🌷Prolog

43 14 27
                                    


"Aku suka, kamu cinta, tetapi semesta sepertinya tak mengijinkan kita untuk bertahta."

-Auristela Freya Javanika

***

Kemarin, baru saja mata yang indah itu memberinya semangat, memberinya harapan bahwa hari esok akan baik-baik saja

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kemarin, baru saja mata yang indah itu memberinya semangat, memberinya harapan bahwa hari esok akan baik-baik saja. Namun, yang didapatkannya hanyalah kekecewaan.

Dia tak ingin semua ini terjadi, dia tak ingin. Sangat-sangat tidak. Kenapa Tuhan memberikan ujian seberat ini padanya. Kenapa semesta selalu tak menginginkannya untuk tersenyum bahagia.

***

"Aku janji, besok kita bakal pergi dari sini. Besok kita bakalan ending yang indah dari cerita kita, Ay." Gadis yang dipanggil dengan sebutan Aya itu menoleh dan sontak memeluk pria yang ada di hadapannya.

"Kamu yakin dengan semua ini? Bukankah kita hanyalah di dalam sebuah cerita?" Pria itu mengerutkan kening dengan bingung. "Suatu saat penulis itu bisa aja membuat ending cerita yang tidak terduga sebelumnya. Bisa aja kamu menerka bahwa cerita ini akan berakhir bahagia, tapi lagi-lagi the end of the story hanya bisa ditentukan oleh si penulis cerita."

Pria itu tercengang mendengar penjelasan gadisnya. Dilepaskan pelukan meraka dan bertanya, "Jadi maksud kamu kita gak akan bisa sama-sama, Ay?"

Aya menggeleng, bukan itu maksudnya. Dia hanya ingin bilang bahwa terkadang ekpektasi yang mereka inginkan tak sesuai dengan realita yang sedang dikerjakan.

"Lalu apa? Selama ini aku yang berjuang untuk hubungan kita. Aku yang berjuang untuk mempertahankan kamu. Lantas, sekarang ceritanya hampir usai, tetapi dengan teganya kamu mengucapkan hal yang membuatku enggan untuk bertahan," ujar pria itu. Dia tak marah, hanya sedikit tersinggung dengan ucapan gadisnya tadi.

"B-bukan git-"

"Bertahan atau melepaskan?" potong pria itu dengan senyum lelah. "Aku tahu, Ay. Aku tahu kamu pasti capek dengan semua ini. Sama, Ay, sama! Aku juga capek berjuang sendirian. Aku capek cuman kamu jadikan sebagai bahan pelarian," lanjutnya lagi.

"Tapi kamu bukan pelarian!" seru Aya tidak percaya.

Pria itu menggeleng keras. "Jawab aku, Ay. Bertahan atau melepaskan? Jawaban ini yang bakalan jadi penentu hubungan kita ke depan," tegasnya.

Aya terdiam, pikirannya mulai melayang. Dia sadar bahwa selama ini, dia hanya menjadikan lelaki baik ini sebagai pelampiasan. Dia sadar bahwa dia telah mengecewakan orang yang sangat dia sayang. Lama dia berdiam, sampai terdengar suara pria yang menjadi kekasihnya itu.

"See? Untuk menjawab itu aja kamu bingung." Tampak raut wajah kecewa di matanya. Matanya mulai panas, sedikit saja kelopak matanya menutup, maka cairan hangat akan mengalir di pipi itu.

"Ma-maafin aku, maaf ..."

Pria itu tersenyum, sebuah kotak yang sebelumnya telah digenggamnya erat, kembali dimasukkan.

"Kita pisah aja, ya, Ay. Lupakan tentang semua rasa yang pernah ada di antara kita, lupakan semua kenangan tentang kita. Lupakan tentang rencana kita untuk membuat akhir cerita ini bersama-sama." Tangisan yang tadi dibendungnya sudah tak dapat lagi tertahan. Dengan segera dia merengkuh tubuh gadis mungil itu. Tangisan yang pertama kali dikeluarkannya hanya karena seorang perempuan. Aya berhasil membuatnya menjadi lelaki paling lemah di dunia.

Dengan perlahan tangan Aya mengelus bahu lelaki itu. Apakah mereka benar-benar akan berakhir? Entahlah, melihat lelaki itu menangis, ada bagian kecil dari dalam hatinya yang merasa tidak terima, tergali dia berusaha untuk memendamnya.

"Gue bener-bener minta maaf. Bukan maksud gue buat ngebohongin elu, tapi-"

"Shhhutttt!" Dia menempelkan ibu jarinnya di bibir Aya. "Aku ngerti dan berusaha buat ngerti semuanya," ujarnya seraya mengelus surai hitam milik Aya.

"Mulai sekarang, kamu harus bahagia. Meskipun kebahagiaanmu sekarang bukan bersamaku. Kembalilah bersamanya, tidak apa aku rela."

Mendengar itu, Aya menangis sejadi-jadinya. Laki-laki itu sungguh tulus mencitainya, tetapi apa yang dia lakukan? Dia hanya memberinya kekecewaan.

Sekarang kamu bukan milikku, lagi.

***

Perkacakapan waktu itu, terus saja terngiang di kepalanya. Ah, andai saja waktu dapat diputar. Pasti dia akan berusaha untuk membuat lelaki itu tak jadi pergi. Sekarang, yang didapatkannya hanyalah penyesalan yang mendalam.

Selamat tinggal kenangan, terimakasih atas segala waktu dan kesempatan untuk menjadikan diriku milikmu kala itu. Selamat berjumpa kembali dengan ceritanya masing-masing.

***

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Mempawah, 07 Februari 2021

-Raalvia

Not Me That He WantTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang