Nala meluruskan kedua kakinya. Kosannya hari ini terlihat sangat rapih, buku-buku yang biasanya terlihat berantakanpun sekarang sudah berjajar di atas lemari tanpa pintu itu.
Niat hati ingin mengirim pesan untuk Revan. Tapi pesan yang dikirimnya semalam saja sampai sekarang belum dibalas. Semalam suntuk Nala memikirkan kenapa Revan gak membalas pesan singkatnya itu. Emang Nala salah ngetik begitu?
"Kan gua cuma ngasih tau aja kalo gua ada psiko." Gumam nala sambil menopang dagunya.
Nala memandangi flashdisk milik Revan. Barang itu tertinggal di ruang bem. Kemarin saat Nala sedang rapat kecil-kecilan dengan dua temannya ia tak sengaja melihat flashdisk hitam berlabel nama Revanio itu tergeletak di sofa di dalam ruangan bem. Tadinya Nala ingin mengembalikannya setelah rapat selesai. Tapi sampai sorepun Nala belum bertemu lagi dengan Revan.
"Balikin aja kali ya ke kosannya?."
Nala sudah tahu dimana lokasi kosan Revan. Kemarin saat makan nasi padang bareng Revan ia basa-basi menanyakan di mana Revan tinggal.
Tanpa ragupun Revan langsung memberi lokasi detail kosannya.
"Balikin aja ah."
Setelah kurang lebih setengah jam berada di atas motor ojek online akhirnya Nalapun sampai di depan kosan Revan.
Kosannya lumayan besar tapi yang dilihatnya hanya beberapa pintu saja dari luar.
"Pasti kosan Revan mahal nih. Pasti dalemnya luas, fasillitas komplit, kamar mandi dalem. Huh enak banget."
Siapa sangka ternyata pintu gerbang kosan Revan tidak tertutup dengan sempurna. Terdengar suara tertawa laki-laki dari dalam.
"Kayaknya rame," gumam Nala sambil mengintip ke dalam gerbang kosan.
Sentak semua orang yang ada di teras langsung menengok ke arahnya. Nala salting dan kagok bukan main. Dia diam sesaat sampai akhirnya sadar dari lamunannya.
"Eh sorry... gue ganggu ya?"
Tak ada satupun yang menjawab pertanyaannya, hening sesaat.
"Sini la masuk." Panggil Revan sambil mengayunkan tangannya memberi kode agar Nala masuk ke dalam.
"Ada apaan Na sore-sore ke sini?" Tambah Revan sambil bergeser ke kiri agar Nala bisa duduk di sampingnya.
Nala mengeluarkan 1 buah flashdisk hitam yang dari tadi sudah disiapkannya di dalam totebag miliknya.
"Mau balikin ini,"
Revan kaget. Matanya membulat memancarkan sinar kebahagiaan. Bibirnya tersenyum lebar seakan sepertinya hari inj adalah hari paling bahagia untuk Revan.
"LO NEMU DIMANA?"
Revan langsung menyamber flashdisk miliknya sambil mengamati apakah benar ini flaskdisknya atau bukan.
"Di sofa bem. Kayaknya jatoh pas lo lagi duduk di situ."
Teman sekosan Revan yang lain hanya keheranan melihat kelakuan Revan.
"Kok lu tau kosannya Revan di sini?" Tanya arya disela-sela keheningan.
"Dikasih tau Revan kemarin."
"Buset ini orang maen ngasih tau kosan aja ke cewe." Sahut Rian. "Udah nakal nih ya sekarang."
Revan masih sibuk dengan flashdisknya itu. Sujud syukur Revan barang itu bisa kembali ke tangannya. Kalo tidak ya wassalam. Dia pasti harus mengulang semester.
"Lo anak Psikologi bukan sih, La?" Tanya arya.
Nala mengangguk. Dia kenal Arya. Lebih tepatnya hanya kenal nama sih. Lagipula siapa sih anak Psikologi yang gak kenal Arya. Udah ganteng, tinggi, ramah sama semua orang. Pokoknya perfect deh.
KAMU SEDANG MEMBACA
right there
FanficKenapa semesta yang menyelesaikan ini? Kenapa bukan ia yang diijinkan untuk menyelesaikannya? Kenapa harus dihilangkan?