Twelve : Boring Day

4 0 0
                                    

Happy reading!

***

Lila tengah mengerjap menatap langit-langit kamarnya. Hari ini dia benar-benar malas melakukan apapun. Bahkan berkali-kali ia mengingatkan diri untuk tetap bernafas. Badan terlentang dengan mata besarnya yang mengerjap lambat itu terlihat seperti karpet beruang di atas kasur.

Cklek!

Lila melirik pengasuh lelakinya yang tampan. Alfi masuk melalui pintu darurat, rambutnya basah menandakan ia baru saja mandi. Lila ingin tersenyum tapi mengingat ia sangat malas, bibirnya tidak mau bergerak.

Alfi! Panggilnya dalam hati berharap lelaki tinggi itu menoleh. Tentu saja Alfi tidak menoleh.

Alfi bergerak memutari kasur Lila lalu membereskan nakas dan lacinya, membuang gumpalan kertas yang nampaknya masih baru itu ke tempat sampah. Lagi tubuh tinggi itu nampak bergeser menyusuri almari Lila. Lila mengerjap tiga kali.

Alfi jangan!!

Ups, dia sampai lupa cara membuka mulut untuk bicara. Saat tangan Alfi meraih ganggang pintu almari pakaian Lila ingin berteriak jangan, dan menyuruh Alfi menjauh saja. Tapi mau bagaimana lagi? Berteriak itu melelahkan jadinya dia hanya mampu mengeluarkan suara bak desisan ular kurang gizi.

"Jangan,"

Alfi hanya meliriknya sekilas kemudian menarik ganggang pintu itu pelan. Lila memejamkan mata dan berharap Alfi kena sial, eh maksudnya terhindar dari kematian.

Sebelum kejadian Alila mendengar Alfi berdesis "Emang apa sih isinya?"

Ngeek...

Jangan Alfi, di dalamnya ada-

BRUK!

Lila menghela nafas sembari menggelengkan kepalanya pelan. Bibirnya terbuka tanpa suara "Tuh kan ngeyel."

"Lila..."

***

Mata Alfi terbuka lebar saat banyaknya baju Lila dimuntahkan lemari itu hingga menimpa tubuhnya seperti gunungan.

"Lila..." Erangnya frustasi teredam didalam tumpukan.

"Alfi masih hidup?" Samar-samar Alfi mendengar suara Lila yang lebih cocok disebut bisikan.

Kepala Alfi muncul dari balik tumpukan baju dengan mata sedikit berkilat kesal ia menyorot Lila yang rebahan sambil meliriknya. Memasang wajah paling menyebalkan untuk Alfi padahal Lila hanya mengerjap seperti orang tidak tahu apa-apa. Mengingat dua hari lalu Alfi baru saja menata lemari itu, berhasil membuat Alfi sedikit kesal.

"Lila bisa tidak jadi anak baik satu hari saja?" Ujar Alfi seraya bangun dari sana dan mengumpulkan semua pakaian Lila di pelukannya.

Lila mengerjap satu kali lalu terbatuk-batuk. Alfi sontak menatap Lila dengan raut serius sedangkan Lila mengangkat tangannya agar Alfi tidak berlebihan.

"Uhuk! Lila-" Lila menghela nafas sejenak. "Lila anak baik kok," sambungnya lalu memiringkan tubuh menghadap Alfi.

Alfi berdecak, kemudian menjatuhkan semua baju itu ke tubuh Lila. Alfi berdecih saat mendengar Lila mengerang lalu menyingkap baju yang menutupi wajah Lila.

Lila mengerjap dengan nafas sedikit terengah. "Alfi mau Lila pingsan ya?"

Alfi diam saja tidak menyahut kemudian duduk miring untuk melipat baju Lila. Ia sudah terbiasa dan tidak mengapa jika Lila seperti ini. Ini lebih mudah ditangani.

"Alfi hidup itu merepotkan ya?"

Alfi melirik Lila yang menatap lurus jendela kamar.

"Kenapa?" Tanya Lila lagi

ALILATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang