"Aku memang bodoh, karena menginginkanmu kembali padahal aku yang mengizinkanmu pergi."
***
"Alfi buatin popmie lagi dong! Pliss"
Alfi mendengus, menyeret kaki kanan yang dipeluk Lila.
"Seharian ini kamu udah makan mie terus Lila! Itu ga sehat."
"Tapi Lila pengen mie."
"Enggak!" Tolak Alfi mentah mentah, berusaha melepaskan kakinya.
Lila mendongak sinis tak lama menggigit kaki Alfi membuatnya menjerit menarik kakinya lebih kuat.
"Lila pengen mie!!"
"Ga boleh!"
"Boleh!"
"Enggak!"
"Boleh!"
"Gue bilang enggak ya enggak!"
"Huaaaa ...."
Lila menangis. Lebih jelasnya dia pura-pura menangis dan menjerit. Berguling di lantai menendang-nendang udara kosong persis kayak orang kejang-kejang pengidap epilepsi.
Alfi duduk di sofa terlihat tidak peduli. Sudah tepat tiga hari ia tinggal bersama gadis itu, Alfi sudah hapal sekali kebiasaan Lila.
Alfi menatap curiga Lila yang melangkah memasuki kamarnya. Tak lama Alfi terkejut bukan main. Lila membawa panahan sederhana. Mengacungkan anak panahnya pada Alfi membuat Alfi gelagapan.
Apa-apaan nih!?
"Lila?"
"Alfi jahat!"
Wussh! Anak panah melesat cepat membuat jantung Alfi berhenti bedegup. Ia bisa merasakan hempasan udara didekat telinganya.
Ctak!
Alfi memalingkan wajah pelan. Jantungnya berdegup kencang kala mendapati anak panah berbulu hitam itu menancap tepat di keranjang apel.
"Lila bakal bunuh Alfi."
"Jangan gila!"
Kini Alfi yang berusaha menghindar. Lila menarik anak panahnya kembali, meluncurkannya mengejar Alfi yang sudah berlarian.
"Astaga! Lila, Ampun! Ok! Aku nyerah! Ya Tuhan!"
"Lila mau rasa apa biar Alfi bikinin." Alfi mengusap peluh.
"Lila kesal sama Alfi!"
Prang! Bag!
Alfi yang cekatan melompat dari atas sofa bernafas lega. Itu anak panah terakhir yang Lila pegang.
Anak panah itu menancap di sofa setelah memecahkan vas bunga kecil di atas meja.
Alfi menatap ngeri panahan Lila lalu tersenyum manis.
"Alfi bikinin yang rasa kari pedas mau?"
Lila yang mencebik berangsur membaik. Garis bibirnya mulai menarik senyum lebar lalu mengangguk semangat. Melempar panahannya sembarang terus merebahkan diri di sofa panjang.
"GPL Ga pake lama."
Alfi mengangguk patuh. Dalam hati ia berteriak histeris.
GILA GILA!
LILA GILA!
***
Ariyani menyetir mobil dengan sangat damai sejahtera. Ini untuk pertama kalinya jantungnya tidak di buat maraton mendadak atau berhenti mendadak saat bersama Lila. Tentu saja karena Lila sudah ada yang jaga. Tidak apa dia jadi supir seharian ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALILA
Teen FictionKalo drama di hidup udah mulai, mulailah gunakan otak untuk mikir. Karena Lila suka males mikir pake otak. "Ayo Alfi nyanyi, balonku ada lima!" 🎶 Alfian itu babu... Terlahir jadi babu... Alila itu bosnya... Alfian pesuruhnya... 🎶 "Yee...bagus bang...