Four you : Gadis aneh

27 1 9
                                    

"Lila suka banget bikin Alfi menderita, kenapa ya?"

***

Ada yang janggal saat wanita itu tahu nama keluarganya, juga silsilah keluarga mereka. Itu adalah salah satu alasan Alfi ada disini.

Tapi yang pasti sekarang ia sedang berada di ruangan remang. Kata wanita tadi, tugasnya cuma satu, seperti menjaga anak kucing.

"Permisi...."

Selang beberapa detik, Alfi memekik kaget.

"Arghh! Kamu siapa!?" Ada yang mendarat di punggungnya secara tiba-tiba. Membuat Alfi terkejut bukan main lalu tersungkur.

"Alfi?"

Merinding, bisikan itu membuat jiwa penakut Alfi meronta. Membuat Alfi taksengaja melempar sesuatu yang mencekik lehernya.

Brak!

"Pergi setann!!!" Teriak Alfi lalu ngacir kabur tanpa menutup pintu.

Sedangkan gadis dua belas tahun itu sedang berusaha mengeluarkan diri. Habisnya kepalanya nyungsep ke dalam guci antik milik Mamih Ari.

"Emhh...Lila Rip!" Seruan Lila teredam di dalam guci. Menyerah meloloskan kepalanya dan merebahkan tubuhnya lunglai ke lantai.

Sedangkan Alfi terengah-engah.
"Gila-hah bukan manusia tuh."

Dilihat dari manapun Lila memang tidak cocok jadi manusia sih

"Loh ngapain kamu disini?"

Alfi mendongak mendapati wanita itu.

"Maaf kak, kakak nipu saya ya!?"

"Udah gue bilang jangan panggil dia kakak! Ngeri banget!"

"Diem ga Lo!" Ariyani mendelik ke lelaki sebelahnya.

"Kakak bilang saya cuma perlu ngurusin anak kucing. Kenapa saya malah ketemu setan?!" Alfi menggebu.

Ari mengernyit, ia kira Alfi akan menganggap Lila manusia ga berguna atau apalah. "Setan apanya? Mana ada setan di tempat saya." Adanya human yang ga punya akal sehat, sambungnya dalam hati.

"Udah lah saya mau pulang aja."

"Loh tapi kamu udah buat persetujuan lho."

"Saya cuma ngurus kucing bukan hantu."

"Gimana kalo kita cek aja?" Ari membujuk Alfi agar tidak melanjutkan langkahnya pergi.

"Bisa aja kamu cuma halusinasi kan? Begini. Saya jamin rumah saya ga ada setannya. Kalo saya bohong kamu boleh pergi."

"Saya ga bohong!"

"Ya sudah ayo kita cek. Dan Lo pulang sana, ga ada gunanya juga."

"Siap, sayang." Dia sudah pasrah, yang penting Ari bahagia.

Ari dan Alfi melangkah beriringan. Setelah sampai dengan santai Ari membuka pintu, sedangkan Alfi sedikit waspada. Apalagi Alfi tidak ingat kapan ia menutup pintunya.

"Kebiasaan kalo ditinggal, Lila emang suka gelap."

"Lila Itu nama kucingnya?"

Ternyata pintunya bisa nutup sendiri gitu, toh

"Bukan kucing, tapi saya harap kamu bisa urus dia layaknya kucing."

"Hah?" Bukan kucing tapi diurus kayak kucing?

Saat lampu menyala, Ari terperanjat. Apalagi Alfi, yang tadinya waspada tingkat tinggi, sekarang melongo.

"Lila!? Ya Tuhan, gawat bisa mati nih anak."

ALILATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang