5. Gadis Berpipi Tembam

8 0 0
                                    


Restoran Mood and Food, 2019.

Tak seperti biasanya, zona Food terlihat ramai ketika Dae Hyeon tiba di sana. Hari ini pemuda itu terlambat untuk menyiapkan bahan baku seperti yang biasa ia lakukan setiap harinya. Itu semua karena tadi pagi ia harus berjuang melawan pengar pasca mabuk berat. Dan sebagai gantinya, kini sebuah lensa mata coklat tengah mendelik tajam ke arahnya.

" Lain kali jangan terlambat. Kau tahu betapa sibuknya kita di akhir pekan kan?"

Hwang Min Jae merupakan koki utama sekaligus penanggung jawab Mood and Food cabang utama yang terletak di Seoul itu. Selain bertanggung jawab menyiapkan menu-menu baru disetiap akhir pekannya. Min Jae juga sibuk mengamati satu persatu bawahannya. Ia merasa perlu ikut andil mengawasi kedisiplinan para koki yang bekerja di bawah kuasanya tersebut.

Meski mengakui kesalahan. Kwon Dae Hyeon ternyata tidak sepenuhnya terima teguran beruntun yang dilayangkan sang atasan kepadanya. Hati pemuda itu sedikit menggebu-gebu karena ingin protes.

Lelaki di hadapannya itu punya masalah apa sih hingga selalu bersikap sedingin ini tanpa kenal waktu dan tempat?

Padahal setiap hari Dae Hyeon selalu datang paling awal. Menyiapkan segalanya dengan perasaan ringan dan tanpa merasa sedang dimanfaatkan oleh senior-seniornya.

Tapi lihatlah ! baru sekali berbuat salah saja atasannya itu sudah mengomel tak karuan.

Dae Hyeon telah mengenal baik pria yang dua tahun lebih tua darinya itu. Tapi ia tak menyangka bahwa sang atasan rupanya masih tetap memperlakukannya sedingin ini seperti ketika masih menjadi pekerja paruh waktu enam tahun lalu.

Pantas saja Min Jae tak kunjung menikah. Mengingat kepribadian yang dingin dan membosankan begitu, mana ada perempuan yang mau berkencan dengannya. Dalam hati Dae Hyeon mengolok-olok lelaki itu.

Ngomong-ngomong, Dae Hyeon lupa kalau ini adalah Weekend. Momentum terburuk dalam hidupnya. Pemuda itu menghela napas panjang.

Musim panas tahun lalu, masih segar dalam ingatan pemuda itu ketika ia dilarikan ke Rumah sakit karena mengalami ruam di sekujur tubuhnya. Suhu udara di Seoul sangat panas, belum lagi selama berjam-jam Dae Hyeon menghadapi suhu panas kompor yang membara. Satu – dua jam sih, ia masih bisa bertahan, namun menjelang akhir, tiba-tiba saja pandangan pemuda itu runyam dan sejurus kemudian, gelap.

Musim dingin, orang-orang sangat menggandrungi menu-menu berkuah dengan uap masih mengepul. Maka Kalguksu menjadi sangat populer, berulang kali Dae Hyeon menguleni adonan, memotongnya dengan pisau, mengaduk-aduk didalam kuah mendidih, sampai Dae Hyeon merasa dejavu . Alhasil, malam harinya pergelangan pemuda itu memar. Mengulang pekerjaan yang sama selama berjam-jam membuat syaraf-syarafnya kaku dan menimbulkan rasa ngilu tak tertahankan.

Musim hujan, hari ini. Dae Hyeon menebak bahwa menu nasi goreng Kimchi akan banyak dipesan pengunjung. Perpaduan kuliner tradisional dan modern.

Benar saja. Sejak pintu restoran dibuka. Satu persatu pengunjung hilir mudik saling berganti. Mereka memesan menu yang Dae Hyeon prediksi akan populer musim ini. Terhitung tiga jam setelah buka, pemuda itu telah berhasil membuat dua belas porsi nasi goreng kimchi.

Sebenarnya Dae Hyeon tak ingin mengeluh. Namun kadang, ia sendiri merasa cukup muak saat terus menerus menatap nasi goreng Kimchi ke-sekian yang dibuatnya, ia mendengus. Lihatlah, betapa monoton sekali hidupnya.

" Hyung, pesanan meja delapan. Bibimbap, dan Nasi Goreng Kimchi. "

Jung Minki berseru lantang sembari kembali memasuki perbatasan dapur, jemarinya yang ramping dengan cekatan segera menempelkan kertas diatas papan pesanan.

THE GHOST'S PROBLEMSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang