HURT

1K 82 3
                                    

"Sayang aku harus pergi sekarang" kata Lisa lembut mengecup bibir Jennie yang masih saja betah memeluknya. Tubuh polos mereka masih saling melekat.

Sebenarnya acara bercinta mereka sudah selesai berjam- jam yang lalu. Namun, Jennie tak melepas sedetikpun pelukannya. Ia tak mau sedetikpun jauh dari kekasihnya itu. Apalagi malam ini, malam yang Jennie benci. Jadwal balapan Lisa jatuh pada malam ini.

Dari pagi Jennie sudah merengek dan super clingy kepada Lisa. Lisa yang paham kondisi Jennie hanya menuruti kemauan Jennie, bahkan agenda nya bertemu temannya di cafe siang tadi harus Lisa batalkan. Jennie tak mengijinkan dirinya lepas dari pandangannya sedetikpun.

Lisa mulai menarik diri dari pelukan Jennie, Jennie merengek manja. Tak mau melepaskan Lisa, bahkan menariknya lagi agar tetap dipelukannya. Entah kenapa perasaannya kali ini sangat berat untuk melepas Lisa balapan. Jennie berfikir mungkin karena Teddy bilang sirkuit kali ini adalah sirkuit yang berbahaya. Air mata Jennie selalu jatuh jika mengingat kata-kata Teddy itu.

"Mau ikut aku sayang?"tanya Lisa lembut sambil menghapus air mata Jennie. Jennie menggelengkan kepalanya kencang. Seperti anak kecil ketakutan. Membuat Lisa gemas, diciumnya lagi bibir Jennie. Jennie makin mengeratkan pelukannya. Lisa sampai bingung bagaimana ini ia akan beranjak. "Kamu udah ijinin aku loh kemarin"

"Kamu jahat, kamu menjebakku"

"Yang penting kamu sudah mengijinkanku" kata Lisa menggoda Jennie. Jennie menatap lekat mata Lisa, ia tahu Lisa sedang menggodanya, tapi hatinya sedang tidak ingin bercanda. Jennie sangat menyesal karena memberikan ijin saat Lisa memintanya. Harusnya ia tidak kalah dengan hawa nafsunya. "Ayolah sayang, waktuku semakin sedikit untuk persiapan. Kamu tau kan itu akan sangat berbahaya"

Dengan berat hati akhirnya Jennie melepaskan pelukannya. Lisa cepat-cepat bangkit dari ranjang, ia kecup bibir Jennie sebagai rasa terimakasih sebelum ia bergegas ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Takut Jennie akan menahannya lagi.

Jennie hanya menatap nanar saat Lisa beranjak ke kamar mandi. Hatinya belum ikhlas melepas Lisa dari pelukannya, tapi ia juga takut jika justru dirinya lah yang membuat Lisa ada di kondisi yang membahayakan nyawanya.

Tiba-tiba terdengar suara dari HP Lisa. Jennie yang sedikit kaget, segera bangun dan mencari dimana HP kekasihnya itu. Saat melihat nama di HP Lisa, Jennie terdiam. Ingin sekali ia mengangkat HP yang terus berdering itu, tapi Jennie tahu Lisa pasti marah besar jika mengetahuinya.

"Siapa sayang?" Tanya Lisa yang baru saja keluar dari kamar mandi. Tubuhnya hanya berbalut barhrobe saja.

Jennie segera memberikan HP Lisa, takut panggilannya berhenti dan Lisa segera menerima panggilan setelah melihat nama "daddy" di hp nya.

"Halo dad..... Oh ya? Kapan daddy kesini?"

Jennie melihat Lisa berjalan ke arah balkon kamar. Hati Jennie kembali teriris, Lisa selalu begitu. Satu tahun hubungan mereka, Lisa belum memperkenalkan dirinya dengan orang tua Lisa. Lisa seolah-olah menyembunyikan hubungan mereka. Seperti saat ini, Lisa memilih menjawab telpon ayahnya jauh dari jangkauan Jennie seolah-olah itu bukan urusan Jennie. Bukankah mereka sepasang kekasih? Bukankah harusnya Jennie dilibatkan dalam urusan keluarga Lisa. Berkali-kali Jennie mempertanyakan hal ini pada Lisa, dan jawaban Lisa hanya satu. Belum saatnya. Dan hanya Lisa yang tahu kapan saat yang dimaksud Lisa. Jennie kecewa, tapi ia memilih sabar dengan pilihan kekasihnya itu. Berharap kesabarannya berbuah kemanisan.

***

Jennie sedang menata pakaian yang akan dikenakan Lisa, ketika Lisa masuk ke kamar. Lisa hanya tersenyum lembut ketika melihat perhatian Jennie.

"Thank you sayang" kata Lisa sembari memeluk Jennie dari belakang. Diciumnya lembut leher Jennie, sehingga Jennie merasa geli namun juga nikmat. Lisa sangat tahu titik lemah Jennie.

"Segera lah bersiap atau aku akan menguncimu di kamar ini.

"Awww my baby kejammm"

Lisa segera meraih bajunya dan segera bersiap. Jennie yang sekarang hanya memakai bathrobe hanya memandang Lisa bersiap-siap. Kekasihnya itu hanya memakai jeans dan kaos saja sudah sangat menawan. Ditambah jaket kulit sebagai penahan dingin membuat Lisa makin makin menawan. Jennie merasa menyesal memilihkan pakaian itu, tapi itu pakaian paling sederhana yang Lisa punya. Kenapa tetap saja tidak sederhana ketika dipakai pemiliknya.

"Jangan menatapku terus, nanti kamu makin jatuh hati padaku" Lisa mulai berkelakar, maksudnya hanya menghibur Jennie, tapi sepertinya Jennie masih enggan menanggapi gurauan Lisa. Lisa yang gemas, mencubit pipi Jennie sampai-sampai Jennie merintih kesakitan dan mencoba melepaskan tangan Lisa di pipinya.

"Sawkkittt" jerit Jennie. "Lewpaskann"

" akan kulepaskan kalo kamu mau tersenyum"

"Awwww sakit Lisa" Jennie mencoba mecari cara lain untuk melepaskan pipinya, dicubitnya keras-keras perut Lisa.

"AWWWWW" kini ganti Lisa yang menjerit kesakitan. " Yahhh ini sakit Jennie"

Jennie tak menanggapai Lisa yang sudah mengerucutkan bibirnya. Ia tahu benar cubitannya itu akan meninggalkan bekas berwarna biru. Tapi Jennie tak peduli, hatinya saat ini lebih sakit daripada cubitan itu. Lisa bahkan tak memberi tahu, kenapa ayahnya menelponnya. Lisa benar-benar tak menganggapnya. Apakah dia bagi Lisa, Jennie lebih merasa sebagai teman tidur daripada seorang kekasih.

Jennie merasa tempat tidur mereka sedikit melesak, pertanda Lisa mendekatinya. Lisa memang selalu tahu kapan harus menghibur Jennie. Jennie merasakan Lisa memposisikan diri di atas Jennie dan mencium lembut bibirnya."Sayang.. aku pergi ya, tidurlah kalo mengantuk jangan tunggu aku."

Jennie membuka matanya yang sedari tadi ia pejamkan karena menahan rasa perih di hatinya. Saat membuka mata,  mata Jennie langsung memandang mata teduh Lisa, hatinya mulai bergemuruh hebat. Hilang semua kecewa, amarah, gelisah di hati Jennie, berganti dengan rasa cinta yang Jennie sendiri bingung bagaimana mengungkapkannya. Begitu dalam dan luas tak terbatas. Seketika Jennie tidak mempermasalahkan semua kemauan Lisa, asalkan Lisa selalu bersamanya dan menjadi miliknya.

"I love you so much"

Kata-kata Lisa sangat terdengar merdu di telinga Jennue. Membuat kupu-kupu kembali berterbangan di perutnya. Dirapihkannya kerah jaket Lisa. Bukan benar-benar merapihkan, Jennie hanya ingin menyentuh Lisanya.

"I love you too, berhati-hatilah sayang dan segera pulang setelah selesai balapan"

"Siap bosss"

Lisa nyengir senang saat kekasihnya itu akhirnya memberikan senyuman kepadanya. Diciumnya lagi bibir Jennie sebelum beranjak.

"Tidurlah... Aku akan menelponmu saat mencapai garis finish" kata lisa lagi sambil bergegas keluar kamar. "Bye sayang."

"Bye sayang, hati-hati"

"Yaaaa"

Langkah kaki Lisa makin menjauh dan berganti suara pintu apartemen mereka membuka dan menutup kembali. Baik Jennie dan Lisa tak kawatir karena, otomatis pintu mengunci sendiri saat Lisa menutup pintu dari luar.

Jennie menghela nafas panjang, saat tahu Lisa sudah pergi. Biasanya Jennie mengantarnya sampai pintu saat Lisa pergi. Dan menunggu Lisa kembali di sofa ruang tamu. Tapi entah kenapa matanya sangat berat. Jadi Jennie memutuskan tidir sejenak. Paling dua atau tiga jam ia akan terbangun lagi karena mendengar suara Lisa pulang.

Memang Akhir-akhir ini Jennie merasa energinya cepat terkuras. Mungkin akibat agenda kerjanya yang cukup padat dan mengurus Lisa di rumah, apalagi mereka bercinta dari kemarin yang hanya berhenti untuk sekedar makan dan mandi, membuatnya kehabisan energy.

***

Hai everybody :)

Sowrryy for typo yahh..

Special OneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang