Chapter 10

1K 110 1
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.
.

Chimon memasuki kamar apartemen, ia duduk diatas tempat tidur yang selalu ia tempati tidur bersama Pluem, tak terasa air mata jatuh dari kedua matanya. Mungkin kali ini hubungannya akan benar-benar berakhir. Itu lebih baik, benar kata mereka, ia tak cocok bersama Pluem yang terlalu sempurna untuknya. Ia hanya menghalangi jalan karirnya. Pluem akan menjadi bintang besar, digosipkan berpacaran sungguhan dengan sesama lelaki apa lagi yang pernah menjadi lawan mainnya disebuah series, akan membuat gosip besar saat pluem menjadi aktor terkenal nantinya. Tak semua negara bahkan orang bisa menerima pasangan seperti mereka. Apa lagi CEO mereka menurut bahwa Pluem harus memerankan drama yang hanya boleh berpasangan dengan seorang gadis yang cantik yang sepadan dengannya.

Chimon melihat foto-foto bersama Pluem dikamar itu, ia tersenyum perih. Ia selalu berfikir kenapa ia diberikan perasaan pada orang yang tak mungkin ia miliki. Kadang ia iri dengan pasangan lain diperusahaan dengan bebas bersama kekasihnya mereka. Chimon menghapus air matanya, ia membuka lemari dan mengambil koper, mengisi semua pakaian dan barang-barangnya. Ia mutuskan untuk mengakhiri semuanya.

.

Pluem keluar dari ruang pertemuan dengan perasaan kesal bahkan terlihat jelas pada wajah kalemnya yang selalu tenang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Pluem keluar dari ruang pertemuan dengan perasaan kesal bahkan terlihat jelas pada wajah kalemnya yang selalu tenang. Ia akan berjalan turun kelantai satu, ia melihat banyak wartwan dan reporter menunggunya disana untuk klarifikasi berita dirinya dan Chimon beredar. Pluem dengan nekat akan jujur bahwa ia dan Chimon adalah pasangan sungguhan. Ia tak bisa sembunyi-sembuyi lagi dibelakang layar dan menyiksanya, seolah ia dan Chimon tak ada apa-apa. Tapi sebelum kakinya melangkah manajer menariknya paksa bersama beberapa bodyguard nya agar lewat belakang, mereka sudah menduga Pluem akan melakukan itu dan bisa saja merusak karirnya sendiri.

Sang manajer mengunci Pluem didalam mobil dan diapit dua bodyguard nya sendiri dijok belakang
"Apa-apaan! Aku sungguh tak mau berkelahi, jadi jangan melakukan hal sesuka kalian" dingin Pluem, tak mau ribut, sang manajer membawa mobil itu pulang keapartemen Pluem. Pluem memejamkan matanya ia berusaha meredam emosi sebisanya.

.

Pluem berjalan kesal masuk keapartemen, namun dahinya mengerut ketika kamar itu terasa aneh, perasaannya buruk. Ia membuka lemari dan semua pakaian dan barang-barang milik Chimon hilang dari tempatnya
"Tidak" gumam Pluem panik, ia mengambil handphonenya menghubungi Chimon berkali-kali namun tak aktif. Ia keluar dari kamar, menarik kunci mobil pribadinya. Mengabaikan sang manajer yang berteriak-teriak marah.

Pluem tau, Chimon kemana, ia harus menyusulnya. Jelas lelaki manis itu pulang kerumahnya. Ia hanya perlu kerumah Chimon menjemputnya kembali. Saat ia tiba dirumah Chimon, sang asisten rumah tangga dirumah itu membukannya pintu, ia menatap kasihan pada Pluem yang terlihat kacau.
"Selamat malam" sapa Pluem saat bertemu ibu Chimon yang menatapnya iba
"Aku tau, kau datang mencari Chimon" ucap sang ibu menarik Pluem agar duduk dan bernafas tenang
"Iya Bu, aku perlu bicara padanya. Kenapa dia kabur dari tempatku" sedih Pluem, sang ibu sudah tau hubungan mereka, ia tak bisa melakukan apapun selain menerima jati diri anaknya.

"Chimon menangis sendiri dikamarnya sekarang, aku yakin ia belum bisa berbicara baik-baik. Tunggulah beberapa hari sampai semua keadaan tenang dan kalian berbicara" usul sang ibu dan Pluem mengangguk mengerti
"Yang penting aku tau Chimon ada disini dan dia akan aman dirumah" ucap Pluem walau ia terlihat begitu kacau, sedih, dan khawatir menjadi satu
"Hubungan kalian akan baik-baik saja, berikan waktu untuk semuanya berjalan dan berfikir dengan tenang" usul sang ibu.



.
.

Pluem berjalan lesuh dikamar apartemennya terduduk lesuh ditempat tidur, seolah jiwanya entah hilang kemana

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pluem berjalan lesuh dikamar apartemennya terduduk lesuh ditempat tidur, seolah jiwanya entah hilang kemana.  
"Kau jangan kemana-mana, aku akan mengcansel semua pekerjaanmu, agar kau tenang dulu dalam beberapa hari. Kaupun tak fokus" ucap sang manajer, menutup pintu kamar Pluem dan menjaga sang aktor diluar saja, ia duduk di sofa dan mengehela nafas, ia tau ini berat bagi Pluem dan Chimon, tapi ia tak ingin Pluem yang baik hati itu kehilangan karir impiannya.

Pluem melihat tv didepannya, ia curiga bahwa chimon mendengar ucapan manajer, sutradara, Bahakan sang CEO diperusahaan tadi hingga kekasihnya itu terluka dan pergi darinya. Ia mengatakan tv dan benar saja beberapa akun gosip intertaimen memberikan klarifikasi Chimon tadi. Pluem mematung, Chimon sudah lebih dulu memberi klarifikasi dan berbohong akan hubungan mereka. Akting Chimon benar- benar sempurna disana seolah ia sungguh mengatakan bahwa mereka tak punya hubungan apapun hanya sebatas sahabat dan rekan kerja saja. Sakit, itu yang ia rasakan, pada hal ia ingin mengatakan pada semuanya bahwa ia dan Chimon adalah pasangan nyata. Tak apa bila ia tak menjadi aktor besar, jadi aktor GMMTV seperti yang lainnya pun cukup baginya, apa lagi bila Chimon disisinya. Seperti pasangan lain.

Kepalanya menjadi pusing, ketenangannya entah hilang kemana, ia meramas rambutnya dengan kedua tangannya, sakit sekali, kepalanya terasa pusing dan sakit ditambah dadanya yang sesak. Ia merasa hubungan yang ia pertahankan pada seorang yang amat ia cintai hancur berantakan. Ia tak bisa, tak bisa tanpa Chimon.


"Aaaaaaaarrrrrrrggggggg........!!!"



Brakkkk



.

Sang manajer terlonjak kaget, baru kali ini mendengar teriakan frustasi Pluem dari kamarnya. Bahkan barang-barang didalam sana seolah hancur dilempar bahkan dibanting. Ia menatap khawatir kearah pintu kamar Pluem.

.

Pluem membanting handphonenya kelayar tv hingga semua rusak, ia menendang meja kursi yang ada didalam kamar itu, ia marah, ia kecewa, bahkan ia tak tau harus melakukan apa. Ia menangis menghancurkan semua melampiaskan semua emosi yang tertahan hingga diubun-ubun kepalanya.

.
.
.

Tbc

Tbc

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
I'am jealous Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang