🌷Part 2: Maaf, aku tahu itu.

34 12 8
                                    

"Kenapa hidup itu harus ada pilihan, harus ada keputusan? Kenapa gak hilang aja, sih, itu semua."

- Auristella Freya Javanika

🌷🌷🌷

🌷🌷🌷

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🌷🌷🌷

Malam telah tiba, dan ini saatnya Aya untuk memberitahukan jawabannya kepada Nichol. Dia tidak merasakan nervous apalagi keringat dingin seperti yang cewek-cewek umum rasakan. Dia hanya ingin hari ini cepat selesai dan tak ada lagi masalah baru muncul dalam hidupnya.

"Ya, kok lu cantik banget, sih? Astaga, gue yakin kalau gini pasti si Nichol langsung tersepona," celetuk Keysha saat melihat Aya yang tengah kesusahan memakai high heels.

"Terpesona, sayang. Not-not tersepona," sahut Aya kalem.

Keysha memang berniat untuk tidur di rumah Aya. Selain karena orang tua Aya yang jarang pulang, sehabis dari pertemuan ini mereka akan mengerjakan tugas bersama-sama. Dia pula lah yang mendandani Aya hingga bak putri raja sekarang.

"Kenapa tadi gak langsung diterima aja, itu si Nichol?" tanya Keysha penasaran.

Aya menghembuskan nafasnya perlahan. Sebenarnya dia tak ingin memberi harapan tak jelas kepada Nichol. Namun, tadi siang pikirannya sedang kosong dan dia tak tahu harus berkata apa-apa lagi. Maka dari itu dia memutuskan untuk menunda jawabannya saja.

Sementara Keysa, dia membayangkan bagaimana jika dia posis Aya, di tembak di hadapan semua orang oleh Kendrick. Sungguh soswet sekali. Membayangkannya saja membuat dirinya gila, bagaimana jika itu benar-benar terjadi. Dia akan menjadi gila seutuhnya.

Melihat sahabatnya yang senyum senyum sendiri membuat Aya takut. Dia sedikit kasihan juga karena sahabatnya ini makin lama makin gila karena kejombloanya.

"Dasar jomblo senyum senyum sendiri kaga jelas," ledek Aya sambil melemparkan bantal tepat di muka Keysa.

"Iyadeh, iya. Yang bentar lagi jadian nih, ye, cieeee!" Digoda seperti itu membuat pipi Aya merona, bukan karena bahagia. Dia hanya merasa sedikit malu. Seorang Aya yang dikenal pendiam ternyata memiliki rasa malu. Wah, itu hal yang sama sekali tidak terduga. Mengingat kekalemannya setara dengan 0,00001%. Ini adalah perkara yang sangat luar biasa.

"Sabodo teuing," ujar Aya sinis.

Keysha melempar kembali bantal itu ke tubuh Aya. "Halah, liat aja tuh muka udah merah merona kek pantat babi!"

Sontak saja Aya melihat wajahnya di kaca. "Sialan!" geramnya. Dengan segera dia keluar kamar dan bergegas untuk pergi

🌷🌷🌷

Aya tiba di A'Cafe pukul delapan lewat, tetapi ini sungguh di luar perkiraannya. Di sana Nichol tengah duduk sambil menikmati segelas kopi yang telah dipesannya.

Not Me That He WantTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang