DARLING

1K 85 0
                                    

Jennie berjalan pelan memasuki kamarnya, dia melihat Lisa masih tertidur pulas. Jam sudah menunjukan jam 3 sore, namun ternyata kekasihnya itu masih tidur. Pantas saja chatnya belum di read dari tadi siang.

Sangat pelan Jennie naik ke tempat tidur dan mencium pelan wajah Lisa. Seharian Jennie menahan kerinduannya. Rindu dengan wajahnya, dengan aroma tubuhnya, dengan kehadirannya. Chat saja tidak bisa mengobati kerinduannya. Jennie harus bertemu dengan pemilik hatinya jika ingin terbebas dari rasa rindu.

"Bagaimana aku bisa mencintaimu dengan sangat seperti ini?" Gumam jennie lirih.

"Mungkin karena aku keren"

Jennie tersenyum geli, ada rasa kaget ternyata Lisa sudah bangun dari tidurnya. Sekali lagi Jennie tertangkap basah oleh kekasihnya itu. Dan Jennie tidak sedikitpun merasa malu mengungkapkan rasa cintanya untuk Lisa.

"Kukira masih tidur"

Jemari Jennie tak berhenti mengusap lembut pipi Lisa, sesekali mengecup bibir dan hidung Lisa.

"Memang masih, sampai seseorang menciumiku terus" jawab Lisa. "Jam berapa sekarang? Kenapa kamu sudah di rumah?"

"Sekitar jam 3an, tadi acaranya selesai cepat jadi aku putuskan untuk langsung pulang. Aku tau kekasihku ini pasti tidur, chat ku saja sudah tidak dibaca dari jam 12 siang tadi"

"Ahh begitu, maaf ya sayang, aku pikir kamu akan pulang seperti biasa. Maaf tidak menjemputmu."

"It's okey beb, aku juga buru-buru pulang supaya cepat-cepat mengganggu tidurmu"

"Yakkk.."

Jennie tertawa melihat ekspresi kesal Lisa, diciumnya berkali-kali bibir tebal kekasihnya itu karena gemas.

"Apa kamu ada jadwal hari ini?"

"Ada, aku harus bertemu Teddy jam 7 malam ini" Jawab Lisa sambil memeluk Jennie dan menariknya kedalam dekapan. Jennie tentu tak menolak, dengan senang hati Jennie menempatkan wajahnya di lokasi favouritenya, yaitu leher Lisa. Jennie suka aroma alami tubuh Lisa, sangat membuatnya nyaman. Segala kecemasan dan kegundahan yang Jennie rasakan, baik karena masalah di kerjaan ataupun apapun, bisa hilang dalam sekejap ketika ada dalam dekapan Lisa.

"Ahhhh.. pasti pulang pagi lagi" rengek Jennie manja, makin dalam dia sembunyikan wajahnya di leher Lisa. Mendengar rengekan Jennie, Lisa tersenyum. Dipeluknya Jennie lebih erat, Lisa sudah tau Jennie sedang cemberut di keruk lehernya.

"Aku usahakan pulang sebelum jam 10 malam, oke?"

"Semalam kamu bilang juga gitu, nyatanya kamu pulang jam 2 pagi"

Jennie kesal, Lisa selalu seperti itu jika bertemu dengan Teddy. Jennie kenal Teddy, karena itu Jennie tau apa yang dikerjakan Lisa jika bertemu dengan Teddy di malam hari. Hanya satu, yaitu urusan balapan liar.

Iya, Lisa, kekasih hatinya itu punya pekerjaan ekstrim balapan motor liar. Bukan sekali dua kali Jennie merengek minta Lisa berhenti, tapi akhirnya Jennie selalu mengalah untuk menyelamatkan hubungan mereka berdua.

