Ep.2 : Jangan Sekarang

305 57 51
                                    


‘Tidak ada lain waktu.’

LOVE ME, LOVE US TOO
Sabtu, 06.02.2021
Revisi: 30.05.2023
.
.

Satu tahun sudah berlalu semenjak Sena menginjakkan kaki di rumah berupa tempat tinggal mewah berlantai dua, dengan garasi untuk dua mobil di sebelah kanan dan tujuh anak tangga ke teras depan yang dicapai dengan jalur berbelok dari jalan masuk mo...

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Satu tahun sudah berlalu semenjak Sena menginjakkan kaki di rumah berupa tempat tinggal mewah berlantai dua, dengan garasi untuk dua mobil di sebelah kanan dan tujuh anak tangga ke teras depan yang dicapai dengan jalur berbelok dari jalan masuk mobil, di mana ada pintu utama berbahan kayu mahoni. Halamannya baru dipangkas, semak-semak besar berderet rapi menghiasi tepi pekarangan rumah nyaris menutupi pagar besi, dan berbagai tanaman berbunga tumbuh indah.

Yeobo, cepatlah! Kaubilang tidak ingin terlambat!” Sena berseru sambil mendorong pintu dari dalam, menginjakkan kaki di lantai teras marmer.

Seketika pandangannya tertuju pada sebatang pohon teduh berdiri di halaman depan, menaungi ayunan kayu berlengan yang muat diduduki dua orang. Tempat favorit Sehan dan Sena ketika bercengkerama sambil menikmati matahari terbenam. Sena tersenyum cerah, menghirup udara pagi, merasakan hembusan angin bersamaan terdengarnya siulan burung.

“Bagaimana penampilanku?” tanya Sehan keluar sembari memeriksa setelan jas dan dasi yang dipilihkan Sena.

“Coba aku lihat,” balas Sena memperhatikan pakaian kerja yang tampak seksi dikenakan Sehan. Jas warna khaki dengan kemeja putih bersih di baliknya dan dasi merah maroon tersemat di lipatan kerah.

Sena menghela seraya meraih dasi yang tampak miring. “Membungkuk sedikit,” titahnya langsung dituruti Sehan.

Jari-jari lentik milik Sena bergerak telaten membenarkan dasi. Dia juga sedikit merapihkan kerah. Selama itu pula Sehan menatapnya dengan seulas senyum yang seolah betah berlama-lama tersungging di wajah berserinya.

“Rambut,” kata Sehan sambil menundukkan kepala.

Tangan Sena pun beralih menyentuh helai rambut hitam legam milik Sehan. “Sudah, aigoo… kyeopta (tampan).”

Gomawo,” ujar Sehan bernada rendah.

Mungkin sudah menjadi kebiasaan Sehan meminta pendapat Sena akan penampilannya. Selain ingin terlihat rapih, ia suka saja diperlakukan semanis ini oleh sang istri. Jangan lupakan pujian yang terucap dari bibir mungil Sena.

Neodo yeoppo (Kamu juga cantik).” Sehan menyelipkan helaian rambut Sena ke belakang telinga.

◈◈◈

Mobil yang dikendarai Oh Sehan berhenti di depan gerbang gedung sekolah. Sena melepas selt belt, sebelum turun ia menoleh memperlihatkan senyum ceria dan berkata,

“Jangan lupa nanti malam kita juga harus merayakan satu tahun pernikahan, kali ini akan aku pastikan kadonya sudah datang.”

Sehan mengangguk. “Aku juga akan menyiapkan kado,” katanya tatkala berpikir kado apa yang harus dibelinya sepulang kerja nanti.

Love Me, Love Us TooTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang