Disini terdapat istilah :
Dimana ada irama, disitu ada lelaki bernama Kim Doyoung.Tahun ini aku sudah berusia genap 8 tahun. Tidak seperti anak anak lainnya mungkin perayaan ulang tahunku sederhana atau tidak dirayakan sama sekali.
Melihat aku dibesarkan di sebuah desa terpencil yang lusuh dan kumuh.
Kepalaku menoleh dengan cepat saat sebuah suara mengagetkanku sampai membuat senyum dibibir ku melebar.
“KIM DOYOUNG! KAU MAU KEMANA??” teriak teman sebaya Doyoung yang berlari mengejarnya.
Begitu mendengar sebuah alunan musik dari sebuah bambu, lelaki ini langsung berlari dan mencari keberadaan nya.
Dia berlari begitu kencang sampai membuat tubuhnya jatuh ketanah karena sangking begitu antusiasnya.
Saat sudah berada disana, dia dikejutkan dengan kehadiran gadis cantik yang baru ia temui.
Gadis cantik berambut pendek dengan bambu yang ia tiup seperti seruling.
“Siapa namamu?”
...
Ditempat lain nampak teman teman sebaya Doyoung yang tadi menemaninya berjaga disawah sedang dimarahi oleh bibinya Doyoung.
“KEMANA ANAK BODOH ITU? KURANG AJAR!!” teriak Krystal kepada teman teman Doyoung.
Mereka diam tak mau menjawah, lidah mereka terlalu kaku untuk menjawab pertanyaan dari bibi Doyoung.
“Memang kemana Doyoung kak?” tanya ibunya yang baru saja membeli bahan makanan dari pasar.
Krystal tak menjawab dan malah berlari keluar dengan membawa kayu ditangannya.
“KIM DOYOUNG!!”
Wendy terkejut saat mendengar Krystal berteriak kepada anaknya. Dia paham sekali kalau situasinya udah kayak gini.
Akhirnya teman teman Doyoung dan ibunya berlari mengejar Krystal tapi kayaknya mereka nggak bisa, karena tiba tiba saja tubuh Wendy ambruk dengan darah yang sudah keluar dari hidungnya.
Tubuhnya terlalu lemah untuk terus berlari mengejar kakaknya yang mau marah terhadap anaknya.
“Tante nggak papa?” tanya Ten yang langsung memapah tubuh Wendy bersama Kun meskipun agak berat. Karena mereka masih kecil.
KAMU SEDANG MEMBACA
Freaky Bitch . . . || Kim Doyoung
Fiksi Remaja((DONT FORGET TO FOLLOW MY ACCOUNT YEAH)) AKu tak tau penderitaan ini akan berakhir dan terus mengelilingiku seolah olah mereka menolak keras untuk diriku mengapai kebahagiaan. Disaat sebuah potensi merupakan sebuah kutukan terbesar didalam hidup...