11: Ajakan dari Orang yang Tidak Terduga

451 108 4
                                    

Mingi lagi-lagi menghela napas saat menyadari kehadiran Yunho di kafe tempatnya bekerja. Rasanya aneh sekali melihatnya berada di sana, karena selama mereka berpacaran, Mingi tahu betapa Yunho tidak menyukai kafe dan lebih suka nongkrong diwarung kopi. Jadi saat Yunho datang setiap hari ke kafe setelah satu jam buka dan baru pulang setelah jam bekerjanya Mingi selesai, rasanya menyakitkan.

Karena apa Yunho inginkan darinya?

Semuanya sudah selesai dan Mingi sudah menghilang dari kehidupan Yunho selama enam bulan belakangan. Namun, nyatanya Yunho malah setiap hari selama sebulan setengah ini terus datang ke tempat kerjanya. Membuat semua usaha Mingi sia-sia dan seringnya berakhir menangis di kosan karena tidak kuat menahan semua yang dirasakannya hanya karena terus melihat Yunho.

"Mingi ... Mingi...," panggilan itu membuat lamunannya buyar dan menyadari bahwa Ella, temannya Seonghwa menatapnya. Membuat Mingi hanya bisa tersenyum kikuk karena dia yang berada di depan kasir, tetapi dia juga yang tidak fokus.

Mingi tersenyum untuk menutupi perasaannya yang sakit karena memikirkan Yunho. "Eh iya, kak. Mau pesan apa?"

"Kamu gapapa?"

Mingi hanya tersenyum sebagai respon, meski sebenarnya tidak menyangka akan mendengarkan pertanyaan seperti itu. Apalagi dari seseorang yang seringkali Seonghwa bilang untuk tidak membuat temannya itu kesal. Mingi paham dengan maksudnya Seonghwa karena dia sendiri melihat bagaimana Ella mengamuk kepada sekelompok lelaki secepat orang ngerap. Kemudian, barulah Mingi tahu dari Seonghwa kalau Ella mengamuk karena sekelompok lelaki yang ternyata teman sekelompoknya, setengahnya tidak mengejakan tugas bagiannya dan setengahnya yang mengerjakan tidak sesuai dengan kesepakatan.

"Gapapa, kak." Mingi tersenyum. "Kakak mau pesan biasa ya?"

"Iya." Ella tidak memandang Mingi dan membolak-balikkan kertas yang telah dilaminating sebagai menu di kafe ini. Meski Mingi tahu biasanya Ella tidak memesan apa pun karena dia lebih menyukai makan kue daripada snack yang berupa gorengan. Namun, Mingi tidak menduga saat Ella meletakkan kertas dan menatapnya, dia mendengar, "Kamu kalau sedih tidak apa-apa, Mingi. Itu manusiawi."

"Hahaha...," Mingi memaksakan tawa meski entah apa terdengar sumbang atau tidak didengar oleh Ella. Hongjoong berada di lantai 2 untuk roasting biji kopi dan hari ini adalah hari Jongho libur sehingga sekarang dirinya sendirian. "Makasih kak Ella atas kepeduliannya."

Biasanya, kalau Ella ingin berbicara dengan Mingi dan sudah sampai di titik ini, maka percakapan mereka berakhir. Namun, Ella tetap berada di depan Mingi dan membuatnya bertanya-tanya apakah sebentar lagi akan kena marah karena menjawab tidak sesuai dengan apa yang dirasakannya.

"Katanya Seonghwa, besok kamu libur ya?" Mingi mendengarnya tentu heran, tetapi memutuskan untuk menganggukkan kepala. "Mau jalan sama aku?"

"Apa?"

"Bersedih sendirian itu tidak menyenangkan," Ella menatap Mingi tanpa ekspresi berarti, "Meski tidak bisa memberikan dukungan emosi, tapi kalau kamu mau makan-makan sambil mengeluarkan emosimu, aku bisa menemanimu."

Mingi terlalu bingung harus merespon seperti apa. Ella juga tampaknya tidak mendorong ide itu semakin jauh dan memutuskan untuk berbalik meninggalkan Mingi. Dia masih kebingungan dan mencoba mencerna apa yang baru saja terjadi, lalu tepukan pelan membuat Mingi terlonjak dan mengira kalau Hongjoong sudah kembali serta akan memarahinya karena melamun. Untungnya, orang yang menepuknya adalah Seonghwa dan menatapnya sembari tersenyum.

Ah, Seonghwa kapan tidak tersenyum?

"Kamu kenapa?" Seonghwa menatap Mingi. "Jangan kebanyakan melamun, ruko ini belum sempat dicek sama orang pintar apa ada penunggunya taua tidak."

Mingi hanya meringis dan kemudian membuat pesanan Ella. Saat mengantarkan pesanan, Mingi berusaha dengan kemampuan maksimalnya untuk mengabaikan keberadaan Yunho. Meski merasa punggungnya ditatap oleh Yunho, karena tumben sekali kafe di jam sekarang hanya ada Yunho dan Ella. Sementara Yeosang sepertinya tahu kalau Jongho tidak ada jadwal kerja sehingga memutuskan untuk tidak datang.

"Kak, pesanannya," panggilan Mingi membuat perempuan yang menggunakan airpod di telinganya, menoleh ke arahnya. Seharusnya, setelah meletakkan pesanan, Mingi pergi dan kembali ke counter, bukan berdiri di sana dan membuat Ella menatapnya. Kemudian, Mingi sadar belum memberikan jawaban dari tawaran Ella kepadanya, "Kak ... masih berlaku tawarannya?"

"Masih, Mingi."

"Besok mau jam berapa?"

"Bebas aja," Ella menatap Mingi, "Besok aku enggak ada jadwal kuliah dan lagi gak mood ketemu adik tingkat praktikanku."

Seharusnya, Mingi merasa tidak enak karena Ella tidak mau menemui adik tingkat yang menjadi tanggung jawabnya. Meski sebenarnya Mingi kesal kepada dirinya sendiri karena mendengar kata praktikkan langsung membuatnya teringat Yunho yang mana sejak semester 3 perkuliahan menjadi asisten praktikum laboratorium Geologi Dasar. Padahal Ella belum tentu membicarakan praktikum semacam itu saat berbicara kepada Mingi.

"Keberatan gak kak kalau seharian aku ajak jalan?"

"Kalau itu bisa membuatmu lebih baik, gapapa."

"Oke, kak," Mingi kemudian menoleh ke arah pintu masuk kafe karena sejak tadi mendengar suara bel yang cukup sering dan ternyata ada segerombolan orang yang datang, "Aku pamit ya, kak. Sampai ketemu besok."

Sepanjang sisa hari itu, Mingi sibuk bekerja dan melupakan fakta kalau dia tidak memiliki nomor Ella. Saat jam kerjanya berakhir yang khusus hari itu adalah tengah malam karena Wooyoung bilang sakit pinggang sehingga perlu istirahat, Mingi baru menyadari hal itu. Baru mencoba memikirkan kalimat untuk meminta nomor Ella kepada Seonghwa, suara bel tanda pintu masuk kafe ke

Hanya untuk mendapati Ella yang berjalan ke counter dan bajunya sudah berbeda dengan yang dilihat Mingi tadi siang.

"La?" Seonghwa menatap Ella dengan tidak percaya. "Kamu ngapain di sini jam segini?"

"Ada urusan," Ella menjawab seadanya, lalu menatap Mingi dan menarik sebelah tangan lelaki itu untuk menyelipkan kertas, "Aku lupa kasih ini tadi dan temanku yang bulol ini tidak mengangkat teleponku sejak tadi."

"Aku kerja, bukan bucin, Marcella!"

Oh, Mingi baru tahu kalau nama aslinya Ella adalah Marcella.

"Ya terserahlah," Ella tampak tidak mau ambil pusing dan berbalik. Melambaikan tangan dengan tidak minat dan Mingi menatap kertas kuning di tangannya. Menampilkan deretan angka yang jelas itu adalah nomor HP.

Padahal Mingi tadi pagi merasa kesal karena motornya bermasalah dan berakhir di bengkel. Membuatnya naik gojek ke tempat kerja dan tadinya baru mau bertanya apakah Seonghwa mau memberikan tumpangan kepada Mingi. Namun, tangannya sekarang terburu-buru mengambil HP dan mengetikkan nomor serta pesan teks singkat kepada nomor tersebut.

Setelah terkirim, Mingi baru menyadari keimpulsifannya. Mereka mengiyakan untuk bertemu besok, bukan sekarang meski secara tekniks jam 12.23 sudah berbeda hari dari kemarin.

Bagaimana kalau....


087812xxxxxx
Oke, aku mutar dulu.
Mekdi mau gak?


Mingi tahu tindakannya sekarang tidak tahu diri, tetapi dia benar-benar butuh teman bicara dan bukan orang yang mengetahui tentang dirinya mau pun tentang Yunho.

Potiori Coffee | ATEEZTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang