BAB 10: Absen dalam Kegiatan

40 14 17
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

“Aku ingin mengajak kerja sama …

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


“Aku ingin mengajak kerja sama ….”

Di tikar depan tenda Sangga 1 Putra, Fathur berdiri menghadap Ghani dan Ahim yang tengah duduk. Air muka putra berwajah khas itu cukup serius. 

Namun, Ahim mengusirnya. “Ghani lagi enggak bisa diajak ngomong!”

“Aku tidak bicara ke kamu!”

Si parkit menentang tak senang, laksana mengajak bermusuhan. Kalau bisa, dia ingin menyanyi kidung penolak bala agar si Tukang Ngatur lesap. Sementara itu, Tukang Ngatur membangun konstruksi benteng guna bertahan. 

“Boleh.”

Tutur barusan begitu kentara, tak usah membuat orang-orang bertanya, ‘Mulut siapa itu?’ saking terangnya. Sampai-sampai melahirkan tatapan tak percaya dari si rekan seperjuangan.

“Tapi--tapi--tapi--”

“Baik, karena Ghani sudah mengiakan, berarti kamu juga ikut.” Fathur menyilangkan lengan serta mendermakan lirikan puas. 

Ahim meracau tak jelas, membuat dua putra di dekatnya harus memblokade jalur masuk pendengaran. Kasihan Ghani yang juga harus menahan rasa sakit pada mata kanannya.

Saat itulah, datang sesosok Juru Selamat yang mungkin habis jatuh dari langit, menyandang jati diri gender hawa, berkacamata, juga kerudung panjang. Jangan lupakan pesona jaran goyang yang dia pasang. 

“Bahas apa?”

Fathur bagaikan tersengat arus listrik afeksi bersalut hipnosis. Senyum cerah terbit  diiringi kial invitasi persahabatan.

“Alya! Kebetulan, aku mau minta tolong ….”

***

Bagian dalam Gedung Khusus Panitia begitu lapang sampai-sampai bisa memuat lima kali dua minibus bercat darah kering yang terparkir di halaman. Banyak matras tidur berlapis seprai dan selimut, lengkap dengan bantal serta guling. Kumpulan tas yang mengundang untuk digeledah tergeletak mmenuhi salah satu sisi dinding.

Pramuka Berbaju Merah: VORTEKSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang