14: V60, Tatapan Sinis, dan Kedatangan Badai Bernama Yunho

295 49 8
                                    

"V sixty Bali Kintamani dong, Joong." Suara Ella itu membuat Mingi langsung menatap Hongjoong. Sudah diduganya, bosnya itu tampak tidak senang, tetapi hanya bergumam mengiyakan.

Sebenarnya kalau Mingi paham cara membuat kopi dengan V60, sudah sejak tadi dia menawarkan diri untuk membuatkan dan setidaknya bisa menyelamatkan dirinya dari aura Hongjoong yang seperti ingin memakan orang hidup-hidup. Terakhir Mingi mencoba membuat V60 berakhir disemprot oleh Hongjoong karena Sunda Wine rasanya dia rusak sehingga hanya muncul rasa asam pada kopinya. Salah Mingi juga yang tidak sabaran menuang air ke V60 saat Hongjoong tidak melihatnya.

"Bang, biar aku aja yang antar." Mingi menawarkan diri begitu Hongjoong mengangkat nampan yang berisi gelas sloki dan gelas server pesanan Lea.

Namun, Mingi tidak menduga akan mendengar pertanyaan, "Lo naksir Ella?"

"Hah?"

"Kayaknya lo belakangan ini tiap dia datang selalu mau ngurus pesanannya aja. Naksir?"

"E-enggak gitu, Bang." Mingi panik bukan karena perkataan Hongjoong benar, tetapi karena kalau dia menjelaskan alasan yang sebenarnya pasti akan tetap membuat dirinya serba salah.

Kalau jujur sebenarnya Mingi melakukannya untuk menjaga suasana agar tidak terasa menyeramkan karena Hongjoong bawaannya seperti mau marah-marah tiap bertemu Ella rasanya tidak mungkin. Namun, begitu menyadari kalau Hongjoong sudah tidak ada di depannya membuatnya refleks menoleh dan ternyata lelaki itu sudah berjalan ke tempat Ella biasanya berada kalau datang ke kafe.

Akan aneh Mingi menyusul dan juga tidak bisa dilakukannya karena di kasir terlihat ada seseorang yang hendak memesan. Hari ini Jongho libur dan Wooyoung baru datang nanti siang, sehingga Mingi sekarang hanya berduaan dengan Hongjoong. Namun, baru akan memberikan salam sebagai standar pelayanan, lelaki di depan Mingi berkata, "Ada Songa gak?"

"Hah?" Mingi kemudian buru-buru menimpali perkataannya barusan-yang merupakan refleks jika mendengar hal yang tidak dipahaminya-dan mencoba untuk tetap tenang. "Maaf Kak, setahu saya tidak ada jenis kopi yang namanya Songa."

"Gue gak bilang kopi namanya Songa." Lelaki itu melengos. "Ngomongin kopi, ice americano with double shot espresso dan biji kopinya pake Toraja robusta." Kemudian dia berdecak seperti baru menyadari sesuatu. "Gue lupa, yang manggil kunyuk itu Songa cuma gue sama Ella. Dahlah ... jadi berapa totalan pesanan gue?"

Kalau ada yang dibilang untung, Mingi masih bisa tetap merespon dan menyebutkan totalan yang harus dibayarkan. Lelaki itu menggunakan e-wallet sebagai pembayaran dan ternyata menghampiri Ella. Mingi memperhatikan, tetapi lebih kepada mulai mendapatkan pencerahan soal Songa yang tadi didengarnya.

Kalau lelaki itu kenal dengan Ella ... mungkinkah maksudnya tadi menanyakan keberadaan Seonghwa?

"Lo lihatin gitu banget, cemburu kecengan ternyata punya cowok lain buat main?" Perkataan Hongjoong yang terdengar jelas di samping Mingi membuatnya terlonjak kaget. Hongjoong mengernyit melihat reaksi Mingi, "Lo kenapa deh kagetan?"

Rasanya ingin menjelaskan, tetapi rasa takutnya lebih dominan. Jadi memutuskan untuk mengatakan, "Bang, cowok itu pesan ice americano dengan double shot espresso, tapi maunya Toraja robusta."

"Oh tumben ada yang mau murni pahitnya dan gak ada campuran asam."

Padahal Mingi yang minum kopi sampai kembung sejak bekerja di kafe, masih tidak bisa begitu membedakan rasa yang diminumnya. Mungkin karena pada dasarnya Mingi bukanlah orang yang terlalu memperhatikan detail pada suatu hal, terutama makanan. Satu-satunya detail yang Mingi perhatikan biasanya hanyalah detail pada gambar seseorang. Hal yang sebenarnya berguna tidak berguna.

Berguna, kalau Mingi memang benar-benar berkuliah atau bekerja di bidang visual.

Tidak berguna, karena Mingi bahkan tidak yakin kemampuan menggambarnya cukup untuk membuatnya bisa bekerja di bidang tersebut setelah lulus kuliah. Kuliah di jurusan yang salah karena finansial orang tuanya yang tidak memadai untuk membuatnya bisa berada di kampus yang seharusnya, meski lulus saat ujian saringan masuk.

Siapa bilang kebahagiaan tidak bisa dibeli dengan uang? Orang yang mengucapkan itu pasti hanyalah orang-orang denial dan belum pernah merasakan hidup tanpa uang sama sekali dalam hidupnya.

Suara bel yang dibunyikan membuat Mingi tersadar dia melamun. Bel yang ditaruh di meja kasir oleh Seonghwa karena seringnya membuat pelanggan menunggu karena orang-orang di counter terlalu sibuk-entah membuat pesanan atau melamun-dan saat Mingi hendak menyebutkan salam default kade, dia hanya bisa terdiam. Karena orang di depannya adalah Yunho dan Mingi tidak tahu kalau ternyata setelah semua waktu yang terlewati selama ini, jantungnya dengan kurang ajarnya masih berdebar untuk orang yang tidak seharusnya.

Kenapa Mingi masih bisa terbolak-balikkan hanya karena tatapan Yunho? Orang yang bahkan tidak bisa memilihnya hingga akhir karena tidak berani memperjuangkan perasaannya di depan orang tuanya dan memilih menerima pilihan orang tuanya yang merupakan perempuan.

"Mingi," panggilan itu membuatnya menoleh, ternyata Ella yang sudah berada di samping Yunho. Entah memang karena mengkhawatirkan Mingi atau karena memang hendak memesan sesuatu. "Mau makan apaan? Itu kebetulan Lino mau go-food ke sini. Haje udah aku tanyain, tinggal kamu aja. Kalo Songa udah hafal sih kita di luar kepala dia bakalan makan apaan."

"Hah?"

"Aduh itu hah heh nanti aja, sekarang ayo cepat putuskan dulu. Ayo ... ayo ... ayo...," Ella menjentikkan jarinya, entah tidak menyadari Yunho di sampingnya, atau bagaimana. Lalu, mendengar dehaman membuat perhatian Mingi dan Ella teralihkan kepada Yunho. Belum Mingi mengatakan apa pun, Ella sudah berkata, "Ada apa? Apa tidak terima aku menyelamu untuk berselingkuh di belakang tunanganmu?"

Mingi tidak menyangka Ella akan mengatakan seperti itu, karena dia bahkan tidak pernah bilang kalau memiliki hubungan dengan Yunho selama ini. Yunho tidak mengatakan apa pun dan sejujurnya itu membuat Mingi kecewa. Karena ternyata, hubungan mereka selama ini sepertinya yang menganggap itu bermakna hanyalah Mingi seorang dan itu menyakitkan.

"Kalau tidak berani mempertanggung jawabkan pilihanmu, jangan pernah memulainya," suara Ella membuat lamunan Mingi buyar dan menatap perempuan itu, "karena semua orang yang terlibat denganmu yang pada akhirnya yang disakiti."

Mingi tidak tahu harus merespon seperti apa atau alasan tiba-tiba dia sudah duduk semeja dengan Ella dan lelaki yang katanya Wooyoung adalah selebgram. Entah siapa namanya, tetapi dia tampak kesal dan Mingi merasa salah tingkah. Baru memutuskan akan kembali ke tempatnya, Seonghwa datang ke tempat mereka dengan senyuman yang tidak ada bebannya itu.

"Jadi kita maksi apa ini?"

"Gampanglah," sahut lelaki selebgram yang rasa-rasanya tidak mungkin namanya Lino, tetapi terlalu takut untuk bertanya karena dari wajahnya seperti siap mengamuk kapan pun. "Mendingan lo buat minuman deh, karena nih dari tadi americano gue kaga sampe-sampe."

Seonghwa mendengarnya hanya tertawa, karena tahu penyebabnya. "Biasa 'kan?"

"Hmm." Jawaban seadanya dari lelaki itu hanya membuat Seonghwa tertawa dan membuat Mingi merasa tidak enak. Baru Mingi berdiri dari kursinya untuk menyusul langkah Seonghwa, dia mendengar, "Mendingan lo balik duduk daripada gue yang kena damprat Cella ntaran."

"Tapi...."

"Kalo lo merasa gak enakan sama gue atau Cella, udah telat. Ntar lagi itu cowok yang dari kapan hari sering nyamperin lo bakalan jadi penyebab dia berantem sama Nayoung."

Mingi mendengarnya, mengernyit. Namun, pada akhirnya Mingi tidak beranjak pergi karena hendak menanyakan yang didengarnya kepada Ella. Karena Mingi sejujurnya tidak mau membuat semuanya semakin rumit, tapi dia juga tidak mau membuat Ella memiliki harapan kepadanya.

Karena sejak awal, Mingi tidak pernah tertarik kepada perempuan.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 31, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Potiori Coffee | ATEEZTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang