Lila disana, sedang mengumpulkan beberapa rumput dan mencabutnya. Tapi sayang itu hanya melukai tangan kecilnya.
Lila tidak meringis ataupun menunjukan ekspresi seperti anak perempuan lain yang kesakitan dan takut. Wajahnya tenang.
Itu yang membuat Alfi terpana.
Dia baru berumur 15 tahun. Tapi Alfi sudah paham rasa suka pada lawan jenis.
Alfi suka Alila kecil itu. Gadis kecil dengan air muka setenang danau dan pita merah yang terikat diantara poninya. Bintik-bintik disekitar pipi chubby membuat Alfi gemas. Padahal Alfi sendiri belum berkenalan.
"Apa yang kamu lihat?"
Alfi terperanjat. "Ah, bibi!"
Bibi tersenyum. "Dia cantik bukan?"
Alfi bersemu lalu mengangguk pelan. Ia merasa malu.
"Kenapa tidak mencoba untuk menemuinya?"
Alfi diam, menatap Lila kecil yang sedang sibuk membersihkan bando berpita warna merah yang tadi terjatuh di atas lumpur.
Mandiri. Itu yang Alfi lihat.
"Kenapa dia tidak menangis, Bibi. Tangannya terluka." Alfi memperhatikan telapak tangan kecil Lila berdarah.
Bibi mengernyit. "Benarkah? Lalu kenapa kamu tidak membantunya?"
Alfi bimbang. Ia ingin mendekat tapi ia terlalu malu.
"Sebentar bibi ambilkan p3k dulu."
Alfi terdiam. Ia kembali fokus ke Lila kecil diseberang jalan, di halaman yang cukup luas dengan kolam ikan kecil dan rumput hijau yang rimbun.
"Ini, obati dia."
"Tapi bibi, bukannya dia bisa minta tolong orang tuanya?" Alfi gugup.
Bibi tersenyum. "Kenapa kamu tidak tanya langsung padanya?"
Alfi menggigit bibir. Memantapkan hati untuk menuruni tangga dan menghampiri Lila.
"Tanganmu luka."
Lila mendongak. Dan saat itu Alfi membeku.
Tatapan Lila sangat menakutkan. Lila tidak melotot atau memasang taring.
Lila menatap Alfi dengan sorot yang begitu aneh. Seakan ribuan bongkahan es memenuhi hatinya. Begitu dingin hingga membuat sekujur tubuhnya kaku.
"Siapa?"
"Hah?"
"Kamu...siapa?"
"A-aku..Alfi."
Lila tersenyum aneh. Membuat Alfi menahan nafas.
"Alfi pergi ya..jangan kesini. Jangan deket-deket. Nanti sakit." Kata Lila lalu berbalik masuk ke rumah.
Di ambang pintu Lila berhenti menatap Alfi sejenak.
"Tunggu!" Entah kenapa Alfi seberani itu. Alfi berlari mendekat, menarik lengan Lila lembut,
"Tangan kamu luka. Kata Bibi, jika lukanya tidak dibersihkan bisa infeksi ."
Dengan telaten Alfi membersihkan luka Lila.
Lila terdiam. Tatapannya sedikit terisi. Meredup memandang anak lelaki yang lebih tinggi darinya.
"Nama kamu siapa?"
"..."
Alfi menatap Lila meminta jawaban. Tapi Lila diam.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALILA
Teen FictionKalo drama di hidup udah mulai, mulailah gunakan otak untuk mikir. Karena Lila suka males mikir pake otak. "Ayo Alfi nyanyi, balonku ada lima!" 🎶 Alfian itu babu... Terlahir jadi babu... Alila itu bosnya... Alfian pesuruhnya... 🎶 "Yee...bagus bang...