Hubungan Lisa dengan mantan kekasihnya kandas karena mantan kekasihnya meminta Lisa memilih antara balapan atau hubungan mereka, dan Lisa dengan tega memilih balapan. Lisa sangat keras kepala. Padahal mantan kekasihnya itu hanya berusaha menyelamatkan hidup seorang Lisa Manoban. Mana ada seorang kekasih yang bisa tenang mengetahui kekasihnya melakukan hal-hal yang bisa mengancam nyawa.

Bagaimana dengan Jennie? Pengalaman kasih tak sampainya selama 3 tahun membuatnya berfikir pendek. Apapun ia lakukan demi bisa bersama Lisa. Hingga saat Lisa memberikan syarat untuk menerima pekerjaannya sebagai seorang pembalap liar jika ingin bersamanya, Jennie mengiyakan syarat itu. Syarat yang membuatnya sangat amat merasa kesulitan sekarang. Jennie merasakan apa yang di rasakan mantan kekasih Lisa. Ketakutan, kecemasan, kegelisahan, was-was. Semua bercampur menjadi satu ketika Lisa pergi untuk balapan.

"Hari ini aku ga balapan kok, aku hanya bertemu untuk membahas masalah motor"kata Lisa menenangkan Jennie. Diciumnya lembut puncak kepala Jennie. Tapi kekasihnya itu tak berhenti merajuk. Bukan Lisa tak tahu kalo Jennie sama seperti mantannya yang ingin dirinya berhenti dari dunia balap. Awalnya memang Jennie berusaha menerima dunianya, tapi makin kesini Rengekan Jennie makin terdengar. Namun Lisa berusaha menenangkan kekasihnya itu. Lisa sendiri berat jika harus gagal lagi dalam menjalin hubungan. Untuk itu sebisa mungkin Lisa memberi pengertian dan bujukan-bujukan pada Jennie. Selama Jennie tidak memintanya untuk memilih, Lisa akan terus berusaha mengesampingkan emosinya jika Jennie sudah merengek.

"Kamu bisa ikut kalo kamu mau?" Kata Lisa lagi merayu. "Setelah aku selesai kita bisa jalan-jalan ke sungai Han, bagaimana?"

Jennie mengangguk di ceruk leher Lisa. Lebih baik Jennie ikut daripada di rumah menunggu Lisa dengan rasa cemas. Lagipula Jennie jadi bisa mendengar jadwal Lisa balapan selanjutnya. Demi mempersiapkan malam buruknya itu.

Jennie pernah ikut sekali Lisa balapan, dan itu tidak membantu sama sekali. Kecemasan Jennie justru meningkat berkali-kali lipat saat Jennie melihat kekasihnya itu memacu motornya dengan kecepatan tinggi di sirkuit. Apalagi saat itu lawan Lisa ada yang terpental sejauh 5 meter saat motornya menabrak pembatas jalan. Dan sejak saat itu, Jennie tersadar betapa salahnya keputusannya saat bilang bisa menerima Lisa di dunia balap. Tidak, sampai kapanpun Jennie tidak bisa terima. Jennie memutuskan untuk perlahan membujuk Lisa keluar dari dunia balap.

"Good girl, ayo kita siap-siap kalo begitu darling" Lisa tertawa saat Jennie mencubitnya ringan di perutnya. "Awawaw"

"Yahh, aku bukan anjing.. dan aku bilang berhenti dengan panggilan darling itu"

Lisa hanya tertawa geli. Lisa membalas cubitan Jennie dengan menggelitiki pinggang Jennie sampai kekasihnya itu kelabakan dan menjerit-jerit kegelian. Mereka menghabiskan waktu sore mereka dengan saling bercanda dan menggoda satu sama lain. Mengungkapkan kebahagian yang mereka rasakan berdua. Saat seperti mereka pergunakan untuk mengesampingkan masalah di hubungan mereka. Masalah yang sebenarnya hanya ditumpuk, dan akan meledak jika tidak segera di atasi.

***
TBC


Special OneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang