3. Naura adalah Penjahat Wanita?

4.7K 325 2
                                    

Sudah beberapa tahun dari kejadian itu, dia tak pernah lagi bertemu dengan Aina. Hidupnya lebih tenang, fokus pada penumpasan kejahatan.

Pertemuannya dengan dr. Aina Umair membuat dia sedikit ingat dengan mantannya yang bernama Aina Syafitri. Hanya nama yang sama, tapi jelas wajah berbeda. Ia pun sempat menggoda sang dokter untuk hiburan.

Sayangnya, dr. Aina Umair bukan wanita murahan yang bisa kena bujuk rayunya. Dia paham betul itu candaan semata. Bahkan wanita itu bisa tahu tentang siapa yang dirindukannya.

Namun, salah satu rekannya yang bekerja di bagian narkoba menghubungi, bahwa mereka mencurigai salah satu dokter di rumah sakit Abdullah Umair adalah salah satu anggota keluarga dari penjahat yang sedang dicari. Seorang pengedar narkoba yang selalu lolos dalam tiap penyergapan.

Merasa Miftah kenal baik dengan pemilik rumah sakit Abdullah Umair, ia pun dipindah tugaskan untuk mengawasi dr. Naura Salsabila. Dokter muda yang beberapa kali menjadi asisten dr. Aina Umair dan juga merupakan dokter baru di rumah sakit tersebut.

"Masa sih?" Miftah menatap data dokter yang konon anak dari seorang gembong narkoba tersebut.

"Kita antara mengawasinya dan mencurigainya atau melindunginya, karena itu Anda dipindahtugaskan untuk mengawasi karena kan dekat dengan keluarga Anggara selaku pemilik rumah sakit Abdullah Umair," papar atasannya dengan serius.

"Oke, tapi jangan gegabah. Dilihat dari wajahnya dia tidak berbahaya, kecuali menyesatkan hati," kekehnya dengan candaan.

Semua tertawa mendengarnya candaan sang polisi yang ditakuti para penjahat tersebut.

"Oke, pengawasan dibutuhkan karena khawatir membahayakan pemilik rumah sakit itu. Kita tahu mereka cukup religius dan itu bisa merusak kredibilitas mereka. Bisa saja dr. Naura terlibat dengan ayahnya dan mungkin menjadikan rumah sakit itu sebagai tempat untuk memproduksi atau bahkan tempat transaksi. Kita tak bisa menempatkan intel. Terlalu kentara. Sebagai perwira muda, Anda tidak akan kentara."

"Oke," balas Kompol Miftah. Ia pun bersalaman dengan rekannya, lalu memberi hormat pada atasannya. Setelah itu, mulai merancang seperti apa akan mengawasi dokter yang saat ini menjadi asisten dokter senior dr. Aina Umair.

***

dr. Naura Salsabila adalah dokter muda yang merupakan adik kelas dr. Hamish Anggara. Dia pun sempat terpana dengan pesona sang dokter yang merupakan pemilik rumah sakit tempatnya bekerja.

Namun, saat melihat bagaimana sang dokter begitu mencintai istrinya, ia pun mengubur harapan itu dan memilih fokus pada pekerjaannya.

Ia merasa bangga ketika bisa bekerja di rumah sakit besar yang konon milik kakeknya, Abdullah Umair. Serta bisa dekat dengan wanita yang konon adalah tantenya, dr. Aina Umair.

Dia pun sangat gugup saat harus menjadi asisten dr. Aina Umair hari ini, tapi dia banyak belajar dari sang dokter senior bagaimana komunikasi dengan pasien supaya mereka tenang dan menuruti pesan dan juga mau melakukan pola hidup sehat.

Pasien berikutnya adalah seorang lelaki istimewa. Namanya Miftahul Huda, dia adalah polisi dengan pangkat kompol di usianya yang masih muda. Uniknya dia selalu menggoda dr. Aina Umair yang lebih pantas jadi ibunya.

Tentu saja wajar, mengingat dr. Aina masih sangat cantik dan awet muda, tapi sikap Kompol Miftah benar-benar aneh dalam menggoda dan memuja wanita yang sesungguhnya memiliki nama yang sama dengan kekasih hatinya di masa silam.

Miftah diam-diam mengamati dr. Naura, wanita yang diduga keturunan dari terduga mafia obat-obatan terlarang yang sedang dicari sejak beberapa tahun lalu. Dia pun membuat siasat agar dapat mendekati dr. Naura dengan cara mendekati dr. Aina Umair, sekaligus menjaganya. Ada rasa ingin melindungi pada wanita anggun yang memiliki nama sama dengan mantannya itu.

Jaga-jaga, jika dr. Naura ini berbahaya. Ia pun tak rela jika Aina lain ada yang terluka karena kegagalannya menjaga. Seperti wanita yang sangat dia cintai di masa silam, yang sekarang entah bagaimana kabarnya. Ia bahkan tak berani mencari tahu, terlalu takut untuk bertemu, terlalu riskan, jika hatinya masih mengharap. Namun, hanya melukai dia yang dicinta.

dr. Naura sendiri terkagum-kagum saat Miftah membuka pakaiannya di depan dr. Aina Umair. Tubuh kekar dengan eigh abs membuatnya tampak seksi sekali. Namun jelas, dia pun tak berani mengharap.

Naura terlalu takut jatuh cinta. Karena ia tak pernah tahu ayahnya ada di mana. Bagaimana dia akan menikah jika keberadaan walinya saja entah di mana. Apa dia masih hidup, atau sudah mati?

Dia hanya ingat sang ayah pergi ketika usianya remaja, berniat mencari nafkah. Namun, setelah itu tak pernah kembali. Malah berhembus gossip mengikuti jaringan terlarang dan jadi penjahat.

Namun, ia yakin sang ayah tidak mungkin demikian. Simpang siur berita itu membuat dia terusir dari kampungnya. Memilih tempat lain dan hidup sebagai orang baru. Menempuh pendidikan dengan biaya dari kerja keras sang ibu.

Kala itu, dia mengisahkan bahwa mungkin dirinya adalah keturunan keluarga Umair yang terkenal kaya raya.

"Bagaimana ibu bisa yakin?" tanya Naura saat Salma--ibundanya--mengisahkan hal itu.

"Dulu nenekmu pernah cerita soal Abdullah Umair, tapi ya jika kita mengakui itu, paling ditertawakan oleh orang-orang. Mana mungkin kita yang miskin dan terhina ini bagian dari orang kaya raya di ibu kota sana." Salma membuka sebuah lemari tua, memperlihatkan foto album pada putrinya. Foto di mana ada sosok Abdullah Umari di sisi ibunya yang bernama Niratih.

"Aku juga tak pernah tahu siapa ayahku. Tapi aku ingat, Abdullah Umair beberapa kali datang ke rumah, memberi nenek uang, tapi tak pernah menginap," kenangnya mengingat masa kecilnya.

"Jadi, aku sepupu dengan dr. Hamish Anggara? Seniorku di kampus?" tanya Naura dengan senyuman mengembang.

"Mungkin, tapi siapa yang akan percaya? Kita tak ada bukti real, selain foto ini saja dan foto-foto lainnya bagaimana ibu begitu akrab dengan Abdullah Umair."

Naura menatap foto lelaki yang memang tampan, wajahnya mirip dengan dr. Aina Umair yang sangat dia kagumi.

"Ibu harap. Kamu jadi dokter hebat seperti tantemu, dr. Aina Umair. Setiap kali melihat dia di televisi, ibu bangga sekali jika ternyata kami adik kakak. Meskipun berbeda nasib." Salma tersenyum.

"Semoga Naura bisa bekerja di rumah sakit itu. Supaya bisa bertemu dr. Aina Umair dan juga Abdullah Umair, barangkali dia ingat nenek, dan benar kita adalah keturuannya juga. Supaya tidak ada lagi yang menghina kita." Naura tersenyum dengan penuh harap. Ia pun giat belajar dan sering memperhatikan Hamish Anggara yang merupakan senior di kampusnya.

Kekaguman kian besar karena lelaki itu tak pernah melirik wanita, selalu fokus pada pendidikannya. Hingga dia lulus lebih dulu, maka Naura pun harus bisa mengejar untuk bisa melamar dan bekerja di rumah sakit besar tersebut.

Hari ini, sepulang kerja dan bertemu dr. Aina, ia membuka lagi foto album yang diberikan ibunya. Menatap sosok lelaki yang diduga kakeknya.

Namun, sebuah suara dari luar tempat indekost membuat dia menutup album dan membuka pintu untuk melihat, karena terdengar seperti banyak yang berlari.

Sayangnya, saat dia membuka pintu, justru senjata laras panjang diarah ke wajah dan tubuhnya oleh enam orang berbaju serba hitam.

"Letakkan tangan di atas!" titah salah satu dari mereka.

"S-siapa kalian?" Naura gemetar hingga jatuh duduk di lantai.

Naura gemetar saat semua barangnya digelah dan berkas-berkasnya diambil paksa. Pun dia diborgol dan dibawa ke dalam mobil yang sama gelapnya seperti baju mereka.

Bersambung

NIKAH TANPA CINTA (Tersedia Di Gramedia)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang