Pagi ini Revan menyeduh sendiri latte sasetan yang baru ia beli semalam. Kopi ditambah roti anget emang perpaduan yang pas banget buat hari rabu pagi ini.
Roti itu pemberian Nala tadi malam saat mereka makan nasgor bareng. Revan gak terlalu paham ini kue apa, tapi kalau dilihat-lihat mirip brownies.
Terlihat sora sedang menuruni tangga dengan ponsel yang sedang ditempelkannya di tangan sebelah kirinya ia sedang sibuk berbicara dengan orang di sebrang sana.
Tanpa basabasi Sorapun langsung menyambar kue yang ada di depan matanya itu.
"gue makan, ya?" Ucapnya dengan suara yang sangat kecil agar lawan bicaranya di sebrang sana tak mendengar.
Revan menangguk, ia kembali membuka ponselnya. Terlihat satu notifikasi dari Abel. Sudah 4 hari ini Abel dan Revan tidak pernah chatan lagi lewat pesan singkat itu. Entah kenapa, mungkin mereka sudah sama-sama sibuk dengan urusannya masing-masing.
Abel
van nanti berangkat bareng bisa gak? dika hari ini ada kelas pagi jadi dia berangkat duluan.Revan menghembuskan nafasnya. Ia sudah janji pada Nala untuk berangkat bareng siang ini. Entah lah disaat seperti ini siapa yang harus dia pilih. Bikin pusing.
Abel
bisa gak van?Revan yang sudah terlanjur membaca pesan itupun mau tak mau harus membalasnya. Ya walaupun ia pun masih belum tau harus jawab apa.
Revan
kayaknya gabisa belAbel
ohh oke gpp kokEntahlah tapi perasaan Revan tak karuan saat ini. Ia merasa gak enak karena Abel adalah teman dekatnya, mana pernah Revan menolak ajakan Abel untuk berangkat bareng.
Disisi lain Revan sudah janji ke Nala untuk berangkat bareng siang ini. Ah semua ini bikin pusing.
"Kenapa? kusut amat lo?" Sora yang dari tadi sudah menutup telefonnya akhirnya bersuara juga. Tangannya itu masih sibuk mengambil brownies milik Revan.
"Gak." Sahut adik laki-lakinya itu.
Sora hanya menatap adiknya sebentar lalu pergi lagi menuju kamarnya di lantai atas.
Sedangkan Revan masih saja duduk di sofa ruang tamunya itu. Entah dia memikirkan apa, pasti gak jauh-jauh dari masalah tadi.
———
Motornya sudah terpakir rapi di parkiran kampus. Motor hitamnya itu baru saja dinaiki oleh 2 orang; Revan dan Nala. Iya mereka jadi berangkat bareng.
Di sana, di sebrang sana. Revan bisa melihat sorot mata itu. Perempuan berambut hitam panjang itu sedang membawa kardus besar yang tampaknya agak berat sedang melihat kearahnya dengan wajah yang bisa dibilang agak kurang ramah.
Helm hijau di kepalanya menandakan ia baru saja turun dari motor ojek onlinenya itu. Tak berapa lama perempuan itu membalikan badannya lalu melepas helmnya dan langsung melenggang pergi begitu saja.
"Kayaknya marah," Gumamnya sambil melihat perempuan itu berjalan menjauh dari tempatnya tadi.
Nala yang melihat itu hanya bisa menatap keduanya dengan pandangan kosong. Disaat-saat seperti ini adalah saat yang paling dibenci Nala.
"Ayo, Van."
Revan hanya menengok lalu ikut berjalan di samping Nala yang tersenyum sumringah. Ia lega, Nala kira Revan akan menghampiri Abel lalu meninggalkannya. Ternyata tidak, dugaannya salah.

KAMU SEDANG MEMBACA
right there
FanficKenapa semesta yang menyelesaikan ini? Kenapa bukan ia yang diijinkan untuk menyelesaikannya? Kenapa harus dihilangkan?