15

1.2K 157 25
                                    

Sore hari di Seoul, rintik hujan mulai berjatuhan mengenai jalanan yang pasti akan membuat jalanan itu menjadi licin. Mobil sport putih berkendara melewati hujan dengan kecepatan sedikit dilambatkan karena jika mengebut dijalan raya saat hujan itu sangat beresiko apalagi ia membawa seseorang bersamanya kalau ia sedang sendiri mungkin saja kecepatan mobilnya tidak sama seperti sekarang.

"Matikan saja ac nya kalau kau merasa kedinginan," ucap Jake menotice pergerakan Sunoo yang sedang berusaha untuk menghangatkan diri.

"Kalau dimatikan nanti pengap," Sunoo menolak secara halus.

Jake menggeleng, "Tidak akan, lagipula diluar sedang hujan jadi kalaupun ac dimatikan tidak jadi masalah."

"Memangnya tak apa kalau aku matikan?"

"Ya, bukan masalah besar jika kau mematikan ac nya"

"Tapi nanti udㅡ"

"Kau lama sekali," Jake kemudian memutar tombol ac kearah yang berlawanan dengan jarum jam.

/Tau ga sih tombol eh bukan tombol tpi itu yg buat ngatur ac, tau ga?? Itu yg biasanya ada dibawah tip mobil. Ku gatau namanya apa jdi sebut aja tombol:v/

"Mau mampir ke cafe dulu?" tanya Jake melirik sekilas kearah Sunoo.

"Terserah aku ikut,"

Jake mengangguk kemudian membelokan mobilnya kearah kiri, "Kita makan dulu disini, jadi nanti dimansion kita hanya makan malam saja."

"Cafe ini," gumam Sunoo namun masih bisa terdengar oleh Jake.

"Ada apa dengan cafe ini?"

Sunoo merutuki mulutnya yang tidak bisa berbicara lebih pelan lagi dari barusan.

"Tidak ada apa-apa kok, hanya saja ini cafe yang sering aku kunjungi," jawab Sunoo tanpa gagap.

Jake mengangguk kemudian tangannya bergerak untuk melepaskan seatbelt yang terpasang ditubuh Sunoo, tanpa ia sadar Sunoo tersenyum tipis mendapatkan perilaku seperti itu dari Jake. Walaupun perlakuan tersebut sudah tidak asing bagi Sunoo tetapi jika Jake yang melakukannya itu terasa beda.

Ketika tangan Sunoo akan membuka pintu mobil, suara Jake mengintrupsi.

"Jangan turun dulu, biar aku yang pertama turun," ucap Jake kemudian keluar dari mobil menuju pintu mobil bagian kanan.

/Aku pke mobil luar aja ya, stirnya dikiri trs penumpangnya dikanan/

Sunoo bingung tetapi ia hanya menanggapinya dengan anggukan saja.

Jake membuka jas almamater yang terpasang ditubuhnya kemudian tangannya membuka pintu penumpang, jas yang tadi ia lepas kini ia mengangkatnya tepat berada diatas kepalanya.

Jake tidak membawa payung jadi ia menggunakan jas almamaternya sebagai pengganti dari payung.

"Diluar masih hujan," ucap Jake menutup pintu kemudian mengintrupsi Sunoo supaya lebih merapatkan dirinya pada Jake karena ukuran jas nya tidak terlalu besar.

"Masih terkena hujan?" tanya Jake menoleh pada Sunoo, sedikit menunduk karena Sunoo lebih pendek beberapa cm darinya.

Sunoo menggeleng, "Tidak."

Jake mengangguk kemudian berjalan menyamai langkahnya dengan langkah kecil Sunoo. Percuma saja jika ia rela melepaskan jas nya untuk melindungi kepala mereka dari hujan tapi hujan masih akan membasahi Sunoo-nya eh?

"Kak Jake maaf," cicit Sunoo setelah duduk dikursi cafe.

Jake mengangkat sebelah alis nya bingung, "Maaf untuk?"

"Karena ku jas almet kak Jake jadi basah," ucap Sunoo pelan.

Oh sungguh pemandangan didepannya dapat membuat kadar gula ditubuh Jake meningkat drastis. Bagaimana mungkin seorang pria bisa seimut itu hanya karena menundukkan kepala dan memainkan ujung jarinya.

"Tapi aku akan mencucinya nanti setelah sampai di mansion," ucap Sunoo cepat ketika tidak mendengar jawaban apapun dari Jake.

Jake terkekeh kecil, "Tak apa Sunoo, lagipula ini bisa kering hanya dalam satu malam. Tidak usah merasa bersalah seperti itu, nanti aku yang tidak enak karena membuat lelaki seimut dirimu bersedih."

Sunoo berdecak, "Aku tidak imut ya kak, aku ini tampan."

Lagi dan lagi Jake dibuat tertawa oleh tinggkah Sunoo. "Iya, kau memang tampan."

"Nah kan aku it-"

"Tetapi imut lebih mendominasi dirimu." potong Jake.

"Aish, terserahlah."

Keributan kecil itu berakhir kala makanan yang mereka pesan sudah sampai dimeja. Tidak ada suara dari mereka berdua, yang terdengar hanya suara hujan dan suara sendok garpu yang beradu dengan piring.

Sore itu, dengan hujan yang membasahi kota Seoul itu menjadi awal dari kisah mereka berdua setelah berbulan bulan lamanya. Bukan menjalin hubungan seperti sepasang kekasih tetapi ini hanya menjadi awal dari kisah mereka selanjutnya.












































Jungwon berdecak malas, ia belum pulang karena ada jadwal ekskul tetapi disaat dia akan pulang, hujan datang dengan derasnya yang membuat dirinya mau tak mau harus menunggu hujan reda.

Jungwom tidak membawa kendaraan dan juga supirnya dirumahnya tidak bisa menjemputnya karena sedang mengambil cuti untuk pulang kekampung halamannya.

Matanya tidak sengaja menatap lampu mobil yang mengarah kearahnya, pikirannya sudah negatif, ia berpikir bahwa itu penculik yang akan menculiknya lalu meminta tebusan pada orang tuanya supaya dirinya bisa bebas dan si penculik mengambil keunt-

"Belum pulang Won?"

Jungwon menghela napasnya lega ternyata itu bukan penculik seperti yang ia pirkikan tadi, itu adalah Jay. Teman sekelasnya.

"Belum kak, aku nunggu hujan reda baru aku bisa pulang," jawab Jungwon sedikit meninggikan suaranya supaya Jay bisa mendengarnya.

"Mau aku antar? Hujan seperti ini akan sulit sekali untuk reda, paling saat reda hari sudah berganti menjadi malam,"

"Tidak usah kak, nanti aku merepotkan kak Jay kalau mengantarku pulang," tolak Jungwon halus.

"Tidak merepotkan sama sekali, ayo cepat naik sebelum hujan semakin deras"

"Serius tidak merepotkan kak Jay?" tanya Jungwon sekali lagi untuk memastikan.

"Sama sekali tidak Yang Jungwon, ayo cepat naik."

Medengar itu Jungwon dengan segera masuk kedalam mobil Jay.

"Maaf kak ini jok nya sedikit basah,"

"Tak apa, nanti aku bisa ganti."

badboy || JakenooTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang