-A.N.G.G.A.K.A.R.I.N-
"My lup-lup Angga, makasih udah milih aku daripada Karin," ungkap Gita tersenyum manis, dan dibalas anggukan oleh Angga.
"Kayak apa aja." Angga tertawa geli.
Saat ini, mereka tengah duduk di bawah sebuah pohon rindang yang berada di taman belakang sekolah. Gita menatap tangan mereka yang masih bertautan. Kemudian, ia mendongak menatap Angga.
"Kamu tau gak, sebenarnya aku masih kesel gara-gara semalem kamu batalin janji tiba-tiba," cetus Gita cemberut.
Angga mengulurkan tangannya, lalu mengusap pelan pipi Gita. "Maaf. Kalau bukan hukuman dari anak-anak, aku gak bakalan batalin janji kita."
Air muka Gita seketika berubah masam. Gita baru tahu alasan kenapa Angga membatalkan rencana jalan-jalan mereka secara tiba-tiba. Lagi dan lagi, inti Garda selalu mengganggu kesenangannya.
"Sebenernya, mereka kenapa sih, suka banget ngusik aku," kata Gita kesal.
"Enggak tau. Tapi, kamu tenang aja. Aku gak bakalan batalin janji kita lagi." Angga berucap dengan nada serius.
Gita melepaskan genggaman Angga. Lalu merangkul lengan kanan pemuda itu dengan manja. Ia menyenderkan kepalanya pada pundak Angga.
"My lup-lup Angga, janji ya, jangan ngebatalin janji kita lagi. Kalau gak, aku bakalan marah sama kamu, sama Karin, sama temen-temen kamu juga."
Mendengar nama Karin disebut, membuat Angga mengernyit pelan.
"Kenapa jadi bawa-bawa Karin, sih?" tanya Angga dengan emosi.
Gita mendengus sebal. "Ya, kalau kamu ngebatalin janji lagi, pasti itu ada sangkut pautnya sama Karin."
"Gak usah begitu. Aku gak suka cewek yang suka bikin onar," cetus Angga yang refleks menutup mulutnya.
Mampus keceplosan!
Gita mendelik karena pernyataan Angga. Ia langsung melepaskan rangkulannya, kemudian memandang Angga dengan sorot mata tajam.
"Oh, jadi maksud kamu, kamu gak suka sama aku?" tunjuk Gita pada dirinya sendiri.
Mendapat tatapan permusuhan dari Gita membuat Angga meneguk salivanya kuat. Astaga! Kenapa mulutnya yang berdosa ini mengatakan sesuatu di saat yang tidak tepat.
"Jadi selama ini kamu gak suka sama aku?" Gita bertanya lagi, saat Angga hanya bergeming melihatnya dengan gelisah.
"Aku suka sama kamu. Kalau aku gak suka, aku gak mungkin nembak kamu." Angga mencoba meyakinkan Gita. "Serius deh, beb."
"Pacar kamu gak cuma satu loh."
"Tapi, kamu yang paling aku sayang."
Angga langsung mendekap tubuh Gita yang tidak bergeming. Dan mengelus punggung gadis itu pelan. Ia menopangkan dagunya di bahu Gita.
KAMU SEDANG MEMBACA
27 Hari
Подростковая литератураSelamat membaca kisah Anggarin: Anggada Brawijaya & Karina Libby❤ Hai, Angga! Tujuan hidupku. Apa kabar? Aku mau cerita sesuatu, nih! 27 hari untuk Angga dan Karin. -Karina Libby Setelah Angga meminta putus, Karin yang tidak ingin kehilangan tujua...