7. Jalan Setapak Yang Curam dan Berbahaya

1 0 0
                                    


Rumah Sakit Hanguk University, Seoul.

" Apa dia sudah gila?"

" Kasihan sekali, padahal tampan, tapi aneh"


Kwon Dae Hyeon menatap sekelilingnya dengan penuh keresahan. Sebab sejak tadi orang-orang menatapnya aneh, setiap kali ia melewati lorong-lorong rumah sakit. Puluhan mata itu memandangnya jeri, setengah malu dan tidak percaya bahwa ada manusia sepertinya yang dengan senang hati bepergian dengan kostum aneh.

Tadi Dae Hyeon terpaksa ikut bersama dengan gadis berpipi tembam, perkara prosedur yang mewajibkan pasien darurat harus didampingi oleh walinya. Ataupun bila tidak ada, siapapun orang dewasa yang bersedia ikut, akan paramedis persilakan untuk ikut bersama dengan mereka menuju rumah sakit. Dan yang menjadi orang dewasa di sekitar mereka hanya Dae Hyeon. Jadi, suka atau tidak suka. Pemuda itu harus rela pergi tanpa persiapan apapun.

Unit Gawat Darurat nampak agak sepi. Tidak terlalu banyak pasien yang terbaring lemah di sana. Membuat Dae Hyeon akhirnya dapat bernapas lega setelah beberapa menit lalu terasa begitu tersiksa dengan tatapan tajam yang menghujamnya dari orang-orang di sepanjang lorong Rumah Sakit.

" Apa sekarang gadis ini baik-baik saja, Dok?" Dae Hyeon berdiri menjulang menghadap seorang Dokter wanita yang baru saja selesai memeriksa gadis berkawat gigi.

" Iya, untungnya tidak terlalu banyak cairan susu yang masuk ke tubuhnya. Jika saja dia meminum satu gelas penuh, mungkin reaksi terhadap organ dalamnya akan sangat berlebihan, bisa jadi dia akan muntah darah," Dengan pemaparan yang ringan dan pembawaan ramah, Dokter wanita beserta Dokter Residen yang mengekor di belakangnya itu hati-hati menjawab setiap pertanyaan Dae Hyeon.

"Apa kamu tidak tahu kalau temanmu alergi?"

Dokter melontarkan pertanyaan pada gadis berpipi tembam. Sebagai tenaga medis, wanita berkacamata itu nampak begitu mengkhawatirkan kondisi kedua gadis di sekitarnya tersebut.

Yang satu pingsan karena alergi susu, dan yang sedang dirinya hadapi kini malah terlihat sangat pucat dan bercucuran keringat di sana-sini.

" Ini salah kami Dok, restoran kami keliru menyajikan menu," Dae Hyeon merasa harus bertanggung jawab atas segala kesalahan Jin Young yang lupa menyingkirkan bahan baku susu ke dalam minuman gadis yang pingsan ini. Maka pemuda itupun tidak tinggal diam tanpa sepatah katapun.

" Tentu saja, bukankah itu sudah jelas?" Gadis berpipi tembam dengan sensitif mendelik ke arah Dae Hyeon yang berdiri kikuk dengan hanya mengenakan kaus pendek, bandana melingkar di kepala, dan celemek tersampir di tubuh atletisnya.

" Maaf."

" Sudahlah, yang jelas Ahjussi yang akan membayar biaya rumah sakit kan?"

" Oh, tentu saja. Jangan khawatir."

Mereka berada dalam kondisi yang serba canggung. Kwon Dae Hyeon tidak menyangka bahwa gadis ini akan sangat ketus padanya. Bagaimana ya, rasanya seperti sedang dimarahai oleh anak kecil. Tapi ia sendiri tak bisa melawan balik kepadanya. Istilahnya, Dae Hyeon merasa sial karena bertemu dengan lawan yang tidak sepadan.

" Tapi kau baik-baik saja kan? Wajahmu terlihat sangat pucat."

" Aku baik-baik saja," Ketus gadis itu seperti biasa, membuat Dae Hyeon jadi merasa kikuk sendiri dengan pertanyaan-pertanyaannya. Hal yang pemuda itu dapatkan tetap sama. Hanya ada jawaban ketus dari sang gadis.

" Aku sangat lapar."

" Eh?" Dae Hyeon terperanjat, apa katanya? lapar? Bukankah satu jam lalu dua porsi nasi goreng telah mendarat di perutnya?

THE GHOST'S PROBLEMSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang