FLASHBACK
HARI itu hari yang sangat kelam di hidup seorang Jennie Kim. Jennie benar-benar merasa patah hati. Satu tahun bukan waktu yang sebentar untuk mencintai seseorang. Dan bagaimana Jennie harus melupakan perasaannya ini? Ini Pertama kali Jennie mencintai, mendamba, dan memuja seseorang.
Bagaimana ini... Apakah ia sudah benar-benar kehilangan Lisa? Kehilangan seseorang yang menjadi cinta pertamanya? Jennie benar-benar menyesal mengutarakan perasaannya pada hari itu. Seandainya saja.. seandainya saja dia tidak nekat memberi tahu rasa cintanya pada Lisa, pasti Lisa masih ada untuknya. Setidaknya, Jennie masih bisa berharap. Namun sekarang, bagaimana Jennie harus menjalani hari-harinya, jika penyemangatnya ternyata memiliki orang yang dicinta. Dan itu bukan dirinya.
Tes tes tes.. tak terasa air mata sudah deras mengalir di wajahnya. Sakit di hatinya seperti kembali berdarah setiap mengingatnya. Mengingat kisah cintanya tak seperti yang ia harapkan. Kandas.
Sesampainya di rumah, yang bahkan Jennie sendiri tak ingat bagaimana cara dia sampai ke rumah dengan kondisi mental yang sangat down. Jennie langsung mengurung diri di kamarnya. Orang tua Jennie bingung, kenapa anaknya tiba-tiba seperti ini. Sang eomma terus membujuk di depan pintu supaya anaknya itu mau membuka pintu walaupun hanya sekedar untuk mengatarkan makanan. Tapi Jennie adalah seseorang yang sangat keras kepala. Jennie tetap tak membuka pintu sampai akhirnya sang appa berinisiatif mendobrak pintu anak mereka.
Kaget tentu saja, sang putri duduk di sudut kamar menangis meraung-raung. Sang Eomma merasa syok, langsung memeluk putri semata wayang nya itu. Tak mencoba bertanya, hanya memeluk sang putri yang terus menangis pilu. Mencoba menenangkan dan memberi kehangatan.
Namun Jennie tak jua berhenti menangis. Entah karena kelelahan atau depresi yang berat, Jennie akhirnya pingsan dipelukan sang Eomma. Semakin panik keluarga Kim saat itu, sang appa langsung membawa Jennie untuk ke rumah sakit. Takut terjadi apa-apa dengan sang putri.
***
BERITA Jennie jatuh sakit dan berada di rumah sakit akhirnya terdengar di telinga Lisa sehari kemudian. Pantas saja LISA tidak menemukan Jennie di kampusnya. Pesan dan telepon nya tak dihiraukan Jennie sekali pun. Lisa benar-benar khawatir dengan kondisi Jennie, ia pun segera bergegas ke rumah sakit.
Saat berada di rumah sakit, Lisa bertemu dengan sepupu Jennie, Kim Jisoo. Tak menunggu waktu, Jisoo menampar keras pipi Lisa. Jisoo sendiri sudah merasa dari lama, Lisa hanya mempermainkan adik sepupunya itu. Karena Jisoo sering melihat Lisa juga jalan dengan wanita lain jika tidak bersama dengan adik sepupunya itu.
Lisa tidak membalas atau marah dengan perilaku Jisoo, dia hanya berucap maaf. Lisa tidak menyangka Jennie sampai seperti ini kondisinya.
Lisa tidak pernah berniat mempermainkan Jennie atau bahkan menyakiti Jennie. Namun, nyatanya saat ini Jennie terbaring di rumah sakit dan itu murni karena nya. Lisa sangat merasa bersalah. Oleh karena itu Lisa sama sekali tidak mempermasalahkan tamparan Jisoo. Seratus kali Jisoo menamparnya tidak akan dapat menghapus rasa bersalahnya.
***
"Jen,," sapa Lisa lembut saat merasakan Jennie terbangun dari tidurnya. "Apa kamu membutuhkan sesuatu?"
Jennie menggeleng, entah kenapa melihat seorang Lisa sedang menggenggam tangannya membuatnya merasa secercah kebahagiaan.
"Aku panggilkan dokter" kata Lisa lagi, mencoba melepaskan genggaman mereka, namun gagal karena Jennie makin mengeratkan genggaman tangan mereka dan menarik Lisa supaya tetap berada di sisinya.
"Tetaplah disini, aku merindukanmu"
"Aku tidak akan kemana-kemana, setelah aku memanggil dokter aku akan kembali menggenggam jemarimu" kata Lisa coba meyakinkan Jennie. Lisa tak mau ada apa-apa dengan Jennie, akan seperti apa dirinya jika menanggung rasa bersalah yang makin besar.
"Tapi aku.. "
"Aku janji Jen"
Akhirnya Jennie mau melepaskan genggaman tangan nya dan membiarkan Lisa memanggil suster di luar. Dan sesuai dengan janjinya, Lisa terus menggenggam jemari Jennie bahkan sampai ketika dokter memeriksa kondisi Jennie. Sebenarnya Lisa ingin melepaskan, karena selain dokter yang datang, keluarga Jennie masuk kembali keruangan Jennie. NAMUN karena Jennie pun enggan melepaskan dan semakin menggenggam erat jemarinya, maka Lisa pun tidak melepaskan genggamannya seperti janjinya.
Setelah dokter memeriksa Jennie, dokter memutuskan memberitahu kondisi Jennie pada orang tua Jennie di luar ruangan dan meninggalkan Jennie bersama Lisa dan Jisoo.
Jisoo tidak menghalangi keberadaan Lisa disamping Jennie, karena Jisoo tau saat ini kehadiran Lisa menjadi obat bagi Jennie. Dan yang paling penting saat ini adalah kesembuhan dari adik sepupunya itu. Seandainya hari ini Lisa tidak muncul, Jisoo sudah berniat akan menyeret Lisa untuk menemui adik sepupunya itu. Jisoo sudah sangat tak tega dengan kondisi Jennie yang tak juga bangun dari tidurnya dan terus memanggil nama Lisa. Dan benar saja, Jennie bagai seorang putri tidur yang hanya mau bangun jika seorang Lisa yang menyentuhnya dan memanggilnya dalam bisikan lembut. Jisoo benar-benar tak habis pikir dengan besarnya rasa cinta Jennie untuk Lisa.
"Lisa.."
"Ya Jen.. kamu butuh sesuatu?"
Jennie hanya tersenyun mendengar pertanyaan Lisa, ingin sekali ia berteriak, dirinya hanya membutuhkan seorang Lisa selalu berada di sisinya dan menjadi miliknya. Hanya itu.
"Jangan pernah tinggalkan aku"
"Jen,, aku tidak akan pernah meninggalkanmu.."
"Aku mencintaimu Lisa, sangat..."
Lisa terdiam,, Lisa tidak bisa menjawab Jennie kali ini. Ada hati yang harus ia jaga, namun dirinya juga tidak ingin menyakiti Jennie.
"Jen.. Aku.."
"Sttttt.... aku mengerti.. aku terlambat.."
"Jen.. dengarkan aku.."
"Ehm no.. kamu yang dengarkan aku.. biarkan aku mencintaimu.. biarkan hubungan kita seperti sebelum aku menyatakan perasaanku. Jangan pernah berubah Lisa, apalagi menjauhiku.."
Air mata Jennie sudah tak terbendung lagi, namun ia tetap harus mengatakannya sebelum ia kehilangan Lisanya. Genggaman tangan Jennie masih terasa erat, bahkan Jennie meletakan tautan jemari mereka di dada Jennie, seolah takut genggaman tangan itu terlepas.
"Aku janji Jen, hubungan kita tidak akan berubah,, aku menyayangimu.. aku pun tak ingin kita menjaga jarak"
Jennie tersenyum lega mendengar kata-kata Lisa. Jennie tau jika Lisa berjanji maka Lisa akan selalu menepatinya. Dari pertama Jennie mengenal Lisa, Lisa selalu seperti itu. Namun ada hal yang mengganggu hatinya, namun Jennie tidak mengungkapkannya. Cukup saat ini Jennie memastikan Lisa akan selalu ada sampingnya. Dan itu sudah lebih dari cukup untuk Jennie bertahan.
"Jen.. percayalah.. selain ibuku, wanita yang aku tidak ingin berpisah dengannya adalah kamu.. Kim Jennie"
Tetesan air mata jatuh perlahan dan semakin deras ketika Jennie mendengar suara lembut Lisa berbisik di telinganya.
Bukan air mata kesedihan, namun air mata bahagia.****
Thank you thank you thank you..
Terima kasih untuk yang sudah bersedia dengan murah hati untuk vote bahkan comment di fanfiction ini.. terima kasih juga bagi yang sudah mau membaca fanfiction ini...
Sehat-sehat ya semua. Jaga kondisi badan kalian semua. Dan jaga keluarga dan lingkungan kalian.
Sorry for typo ya.. dan sorry karena updatenya lama-lama..
KAMU SEDANG MEMBACA
Special One
FanfictionBukan hanya sekali dua kali Lisa mengecewakan Jennie, dan bukan sekali dua kali Jennie berbuat salah terhadap Lisa. Cinta tetaplah cinta. Kemanapun ingin pergi, cinta lah yang menahan Jennie dan Lisa untuk tetap bertahan. Cerita ini hanya sekedar im...