Jennie tersentak terbangun. Menghela napas lega karena terbangun dari mimpi buruknya. Semua bukan mimpi bagi Jennie, semua itu kenangan terburuk Jennie yang selalu hadir di mimpi-mimpinya jika tidak ada dipelukan Lisa.
LISA
Jennie menoleh ke sisi ranjang biasa Lisa tidur. Tidak ada Lisa. Cahaya matahari sudah muncul di luar, mengapa Lisa belum kembali? Harusnya Lisa sudah kembali sebelum matahari muncul. Segera Jennie beranjak dari kamar, berharap Lisa tertidur di ruang tamu.
Jantung Jennie berdetak cepat saat tidak mendapati Lisa di sofa. Segera Jennie mencari ponselnya untuk menghubungi Lisa. Perasaan Jennie sudah tidak enak semakin tidak enak ketika mendapati ponsel Lisa tidak aktif.
CEMAS, takut, khawatir, waswas, semua bersatu dalam dada Jennie. Biasanya memang Jennie selalu menunggu Lisa pulang. Entah kenapa Jennie tertidur. Namun, Lisa tidak pernah tidak pulang ke apartemen mereka. Kemana Lisa? Kenapa Lisa juga tidak meninggalkan pesan?
Teddy, segera Jennie menghubungi Teddy. Harusnya Teddy tau keberadaan Lisa. Teddy pasti hadir di saat Lisa balapan.
Dering nada telpon tersambung terdengar, namun tidak juga diangkat pemiliknya, membuat Jennie gusar. Setelah 2x mencoba, terdengar suara di sebrang.
"Halo"
"Halo Teddy, ini Jennie"
"Ahh.. Jennie, Oh My God Jennie, bodohnya aku tidak pernah meminta nomormu. Aku tidak tahu harus kemana menghubungimu semalam Jen."
Deg
"Lisa kenapa? Dimana dia?"
"Lisa kecelakaan di arena, I am sorry Jen, aku tidak tahu mengapa bisa ter.."
Jennie sudah tidak mendengar lagi apa yang Teddy katakan, telinganya berdenging keras saat ini. Tiba-tiba Jennie merasa sesak bernafas, jantungnya berdegup sangat kencang dan air matanya sudah keluar deras tidak bisa ia tahan lagi. Yang ditakutkan Jennie terjadi. Saat ini yang ada di benak Jennie hanya Lisa, Lisanya. Bagaimana jika Jennie tak mendapati lagi Lisa. Dunia Jennie runtuh seketika.
"Dimana Lisa sekarang, JAWAB TED!"
Jennie tahu, harusnya ia tak melampiaskan pada Teddy, tapi Jennie marah. Jennie selalu membenci Segala interaksi Lisa dengan Teddy.
"Seoul International Hospital, Lisa masih di ICU"
ICU? Separah itukah?
"Terima kasih, aku akan segera kesana" kata Jennie segera bergegas untuk mengambil jaketnya. Ketika akan mematikan ponselnya, terdengar lagi suara Teddy. Namun tak dihiraukan Jennie sama sekali. Pikirannya hanya pada Lisa, Lisa dan Lisa. Sesekali Jennie mencengkram baju di bagian dadanya karena ketakutan. Jennie sebisa mungkin menahan diri agar panic attacknya tidak datang.
30 menit perjalanan ke rumah sakit bagai 3 jam bagi Jennie. Berkali-kali Jennie harus menarik nafas panjang agar tetap jernih berfikir. Air matanya selalu tumpah saat, ada mobil lain di depannya yang berjalan lambat. Umpatan-umpatan keluar dari mulut Jennie sebagai pelampiasan perasaannya saat ini. Jennie ingin segera sampai dan melihat kondisi LISA. Jennie takut, Jennie cemas, Jennie khawatir. Satu-satunya keinginannya saat ini adalah melihat Lisa, memeluk Lisa dan menciumi Lisa.
Sesampainya di rumah sakit, Jennie langsung berlari menuju ICU. Berkali-kali pula ia mengucap maaf karena menabrak staff maupun pengunjung rumah sakit. Sampai pada dia menabrak seorang wanita paruh baya hingga terhuyung kebelakang. Untung Jennie masih bisa menangkap wanita itu.
"Mm- mohon maaf Nyonya, mohon maaf sekali" Jennie segera menundukan kepala berkali-kali kepada wanita itu.
Sang wanita paruh baya masih merasa syok dengan kejadian tabrakan tadi hanya diam memandang Jennie. Harusnya wanita paruh baya tersebut marah karena ditabrak hingga hampir terjerembab jatuh. Namun ia tidak bisa marah melihat wanita muda yang menabraknya terus menerus meminta maaf sambil terus menangis. Wanita paruh baya tersebut benar-benar tidak tega, hanya menganggukan kepala, menandakan sudah memberi maaf. Begitu pun dengan orang-orang lain yang di tabrak Jennie sebelumnya. Tidak ada yang tega memarahi Jennie dengan kondisi Jennie saat ini. Kalut dan menangis terisak-isak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Special One
FanfictionBukan hanya sekali dua kali Lisa mengecewakan Jennie, dan bukan sekali dua kali Jennie berbuat salah terhadap Lisa. Cinta tetaplah cinta. Kemanapun ingin pergi, cinta lah yang menahan Jennie dan Lisa untuk tetap bertahan. Cerita ini hanya sekedar im...