CHAPTER 3

48 7 0
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Sulit menampik bayangmu dan sukar menggampai dirimu." - Karina Libby




–A.N.G.G.A.K.A.R.I.N–

"Jadi, kita mau ke mana?" tanya Karin dengan senyum manis yang terpatri di wajahnya.

Selepas isya tadi, tiba-tiba Angga menelfon dirinya dan mengajaknya jalan-jalan. Angga yang hanya tahu bahwa rumah Karin ada di sekitar Kota Tua, meminta Karin menemuinya di depan museum Kota Tua.

Angga melirik malas Karin yang berjalan bersisihan dengannya.

"Terserah."

"Oke! Kalau gitu kita keliling Kota Tua aja!"

Angga berdecak. "Bosen liat Kota Tua."

"Kan, kamu jawabnya terserah." Karin memayunkan bibirnya.

Angga bergidik melihat bibir Karin yang dimayunkan. Bukannya terlihat imut, bibir Karin malah terlihat seperti disengat tawon.

Ngiiing... Ngiiing...

"Terus kita mau ke mana?" tanya Karin lagi.

"Gak tau," balas Angga mengedikkan bahunya acuh.

Karin mencibir pelan jawaban Angga.

"Gimana kalau kita ke Jembatan Kota Intan aja?" tanya Karin.

"Jauh. Bikin capek aja."

Karin menggeleng cepat. "Enggak, kok! Paling gak sampai lima belas menit kita udah sampai."

Angga berdeham singkat. Ya, meskipun rumah Karin masih berada di kawasan Kota Tua, dan dekat dengan Jembatan Kota Intan. Namun, semua itu akan terasa jauh jika Eyo-Motor sport merah kesayangan Angga-tidak bersamanya. Sial! Andai saja Eyo tidak disita oleh pamannya, pasti sekarang dia bisa mengendarai kuda besinya sambil tepe-tepe saat melewati cewek-cewek cantik.

Iris mata Karin berbinar senang melihat Jembatan Kota Intan. Jembatan ini terlihat sangat indah pada malam hari. Banyak orang berlalu-lalang melintasi jembatan ini.

 Banyak orang berlalu-lalang melintasi jembatan ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
27 HariTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang