu diulurkan.
Meskipun mataku tak bisa melihat apa apa tapi aku bisa merasakan disini tempatnya lebih baik daripada rumahku yang udah kerasa seperti sebuah neraka.
Pepatah mengatakan “Tinggalah ditempat dimana kamu bisa dihargai dan disanyangi” dan itulah yang sedang aku lakukan.
“Ada apa doy kok kesini?” tanya seorang perempuan cantik yang baru saja menyadari ada sesosok lelaki yang masuk kedalam kedai coffenya.
Ternyata dia, Kim Doyoung menuju kesebuah kedai kopi yang didalamnya sangat sepi. Karena memang nggak ada pengunjung hari ini.
“Apa kau sakit?” tanya perempuan itu berjalan mendekat kearah Doyoung mencoba memeriksa tubuh Doyoung.
“Kak Irene kira saya kesini cuma waktu kesakitan doang?” kesel Doyoung yang duduk disalah satu bangku ditemani perempuan bernama Irene.
“Apa kau butuh bantuanku? Mentalmu nggak stabil kah? Atau—”
“Perkataanmu menyinggungku sungguh, aku ini bukan orang sakit yang harus terus mendapatkan penangananmu” Irene bernafas lega.
Irene atau bernama asli Bae Irene itu merupakan dokter ahli mental / psikologis pribadi milik Doyoung yang sudah ia anggap ibu, kakak, ayah, teman dan saudara perempuannya.
Mungkin sedikit berlebihan tapi saat Doyoung berada didekatnya rasanya sudah lebih dari cukup. Suara lembutnya saja sudah membuat hati Doyoung tersenyum.
Kenapa harus orang asing yang mengasihani dirinya? Sedangkan keluarga terdekatnya malah bersekongkol untuk membunuhnya beramai ramai?
Sebenarnya dia ini salah apa sama mereka semua?
“Apa kedai mu sering sepi begini mbak?” tanya Doyoung membuat Irene menggeleng.
“Nggak kok, sekitar jam 9 malam nanti mungkin akan datang satu pelangan tetap yang tampan” jawab Irene yang sudah tersenyum sendiri.
Yah karena pelanggan itu merupakan incaran yang kelak ingin dijadikan pasangan hidup. Kalau bisa yah terobos aja.
“Setiap hari kau akan mendapat pelanggan satu? Apa kau nggak rugi?” tanya Doyoung.
“Buat aku rugi apanya? Kan setiap bulan kau selalu membayarku? Apalagi saat pengambilan rapot pasti kau akan membeliku untuk menjadi wali murid mu disekolah. Uang itu aja cukup buat diriku sendiri.” jawaban dari Irene membuat Doyoung sebal.
KAMU SEDANG MEMBACA
Freaky Bitch . . . || Kim Doyoung
Novela Juvenil((DONT FORGET TO FOLLOW MY ACCOUNT YEAH)) AKu tak tau penderitaan ini akan berakhir dan terus mengelilingiku seolah olah mereka menolak keras untuk diriku mengapai kebahagiaan. Disaat sebuah potensi merupakan sebuah kutukan terbesar didalam hidup...