09: Drama Pelanggan yang Membuatnya Kesal

583 128 3
                                    

Jongho mempertanyakan kepada diri sendiri dosa semasa SMK yang mana sehingga membuatnya mendapatkan karma bernama Kang Yeosang. Dia bahkan tidak perlu bertanya nama lelaki itu, karena orangnya sendiri yang mengatakan di depannya saat pertemuan pertama mereka. Berbonus pick up line yang tidak membuat Jongho terkesan.

Bagaimana mau terkesan, Jongho waktu SMK itu kerjaannya gonta-ganti pacar? Selulus SMK saja yang membuat Jongho bertaubat menjadi lelaki baik, itu juga karena permintaan ibunya yang katanya sakit kepala melihat rumah mereka keseringan didatangin mantan-mantannya Jongho yang tidak terima diputuskan begitu saja.

Jongho memang seringkali melanggar aturan dan mematahkan hati orang-orang yang mencintainya, tetapi pantang melawan perkataan ibunya.

"Jong, tuh datang lagi pangeranmu," perkataan Mingi membuat Jongho yang baru selesai mengekstrak espresso, melengos, "Ayo semangat menghadapinya, Jong. Gue yakin lo kuat."

"Kak Mingi, diem deh." Sahut Jongho sebal. "Atau kakak aja deh yang layanin. Aku lupa udah buang ampas kopi di knock box atau belum."

"Gak ah, itu jatahnya lo," Mingi mendorong pelan Jongho untuk berada di depan kasir, "Gue aja yang cek ampas kopi di knock box. Sekalian aja ya lo buatin pesanan temannya kak Seonghwa, kalo gue yang buat kayaknya selalu ada protesan darinya."

Jongho ingin protes, tetapi Mingi sudah dengan cepat mengambil portafilter di tangannya dan mendengar, "Hai Jongho, makin hari makin ganteng aja nih."

Rasa-rasanya Jongho ingin berhenti bekerja di Potiori Coffee agar terbebas dari Yeosang. Namun, rasanya berhenti karena ulah satu orang itu bodoh sekali dan yang bisa dilakukan Jongho sekarang hanyalah tersenyum tidak niat.

"Halo kak, mau pesan apa hari ini?"

"Panggil namaku dong, Jong. Sedih amat gue cuma dipanggil kakak doang kayak gak kenal aja."

Jongho jadi mengingat pertanyaan Hongjoong waktu diwawancara soal kesiapannya menghadapi orang menyebalkan. Jongho waktu itu berpikir dia menghadapi orang yang menyebalkan paling tinggi levelnya hanya orang yang sok mengerti tentang kopi, bukan menghadapi orang yang cari perhatian kepadanya karena dirinya tidak begitu merespon lelaki itu.

"Kak Yeo, mau pesan apa?" Jongho berusaha terdengar ramah dan memberikan senyuman.

"Yeo aja nih, gak Yeosang?"

"Biar spesial, kak," Jongho rasanya ingin meninju dinding terdekat setelah mengatakan hal itu dan bisa mendengar tawa tertahan Mingi di belakangnya, "Kak Yeo mau pesan kopi apa? Atau pesan kopi seperti biasanya."

"Emangnya ingat gue pesan apa aja, Jongho?"

"Ice Latte dengan ekstra espresso, susunya diganti low fat dan gulanya ditambahkan setengah takaran," Jongho tersenyum, meski sebenarnya bete karena di belakang lelaki itu dilihatnya ada dua orang yang mengantri, "Atau kak Yeo mau coba kopi lain hari ini?"

"Gak, gue mau pesanan yang kayak lo sebutin tadi," Yeosang mengeluarkan HP-nya, "Nih gue apa gak bisa sekalian dapat nomor lo apa, Jongho?"

"Enggak kak, maaf," Jongho tetap tersenyum, "Kalau mau bayar pakai Gopay atau OVO, silahkan scan QR Code ini ya, kak Yeo. Totalnya dua puluh lima ribu, kak Yeo."

Yeosang melakukan apa yang dikatakan Jongho dan sebelum menekan transaksinya, memperlihatkan jumlah uang yang dibayarkan menggunakan Gopay. Namun, Yeosang tidak kunjung bergeser dari tempatnya padahal transaksi sudah selesai dan Jongho menghitung sudah ada 4 orang yang mengantri di belakang lelaki itu.

"Ada apa, kak Yeo? Ada lagi yang bisa dibantu?"

"Gue tunggu lo sampai jam kerja berakhir ya, Jongho."

"Ha?"

Yeosang hanya tersenyum dan berlalu dari hadapan Jongho begitu saja. Mau bertanya juga sudah tidak bisa karena antrian cukup banyak dan pesanan-pesanannya yang cukup banyak. Mingi sudah kembali untuk membantunya, meski wajahnya tampak murung. Hongjoong juga kembali dari urusan roasting kopi yang sangat membantu keduanya karena kecepatannya membuat espresso tidaklah diragukan.

Jongho dan Mingi masih tidak berani langsung mengoperasikan dua slot untuk membuat espresso. Bukan seperti Hongjoong atau Seonghwa yang langsung bisa mengoperasikan tiga slot sekaligus jika sedang banyak pesanan. Kalau Hongjoong sebenarnya masih bisa dimengerti kemampuannya membuat kopi karena memang auranya terasa kalau dia mencintai kopi. Sementara Seonghwa itu ... dia bahkan bilang tidak bisa minum kopi kalau tidak dicampur dengan susu dan gula, tetapi anehnya kemampuannya hampir setara dengan Hongjoong.

"Antar ke mejanya," perkataan Hongjoong ingin membuat Jongho protes, tetapi ditelannya saat mendengar, "Di sini jangan membawa perasaan, meski dia menyebalkan bagi lo. Kalau selesai jam kerja, lo boleh abaikan dia."

Jongho terpaksa membawa nampan berisi minuman ke mejanya Yeosang. Meski sepanjang jalan menggerutu dalam hati karena jam kerjanya selesai itu biasanya jam 12 malam dan mana bisa dia benar-benar menuruti perkataan bosnya itu? Namun, Jongho kaget saat gelas yang dibawanya diambil oleh lelaki yang tidak dikenalnya dan detik berikutnya melihat isinya sudah disiramkan ke kepala Yeosang.

Apalagi gelasnya juga ikut dibanting ke lantai sehingga menimbulkan fragmentasi tidak sama besar. Jongho yang akhirnya tersadar mendengar sumpah serapah lelaki asing itu dan hendak meninggalkan tempat, menahan tangan orang itu.

"Lepas gue, brengsek!"

"Mohon maaf, kak, tapi kakak memecahkan gelas dan merebut minuman yang seharusnya saya berikan kepada pemesannya, jadi kakak harus ganti rugi," Jongho masih berusaha tersenyum karena tahu kalau tanpa itu, wajahnya menyeramkan. Lalu melihat Hongjoong yang datang menghampiri dengan membawa handuk, benda yang sebenarnya tidak disangka akan ada di tangan bosnya itu, "Bang Joong, ini silahkan di urus soal perkara ganti ruginya. Aku ambil pel dulu."

"Thanks, Jong," Hongjoong menerima tangan orang yang mengacau di tempatnya dan menukarnya dengan handuk yang dibawanya, "Nih kasih ke kakakmu tersayang. Dan lo yang mau kabur setelah berbuat kekacauan, gue harap lo bawa uang banyak karena gelas yang barusan lo pecahin itu custom."

Jongho menerima handuk yang diberikan oleh Hongjoong kemudian menghampiri Yeosang dan memberikannya. "Kak, bawa baju ganti gak? Kalau bawa, mendingan kakak bersihin diri karena kepalanya pasti lengket."

"Gue gak bawa sih sayangnya, Jongho."

"Yaudah, pake punyaku aja gimana, kak Yeo?"

Yeosang menatapnya sembari tersenyum dan Jongho menyesal telah mengatakannya. Dia memang setiap hari membawa baju ganti karena sebelum pulang, menumpang mandi di tempat kerjanya setelah bekerja seharian. Menyesal menawarkan karena itu artinya malam iniJongho tidak punya baju ganti setelah mandi dan menyesal karena itu artinya dia harus berbagi sampo serta sabunnya kepada orang yang menurutnya menyebalkan.

"Gue baru tahu kalau lo perhatian juga ke gue, Jongho."

"Kak Yeo mendingan diam atau aku tarik kembali perkataanku."

Hanya tawa yang didengar oleh Jongho sebagai jawaban dan sepertinya setelah ini, dia akan menelpon ibunya untuk mengirimkan pakaian ganti dengan gojek untuknya karena miliknya dipakai oleh orang lain.

Potiori Coffee | ATEEZTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang