Ch. 5

525 89 1
                                        

Kapalgetek Present ©


Malam semakin larut. Felix tidak kunjung memejamkan mata di samping kasurnya Hyunjin sudah mendekur pelan. Tanda tertidur nyenyak.

Mengambil langkah ke arah jendela dan menggeser sedikit. Menyebabkan angin laut malam hari masuk membuat tulang tulang menggigil seketika. Tapi percayalah Felix menyukai hal ini. Kesunyian. Dan Angin.

Entah besok ia hidup atau mati. Felix tidak tau. Dan hanya berharap bahwa dia bisa menikmati setiap waktu dengan bahagia.

Selongsong peluru Ia lihat dibawah cahaya rembulan saat itu. Cantik berkilauan. Peluru pertamanya saat latihan menembak. Percayalah saat itu peluru itu mengenai bidikan tengah. Ajaib. Nilai seratus. Untuk Felix Lee.

Di didik dengan keras. Dan masuk dalam akademi yang terselubung di bawah pemerintah dan terkait sampai mati. Terkadang Felix ingin berlari. Entah kemanapun. Ingin memulai hidup yang biasa saja menanam bunga di kebun atau berjalan jalan sore tanpa takut di buntuti sama mata mata musuh.

Tidak ada yang dimiliki Felix didunia ini kecuali dirinya sendiri. Jatuh cinta. Terlalu klise. Tidak ada cinta dalam soal tembak menembak target buruan bukan?

Tapi, saat Ia menoleh ke arah Hyunjin yang masih tetap pulas tertidur. Tampak tenang dalam selimut.

Felix sendiri tersenyum. Tanpa tahu apa yang ia rasa. Terlalu berbahaya kalau menamakan rasa seperti "ada kupu kupu diperutmu" kepada sosok Hyunjin Hwang. Yang Felix tidak tau pasti kemana arahnya nanti. Perang. Barangkali.

Berjalan pelan mendekat. Felix masuk kedalam selimut dan memeluk orang yang mirip Illama itu dengan Nyaman. Hyunjin jelas tidak bergeming dalam tidurnya. Dan Felix sudah masa bodoh dengan malunya. Kali ini saja. Kalau ia mati besok maka ia tidak akan menyesal. Bahwa telah merasakan yang namanya cinta. Ia Cinta. Cih.

Persetan.

Membenarkan letak senapannya dibalik Jaket kulit coklat. Felix kesusahan dengan memegang bagian ujung jaket beserta resleting di bagian lengan tapi belum mengambil cadangan peluru di meja.

"Kalau butuh bantuan itu ngomong" Hyunjin datang membantu membenarkan pakaian Felix, merapatkan jaket itu.

Agenda hari ini Hari- H. Sudah tidak ada waktu lagi. Waktunya Eksekusi.

Mereka berdua berjalan ke arah geladak utama di depan restaurant yang buka untuk makan malam hari itu. Di meja yang terpisah.

Geladak tampak ramai. Banyak tamu yang menari diiringi musik yang berdentum keras. Felix menyesap Minumannya tenang. Hyunjin disisi lain juga makan dengan nikmat. Tapi di balik rambut hitam ada sebuah alat sambung di telinga kedua nya mengelurkan suara.

"Ada yang kautakutkan?" tanya Hyunjin membuka percakapan.

"Yah, begitulah." Jawab Felix sambil memotong steaknya.

"Apa yang kautakutkan?"

"Tembakan senapan angin. Tempat sempit dan paling mengerikan Air"

"apa maksudmu?"

"Aku benci laut kau tau!" saat ini Felix sedikit meninggikan suaranya.

"Ha, aku tidak mendunganya" kekehan yang terdengar seperti ledakan dari Hyunjin terdengar dari ujung sana.

"Sudah baca koran pagi?" Kali ini Felix melemparkan pertanyaan.

"Belum." Balas Hyunjin meminum minumannya sambil menggeleng lemah kemudian.

"Kau belum dengar tentang Apartementku, kalau begitu?"

"What?" Hyunjin terlihat menaikkan sebelah alisnya penasaran.

Memories of the LimaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang