CHAPTER 7

38 3 0
                                    

"Yang takut cuman aku, bukan kamu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Yang takut cuman aku, bukan kamu." –Karina Libby

"Jangan berharap lebih untuk apa yang belum terjadi." –Anggada Brawijaya

-A.N.G.G.A.K.A.R.I.N-

Angga melirik wajah Karin yang terlihat murung dari spionnya. Selepas dari rumah Indro, Karin belum mengeluarkan sepatah kata pun. Angga merasa tidak enak dengan sikap Indro kepada Karin.

Angin malam berhembus cukup kencang, hingga meniup rambut Karin yang tergerai. Karin menatap kosong ke arah jalanan. Perkataan Indro masih terngiang-ngiang di benaknya.

Hening. Tak ada percakapan di antara keduanya. Hanya ada suara kendaraan yang berlalu-lalang. Semua sibuk dengan pikiran masing-masing.

Sampai Angga memberhentikan Eyo di sebuah supermarket. Angga memarkirkan motornya dan bergegas masuk ke dalam tempat perbelanjaan tersebut.

Sementara Karin hanya bergeming di tempatnya. Ia terlalu malas untuk turun dari motor Angga. Tak lama kemudian, Karin memperhatikan Angga yang keluar dari supermarket, pemuda itu berlari kecil ke arahnya dengan menenteng plastik belanjaan.

Ketika Angga sudah sampai di depan Karin, ia langsung menyodorkan belanjaannya itu.

"Nih, buat lo."

Karin mengernyit heran, tumben sekali Angga memberikannya sesuatu tanpa diminta.

Angga berdecak. "Ambil!"

Meski ragu Karin tetap menuruti perintah Angga, lalu membuka isi kantong belanjaan tersebut. Seketika mata Karin berbinar senang, ada beberapa coklat, snack, dan satu botol air mineral.

Karin mendongak menatap Angga yang masih memperhatikannya. "Makasih, ya, Ang!"

Angga mengangguk seraya tersenyum lebar. Lihat, sangat mudah bukan membujuk seseorang yang sedang bersedih?

"Tumben croco peka?" tanya Karin, dan membuat senyum di wajah Angga luntur seketika.

"Gue dari dulu peka. Cuman, lo-nya aja yang gak pernah peka." Angga menyenderkan tubuhnya di motornya.

Karin menekuk wajahnya cemberut. "Iya kamu peka karena pacar kamu itu banyak."

"Nah, tu tau. Jadi, gue udah berpengalaman dibidang ini," ujar Angga bangga.

Karin mencibir pelan jawaban Angga, meski tak bisa dipungkirin karena jawaban yang dikatakan Angga benar adanya.

"Mau pulang sekarang?" tanya Angga.

Karin menggeleng sebagai respon.

Angga menaikkan alisnya. "Terus mau kemana?"

Karin berpikir sejenak. "Di sini aja dulu."

27 HariTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang