Selamat membaca kisah Anggarin: Anggada Brawijaya & Karina Libby❤
Hai, Angga! Tujuan hidupku.
Apa kabar?
Aku mau cerita sesuatu, nih!
27 hari untuk Angga dan Karin.
- Karina Libby
Setelah Angga meminta putus, Karin yang tidak ingin kehilangan tuju...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
–A.N.G.G.A.K.A.R.I.N–
Pagi ini, ke-enam inti geng Garda tengah berada di koridor depan kelas mereka–XII IPA 2. Mereka sibuk menggoda para siswi yang sedang berlalu-lalang melintasi koridor tersebut. Namun, hal tersebut tidak berlaku untuk Andromeda sang ketua, Dewa sang wakil, dan Gevan. Ketiganya hanya menikmati tontonan bagaimana Angga, Ibay, dan Ultra menggoda para siswi.
"Eneng, aku tuing-tuing padamu!" seru Ultra kepada seorang siswi berambut sebahu yang berjalan bersama temannya. Tangannya membentuk sebuah tanda love dan matanya mengerling genit.
Siswi itu tersipu malu, segera ia menarik lengan temannya untuk segera pergi dari sana. Melihat reaksi tersebut, sontak membuat mereka semua tertawa.
"Njir! Gitu doang baper! Pantes cewek yang udah putus cepet banget dapet ganti!" Angga tergelak sembari memukul-mukul pahanya.
"Fifty-fiftylah," sahut Andromeda yang tengah bersandar di salah satu tiang.
"Curhat atau ngaca lo, sat?" Ibay si penyandang predikat toxic human itu menatap Angga sinis.
Angga menyengir. "Dua-duanya."
Ibay hanya mendengus. Sementara Angga mulai kembali sibuk dengan kegiatannya semula.
Ketika gadis berambut terurai dengan jepit rambut berwarna ungu pastel yang tersemat di rambutnya melewati inti Garda, Angga dengan sigap menghadang gadis tersebut. Hal tersebut sontak membuat gadis itu menatap Angga kesal.
Dahi Tania mengernyit heran. "Iya. Pertanyaan kamu aneh banget."
"Oh, pantes chat aku gak dibales." Angga manggut-manggut mengerti.
"Maaf, ya. Soalnya, tadi pagi aku gak sarapan, mana hpku lowbat semalem lupa nge-cash," jelas Tania dengan senyum yang manis.
Angga tidak menjawab. Tangannya terangkat menyelipkan rambut Tania di belakang telinganya. Angga menatap manik mata Tania cukup intens.
Perlakuan Angga berhasil membuat pipi Tania mengeluarkan semburat merah. Tania menundukkan kepalanya. Dari dulu, bertatapan dengan seorang lelaki selalu membuatnya merasa tidak nyaman karena malu.
Sedangkan teman-teman Angga, sudah menyoraki mereka berdua.
"Neng Tania malu nih, ye," goda Ultra yang berada di samping Tania.
Dewa si kalem menepuk pundak Tania pelan. Hal tersebut mengalihkan atensi Tania yang semula menunduk kini mendongakkan kepalanya menatap Dewa dengan penuh tanda tanya di benaknya.