07: Zayn Mahmudin

11.9K 1.5K 186
                                    

Juan menatap berkas di hadapannya dengan seksama. Membaca setiap bait kata tanpa mau melewatkan satu kata pun oleh matanya. Pria itu kemudian membalikkan kertas tersebut ke halaman berikutnya tanpa menjeda sedikit pun.

Sesekali pria itu akan mengerut dahinya dan ia akan tersenyum kecil ketika menemukan sesuatu yang menarik. Tak jarang juga terlihat ekspresi marah dari wajah pria berusia 35 tahun tersebut.

"Bos, Anda sudah membacanya lebih dari tiga kali bolak-balik."

Zayn Mahmudin, selaku sekretaris sekaligus tangan kanan Juan meringis melihat bosnya yang sejak tadi membaca kertas berulang kali. Ia saja sebagai penonton mulai jengah
Tapi, pria itu tidak terlihat bosan sedikit pun.

"Saya enggak akan bosan. Apalagi ini menyangkut tentang istri saya."

Zayn menelan ludahnya.
"Tapi, Bos, begini ya meskipun saya enggak alim dan bahkan salat juga satu tahun dua kali, saya pernah dengar kalau--" Zayn menatap Juan takut-takut. "Kalau suami yang enggak pernah kasih nafkah bathin dan lahir sama istri, maka itu dianggap sudah enggak sah lagi sebagai suami istri," jelas Zayn takut. Pria itu menelan ludahnya serak saat melihat wajah Juan yang mengeras menatap tajam ke arahnya.

"Meskipun sudah terdaftar sah secara hukum?"

Bulu kuduk Zayn meremang saat mendengar nada dingin atasannya yang benar-benar membuat pria itu takut bukan main.

"I-iya, Bos. Secara hukum memang masih sah, tapi secara agama sudah enggak sah. Itu 'sih yang pernah saya dengar dulu." Zayn mengusap tengkuknya.

Meskipun ia tidak terlalu paham agama, pernah beberapa kali ia mendengar ceramah entah di televisi ataupun radio yang mengatakan jika suami tidak memberi nafkah lahir maupun batin terhadap istri selama 3 bulan, maka sudah putus jatuh talak. Kalau ingin menjalin hubungan suami istri lagi, maka mereka harus menikah ulang. Maafkan Zayn kalau apa yang dipikirkannya adalah salah. Ini hanya sekilas pendengarannya saja.

Zayn yang tengah melamun  seketika terperanjat saat Juan dengan kasar menggebrak mejanya dengan tubuh yang segera bangkit dari duduk.

"Kalau begitu saya akan menikahi Dara secara ulang sekaligus merayakan resepsinya," tandas Juan, dengan nada datarnya.

Rasa-rasanya tidak terima dengan perkataan Zayn, namun kalau dipikir ulang bisa saja apa yang diucapkan oleh sekretarisnya ini adalah benar.

"Memangnya Bu Bos mau menikah sama bos lagi?"

Zayn segera menggigit bibirnya saat sebuah pertanyaan bodoh keluar dari mulutnya. Pria itu segera menundukkan kepalanya saat merasakan Juan bergerak ke arahnya dan berdiri di depannya dengan tangan terlipat di belakang punggung.

"Apa gunanya saya dinobatkan sebagai playboy paling berpengaruh di dunia para lelaki dan perempuan kalau saya enggak bisa menaklukkan istri saya?" Tangan Juan terlipat di dada menatap Zayn yang masih menundukkan kepalanya. "Kalau-kalau kamu lupa, pesona saya enggak akan pernah pudar. Apalagi menaklukkan istri saya yang punya hati lembut, pasti akan mudah," ucap Juan bangga.

"Yeah ... Semoga saja," balas Zayn.

"Hm. Kalau saya berhasil mendapatkan Dara kembali, maka jabatan CEO akan saya serahkan sama kamu."

"Enggak usah, Bos. Terima kasih," tolak Zayn langsung.

Mengurus pekerjaan Juan saja sudah membuat Zayn kelimpungan apalagi jika harus mengurus seluruh pekerjaannya. Huh, memangnya dikira Zayn tidak tahu jika Juan sudah lama mengincarnya untuk menjadikan dirinya sebagai CEO. Sementara Juan sendiri sudah berencana pensiun dini dan hanya akan menikmati hasilnya sebagai owner perusahaan.

Juan mengangguk sambil menepuk pundak Zayn dengan ekspresi serius.
"Saya semakin yakin dengan menyerahkan posisi kantor pusat ini ke kamu. Kamu adalah lelaki jujur. Saya suka kamu--"

Pintu terbuka dan suara rantang makanan jatuh terdengar menggema di penjuru ruangan luas yang menjadi tempat kerja Juan.

Wanita yang membuka pintu tanpa mengetuk lebih dahulu menatap Zayn dan Juan tidak percaya. Terlebih lagi posisi keduanya yang begitu dekat di tambah tangan Juan yang berada di pundak Zayn membuat wajah wanita itu pucat pasi. Rasa mual menghantam lambung wanita itu ketika ingatannya berputar mendengar ucapan Juan.

"Kamu adalah lelaki jujur. Saya suka kamu."

"Juan, ternyata kamu laki-laki belok. Aku mau kita putus. Teruskan hubungan menjijikkan kalian!" teriak wanita itu.

Setelahnya sang wanita berbalik pergi meninggalkan Juan dan Zayn yang membeku di tempat dengan ekspresi kosong.

Zayn dan Juan saling menatap sebelum akhirnya keduanya sama-sama mundur menjauh dengan ekspresi ngeri yang terlihat sekali pada wajah mereka.

"Saya suka melon dan gitar spanyol, Bos."

"Saya suka Dara."

Keduanya berucap saling bersahutan sebelum akhirnya mereka berteriak bersamaan, "saya suka perempuan!"

Zayn bergidik. Pria itu segera melangkah keluar dari ruang kerja Juan agar terhindar dari fitnah.

Sementara Juan sendiri kembali duduk di kursinya sambil mengusap kasar wajahnya. Kedatangan salah satu mainannya tiba-tiba dan tuduhan jika ia adalah penyuka sesama jenis membuat Juan mendapatkan ide untuk membuat para wanita menjauh darinya.

Juan tidak ingin karena kehadiran para wanita itu, membuatnya semakin sulit untuk mendapatkan Dara.

Juan tersenyum miring dan akan segera melaksanakan idenya agar para wanita itu menjauh darinya dan ia bisa mendekati Dara kembali dengan rasa tenang tanpa takut diganggu.

Tak berapa lama kemudian pintu di ketuk dari luar membuat Juan segera memerintahkan untuk masuk.

Sekretaris Juan yang bernama Jelita menyerahkan laporan yang diberikan oleh bawahan mereka beberapa menit yang lalu.

Jelita Kasmara menatap Juan dengan tatapan iba yang membuat pria itu mengerut keningnya.

"Kenapa dengan tatapan kamu itu, Jelita?" tanya Juan tak nyaman. Pasalnya Juan tidak pernah di tatap iba seperti ini oleh orang lain.

"Saya hanya memikirkan bagaimana cara bapak menghabiskan kekayaan bapak. Lihat, gedung tinggi, properti di mana-mana, uang banyak, mobil jumlahnya puluhan." Jelita merentangkan kedua tangannya. "Sebanyak apa pun kekayaan bapak, kalau enggak ada pewarisnya buat apa?" Ekspresi Jelita terlihat sedih membuat Juan mengerut keningnya.

"Maksud kamu?"

Jelita mendekatkan tubuhnya pada meja kerja Juan. Gadis itu berkata, "saya tahu hubungan bapak dan Pak Zayn dari pacar bohongan bapak yang tadi."

Sudut bibir Juan berkedut dengan rahang mengeras. Juan mendesis, "keluar dari ruangan saya sekarang, Jelita Kasmara."

"Baik, Pak." Jelita menegakkan tubuhnya. "Saya akan merahasiakan ini dari orang-orang," katanya sambil mengangguk yakin.

Jelita berjanji untuk tidak memberikan informasi ini pada orang luar. Tapi, Emily bukan orang luar 'kan? Emily adalah rekannya sesama sekretaris dan berhak tahu juga.

Sementara Juan yang ditinggalkan hanya bisa menggelengkan kepala. Pria itu benar-benar tidak mengerti mengapa ia bisa memiliki sekretaris seperti Jelita yang cepat dan tanggap sekali untuk membahas soal berita yang bahkan baru beberapa menit yang lalu terjadi.

Kecepatan mulut wanita memang tidak diragukan untuk menggosip atau membicarakan orang lain.

Om Playboy itu suamiku {TERBIT}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang