4. Penyelidikan Tentang Naura

4.1K 333 6
                                    

Dr. Naura pasrah saat semua barang miliknya digeledah dan dibawa oleh orang-orang berpakaian hitam tersebut. Sebagian lagi berpakaian preman dan mengepung tempat itu. Sebagai seorang wanita, dia merasa aneh diperlakukan seperti ini oleh aparat penegak hukum.

"Sebenarnya apa salah saya?" tanyanya ketika dibawa di kantor polisi dan diperiksa.

"Anda anak dari Rustam? Atau orang sekarang lebih mengenalnya Rudy?" tanya pria yang duduk di hadapan dr. Naura.

"Rustam memang nama ayahku, lalu?" tanya Naura dengan rasa penasaran.

"Dia seorang pengedar narkoba yang berulang kali lolos dari penyergapan. Apa betul sebagai anak Anda tidak tahu?" tanyanya dengan sangsi.

"Terakhir saya bertemu dengannya di usia 15 tahun, tentu saja saya tidak tahu dengan apa yang terjadi termasuk kenapa saya harus diperlakukan seperti ini?" tanya dr. Naura heran dan kesal.

"Tolong hubungi Kompol Miftahul Huda, katakan padanya kita gak bisa menunggu lagi. Terpaksa wanita ini kita tahan sekarang. Takut membahayakan keluarga Anggara, ini permintaan salah satu keluarga mereka juga yang sudah mendeteksi bahwa dr. Naura ini anak dari Rustam alias Rudy. Jadi kita amankan duluan," katanya pada anak buahnya.

"Siap, Dan!" Lelaki itu langsung menghubungi Miftah yang sebelumnya diminta ikut mengawasi gerak gerik dr. Naura.

Wanita itu baru sadar, jika Miftah memang sering datang pada dr. Aina, dan mungkin itu sekaligus mengawasi dan memata-matainya. Luntur sudah rasa kagum yang pernah dia sematkan pada lelaki berkulit cokelat tersebut. Berganti dengan rasa kesal bukan main.

Ia pun ditanyai banyak pertanyaan, bahkan kaitannya dengan keluarga Abdullah Umair.

"Saya tidak mengatakan saya ada hubungan keluarga, itu baru dugaan yang dikatakan ibunda saya. Saya tulis dalam buku diary, bukan berarti pengakuan dan kedatangan saya ke sana murni untuk bekerja!" tekan dr. Naura dengan rahang yang mengeras.

"Begini, akhir-akhir ini banyak kejadian pembuatan narkoba dilakukan di rumah sakit. Wajar jika salah satu anggota keluarga Umair meminta kami mengamankan Anda untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan dengan rumah sakti kebanggaan mereka. Karena mereka sudah mendeteksi Anda adalah anak dari Rustam alias Rudy."

"Tidak mungkin! Mereka tidak mungkin tahu jika tidak diberitahu oleh orang-orang seperti Anda. Padahal saya di sana bekerja, saya tekankan bekerja mengabdikan ilmu saya untuk orang banyak." Dr. Naura benar-benar tak habis pikir dengan apa yang terjadi.

Di sisi lain, dia pun sangat cemas. Apalagi suara lembut dan menenangkan itu terdengar. Suara Kompol Miftah yang datang untuk menemuinya.

"Hai," katanya menatap dr. Naura yang membuang pandangan.

Miftah tersenyum dengan kaos ketat dan pistol yang terselip di pinggangnya.

"Jadi, sudah fix dia terlibat atau belum?" tanyanya pada rekannya.

"Belum, masih kita selidiki dan terpaksa akan kita tahan."

"Apa?" Naura memekik terkejut. "Kenapa harus langsung ditahan?"

"Karena Anda terikat dengan sindikat berbahaya, jadi harus kami tahan untuk keamanan Anda atau bahkan untuk keamanan orang lain dalam hal ini keluarga Anggara dan Umair," papar penyidik dengan serius.

Cemas, takut menjadi satu. Ia pun tidak ada pilihan lain selain minta tolong dr. Aina Umair, atasannya.

"Boleh saya menghubungi dr. Aina Umair, barangkali dia bisa menjamin bahwa saya tidak sejahat yang Anda semua sangkakan." Naura berharap jika dokter senior itu adalah tantenya saat ini. Dia butuh perlindungan, andai benar dia anggota keluarga Umair juga, maka dia kemungkinan akan bisa bebas dari tuduhan dan membuktikan dirinya tak bersalah.

NIKAH TANPA CINTA (Tersedia Di Gramedia)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang