Seseorang memasuki ruangan yang penuh dengan alat kedokteran dengan terdengar bunyi tanda vital mesin pendeteksi Jantung.
"Changbin, bisa kau jaga sebentar.. ?"
"Baik ketua"
Orang Itu Changbin duduk di sofa. Agak Jauh dari orang yang terbaring lemah di ranjang.
Terhitung sudah 18 Hari. Orang itu hanya tertidur tanpa adanya tanda tanda hidup kembali.
Ditemukan di pinggir pesisir pulau kecil. NIS heboh sekali saat itu. Ternyata Agent itu masih bernafas. Namun sayang seperti mati.
Felix. Namanya Felix Lee. Lahir 15 September 1995. Terlalu Muda untuk mati dalam sebuah Misi. Changbin geleng geleng kepala. Terakhir bertemu 2 tahun Lalu. Di laut Karibia. Setelah itu mendengar kabar Bahwa Felix ditempatkan di Amerika Selatan dan sekarang pulang dalam keadaan tidak bisa diajak bicara dan bercerita mengenai pengalamannya di luar sana.
Ck. Changbin mendecih.
Kemudian mendekat ke arah Felix Lee. Duduk disisi ranjang itu yang wajahnya penuh luka yang mulai mengering dan kepala yang terbebat kain kasa.
"Kan sudah kubilang Jangan keras kepala. Mending jadi agent di kantor"
Changbin menoyor kepala Felix. Yang jelas tidak bakalan dibalas.
"Bodoh lix, kata nya bakalan kembali ke kantor dengan prestasi. Lo balik balik malah gini"
"Gua gak tau apa yang terjadi sama lo, tapi Plis lo buka mata. Okee"
Kata Changbin seraya mengusap rambut Felix. Membenarkan selimut laki laki kecil itu. Dan bangkit berdiri. Sebelum itu mengecup pelan kening Felix dan berjalan ke sofa lagi.
Kata Changbin sambil membenarkan letak tubuhnya dan kemudian tertidur di sofa kamar rawat Felix saat itu juga.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Tangan Felix bergerak pelan. Sedangkan Changbin masih asik menyelami mimpi.
Saat si Lee membuka mata perlahan. Pelan pelan. Melihat sekeliling putih. Kemudian menangis. Tubuhnya tidak bisa di gerakkan. Kepala pun melihat ke arah kanan. Susah sekali.
Dirinya lambat mengenali bahwa Changbin kakak tingkat yang paling dekat dengannya di NIS sedang tertidur di sofa.
Mau teriak. Tapi Felix bahkan tidak bisa mengeluarkan suara. Tangan sudah berusaha digerakkan. Tapi rasanya mustahil sekali dalam gerakkan.
Deritan menandakan pintu ruangan terbuka.
Seorang berjas dokter masuk. Membawa bunga dan stetoskop yang di gantung di peleherannya. Menggunakan masker untuk menutupi mukanya.
Kemudian mulai mengecek kondisi Felix dengan hati hati. Felix tidak peduli dan masih menangis ingin teriak pada Changbin yang bodoh kalau ia sudah bangun.
Dokter itu lambat laun menaruh bunga di tempatnya mengganti bunga layu diruangan itu dengan yang baru. membenarkan letak tangan yang tergantung. Kemudian membuka Maskernya.
"Hyun.."
Serak. Namun, masih bisa terdengar walau lemah.
Didepan Felix sekarang seorang Hyunjin Hwang. Iya yang sedang memakai Jas dokter lengkap. Bukan si Hwang yang memakan masker buff dengan pistol di balik jaket kulit nya. Sehat wal afiat. Tidak berdarah maupun tergores luka diwajah.
Tersenyum menawan pada Felix. Mendudukkan diri disamping ranjang. Bunyi deritan itu bahkan tidak membangunkan Changbin juga. Benar benar.
Felix sendiri ingin bersuara lagi. Tapi Hyunjin menyuruhnya untuk diam.
Tangan yang tersambung infus itu terangkat. Hyunjin jelas menyambutnya. Mencium tangan dingin itu dengan hangat. Berkali kali. Seperti mengucapkan dalam diam bahwa Hyunjin merindukannya selama ini.
Dan Felix mencoba menggerakkan tangannya pelan. Dibantu Hyunjin yang memegang tangan itu. Meraba wajah Hwang dengan rahang tegas yang rupawan.
Tanpa cacat. Sempurna.Felix tau Hyunjin diciptakan saat Tuhan sedang bahagia.
Felix sudah menitikkan air mata dalam diam nya. Hyunjin menghapusnya saat itu juga. Mengungkapkan dengan bahasa isyarat bahwa jangan menangis kalau menangis Nanti akan membangunkan Changbin yang tertidur di sofa.
"Aku akan pergi" Hyunjin memberikan Isyarat pada Felix bahwa harus pergi sekarang. Dan Hyunjin dengan pelan membenarkan tangan Felix dan selimutnya kembali.
"Tapi aku akan kembali, Jadi tolong tunggu" Kemudian satu kecupan panjang di kening dan lumatan lama di bibir pucat si Lee diberikan oleh pemuda Hwang.
Dan Hyunjin telah pergi dibalik pintu itu. Hilang. Entah kemana. Yang pasti, Felix disuruh menunggu.
Disitu Felix akhirnya menyadari bahwa dia sudah Jatuh pada Hati.
Dan terus Jatuh tanpa bisa bangun kembali.
Pada sosok Sempurna tanpa celah seorang Hyunjin Hwang. Yang mengajarkan bahwa Hidup itu panggung drama terbesar dunia dan mereka berhak menentukan jalan hidupnya.
Hidup Felix sendiri memang begitu monoton sampai ia bertemu sosok sang pemuda dengan Jaket kulit dan senapan di balik celananya. Serta Taji bergerigi Tajam yang bersembunyi di Tumit kakinya.
Dan Felix akan menunggu Hyunjinnya kembali sampai kapanpun itu—