7. Bagaimana Pernikahan Terjadi

3K 280 29
                                    

"Kita bukan keluarga Umair, Bu," ujar Naura dengan menatap sang ibu. "Naura sudah melakukan tes DNA untuk membuktikan, ternyata kita bukan bagian dari orang kaya itu. Tapi mereka memang baik sama Naura."

Salma terlihat sedih, padahal dia sangat berharap itu benar. Ia adalah adik dari dr. Aina Umair yang sangat terkenal dan selalu dikaguminya.

"Lha kok, nenek kita bisa akrab sama Pak Abdullah Umair ya?" tanyanya lemah.

"Mungkin, Pak Umair membantu nenek yang kekurangan harga. Beliau dermawan kan?" Naura membesarkan hati sang ibu yang mengangguk pasrah dengan takdirnya.

Kini, Naura menatap Miftah yang tengah sibuk membuat teh hangat untuk di pagi hari. Bertingkah seperti di rumahnya sendiri. Pistol dan borgol dia sembunyikan, agar Salma tidak tahu.

"Nak, apa kamu serius akan menikah seperti ini? Tanpa orang tua lelaki itu tahu? Menikah secara agama saja?" Salma menatap Naura yang tengah memotong sayuran yang ia petik dari halaman selepas subuh tadi.

Air mata Naura pun hampir tumpah, andai bukan karena mencemaskan kesehatan ibunya.

"Jadi gini, Bu. Aku dan Miftah akan menikah secara resmi jika ayah sudah ditemukan," ujar Naura, sukses membuat Miftah menoleh dan tersenyum padanya. Ia pun menatap dengan takjub wanita yang terlihat tegar itu.

"Kami saling mencintai, tapi ... Miftah takut orang tuanya tidak terima jika ayahku tidak jelas rimbanya. Karena itu, kami berencana mencarinya, tapi karena gak mungkin dua-duaan ke mana-mana, jadi kami halalin dulu saja secara agama. Supaya gak jadi fitnah." Naura menatap sang ibu yang terlihat keberatan dengan keputusan putrinya.

"Naura benar, Bu. Saya janji, saya akan menjaganya dengan segenap jiwa raga saya. Karena meskipun nikah secara agama, tapi itu tetap janji pada Tuhan Yang Maha Esa." Miftah menatap Salma dengan menyamakan tinggi sambil duduk. "Saya janji, jika ayah Miftah ditemukan, akan saya resmikan pernikahan kami secara negara juga. Kami saya adakan resepsi, agar semua orang tahu kami pasangan yang saling mencintai."

Naura langsung membalikkan badan dan menahan tangis yang hampir meledak dari bibirnya mendengar kebohongan yang dibuat Miftah pada ibunya.

"Kami mencarinya, karena Naura hanya ingin menikah diwalikan oleh ayahnya di hadapan banyak orang. Sekaligus mengembalikannya pada ibu," papar Miftah dengan serius. Padahal Naura mati-matian menahan air mata yang hampir tumpah di dari matanya.

"Kalian yakin?" tanya Salma menatap putrinya yang membelakanginya sambil memotong sayuran.

"Iya, Bu. Naura yang mau. Naura pengen diwalikan ayah," katanya dengan menggenggam pisau kuat-kuat.

Maafkan Naura, Bu. Setelah ini mungkin akan membuat ibu lebih sedih lagi. Bukan hanya karena ayah yang akan ditangkap karena ternyata seorang penjahat, tapi juga karena putrimu ini akan menjadi janda.

Berulang kali Naura menahan isakan dan mengatur napasnya agar tak terisak di hadapan ibunya.

"Ya sudah, jika itu sudah keputusan kalian berdua dan benar-benar tanpa paksaan. Nanti ibu akan menemui Yai Mahmud untuk menikahkan kalian."

Mati-matian Naura menahan ledakan di hatinya yang sangat terluka dengan apa yang terjadi antara dirinya dan Miftah serta nasib keluarganya. Ia tak pernah menyangka, ujian tak habis-habis menerpa dirinya.

Salma pun beranjak dan pergi ke kamarnya, sedangkan Naura langsung ambruk dan tersedu dengan menutup bibirnya.

"Nau," panggil Miftah pelan. Lengan kekar itu menyenth pundaknya, tapi langsung ditepis dan ditatap dengan mata yang sembap.

NIKAH TANPA CINTA (Tersedia Di Gramedia)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang