"Aku jadi kepikiran Mingi apa baik-baik saja ya?" gumaman Seonghwa yang sudah di dengar oleh Jongho sepuluh kali dalam interval satu jam belakangan.
Jongho tidak tahu apa yang terjadi kemarin sehingga benar-benar tidak punya gambaran apa yang menyebabkan Seonghwa yang biasanya munculnya setelah jam makan siang, sekarang sudah ada bersamanya sejak membersihkan kafe sebelum di buka. Mungkin Jongho harus bertanya dengan Wooyoung karena lelaki itu sumber ... itu tidak akan berguna karena dia baru teringat kalau Wooyoung sakit pinggang.
Sebagai manusia berpikiran positif, Jongho menduga kalau Wooyoung sakit pinggang karena kebanyakan mengangkat sesuatu di rumahnya atau di kosannya. Namun, sebagai manusia realistis dan mengingat dua hari sebelumnya melihat San yang merupakan tetangganya pulang pagi membuatnya tidak berpikiran positif tentang sakit pinggangnya Wooyoung.
Yasudahlah, mereka sudah dewasa dan sudah siap dengan resikonya. Jongho bukan polisi moral.
"Hwa, mendingan bantuin gue nyapu daripada lo mikirin nasib anak orang yang gak minta dikhawatirin." Perkataan Hongjoong membuat Seonghwa mendelik dan Jongho langsung mengambil langkah ke rak dekat westafel serta lap untuk menemaninya mengurusi gelas. "Gak usah pasang muka sok galak, lo kaga jadi macan juga kalo tampang galak."
"Aku manusia, Hongjoong!"
"Oh kirain lo mau bantah kalo pantesan jadi kucing."
"Diem!!!"
Rasanya Jongho ingin menyumpal telinganya dengan headset agar tidak mendengarkan pertengkaran menggemaskan (nan menyebalkan) dua orang yang harusnya sudah pacaran. Kalau saja salah satu bosnya peka dan satu bosnya yang lain mau menjelaskan bahwa sebenarnya hubungannya dengan teman perempuannya yang terlihat kelewatan intim hanyalah teman.
Hanya saja, Jongho belum mempersiapkan mentalnya untuk kemungkinan pelanggan pertama saat pintu kafe dibuka untuk umum adalah Yeosang. Hampir dia mengatakan umpatan, kalo tidak teringat itu tidaklah sopan dikatakan di depan pelanggan dan juga karena Jongho masih sayang kepalanya untuk tidak menerima pukulan serta omelan dari Seonghwa.
"Selama pagi, kak Yeo. Apa pesanannya...."
Yeosang memotong perkataan Jongho, "Kayak biasa, tapi espresso shot-nya tambah dua lagi."
"Jadi ... empat shot espresso, kak?"
"Ya."
Jongho menatap Yeosang dengan tidak percaya. Ini masih pagi dan meminum dosis kopi dengan intensitas seperti itu rasanya kalau bukan mencari penyakit, entah apa namanya. Sadar tengah ditatap, Yeosang tersenyum meski tumben sekali Jongho melihat senyuman lelaki itu tidak tengah menggodanya.
"Gue butuh kopi untuk membuat terjaga setidaknya sampai enam jam ke depan," Yeosang menjelaskan, padahal Jongho tidak bertanya, "Ada UTS serta presentasi penting yang harus gue lakukan. Empat puluh delapan jam yang lalu tidak tidur akan sia-sia kalau sekarang gue tertidur."
"Sepertinya perkuliahan berat ya, kak Yeo."
"Namanya hidup pasti berat." Yeosang tertawa, tetapi Jongho tidak memberikan reaksi apa pun karena tangannya melihat tab untuk mentotalkan pesanan lelaki di depannya. "Gue gak tiap hari kerjaannya main doang, dikira orang-orang kalo gue kuliah teknik bisa main sesuka hati."
Jongho tadinya ingin mengatakan total pesanan Yeosang, tetapi rasanya lelaki di depannya tengah curhat kepadanya. Jadi dia memutuskan untuk diam, lalu Yeosang menatapnya dengan heran. "Lo kenapa diam?"
"Kirain kakak masih mau curhat."
"Hahaha ... maunya gitu kalo itu artinya gue bisa ngobrol sama lo," Yeosang kemudian melihat jam di HP-nya, "tapi setengah jam lagi gue ada UTS. Jadi berapa?"

KAMU SEDANG MEMBACA
Potiori Coffee | ATEEZ
FanfictionSelamat datang di Potiori Coffee! Di sini kami menyediakan banyak jenis kopi dengan berbagai metode penyeduhan. Kalau tidak mau pusing dengan semua itu, kalian bisa juga sekalian cuci mata dengan pemandangan para pekerjanya yang tampan. Namun, awas...