🌷Part 5: Fake

11 9 0
                                    

"Jika kamu ingin di mengerti oleh orang lain, maka kamu juga harus bisa ngertiin orang lain. Sampe sini paham?"

🌷🌷🌷

🌷🌷🌷

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🌷🌷🌷

Aya berjalan dengan mengendap-endap. Melihat suasana sudah aman, segera dia masuk ke rumah. Namun, belum sampai masuk ke kamarnya, dia mendengar Ayahnya mengatakan sesuatu yang amat menyakitkan. Dia tak jadi masuk kamar dan mendengarkan lagi pembicaraan di depan sana.

"Kamu saya talak! Hak asuh Stella akan jatuh ke tangan saya," sentak Java kasar.

Dia berjalan menjauhi Mira, sedangkan Mira menatap pria di depannya dengan sinis. Enak saja dia ingin megambil anaknya.

"Aku tidak akan membiarkan Mas merebut Aya dari aku!" Dia berkata dengan menggebu-gebu.

Java tersenyum miris. Setelah apa yang istrinya ini lakukan, masih saja menolak untuk mengakui. "Kamu mau ngasih dia hidup apa? Kamu mau sama siapa? Saya tau tingkahmu sudah seperti jalang di luaran sana, tetapi saya tidak akan membiarkan anak saja jatuh ke dalam perangkapnya."

Saat mendengar itu, Aya menutup mulutnya kuat-kuat. Dengan emosi Mira berjalan dan menampar Java dengan sebelah tangannya.

Plak!

Seberkas cap tangan menempel di pipi mulusnya. Matanya menatap Mira dengan tajam. Dipegangnya bahu itu dengan menggunakan dua belah tangan.

Java memojokkan Mira di tembok. Dia menundukkan kepalanya sejajar dengan wajah istrinya, kemudian dia menyunggingkan senyum miring.

"Cih, murahan!"

Setelah itu, Aya melihat dengan mata kepalanya sendiri sosok Ayah yang selama ini melindunginya malah memukuli ibunya dengan kejam.

"Aya." Dia sontak terbangun dari lamunannya, di depannya seseorang rentenir tengah menatapnya bengis.

Aya mengembangkan hidungnya. Bisa saja si bendahara ini mengacaukan lamunanya.

"Cepetan bayar utang kas kelas!"

Aya masih tak perduli, dia memonyongkan bibirnya ke depan. "Nyenyeyeye," katanya seraya mengata-ngatai orang di depannya dalam hati.

"Bayar, Aya. Ini udah dua bulan lo gak bayar." Si bendahara ini tetap nekat menangih Aya.

Dengan kesal Aya menggebrak meja dan menyerahkan uang 50.000. Padahal itu uang jajannya hari ini. Gara-gara orang di depannya ini dia tidak akan makan siang nanti.

Not Me That He WantTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang