09: Meet in office

12.5K 1.6K 167
                                    

Pagi-pagi sekali Juan sudah berada di kantor bukan karena  ia kerajinan untuk bekerja sepagi ini. Ini semua berkat informasi yang diberikan Zayn padanya tentang Dara yang ternyata bekerja di kantornya. Lebih tepatnya di lantai tempatnya bekerja.

Ah,  Juan merasa bahagia. Kalau sudah begini, tidak masalah Dara mau membuat kesalahan apa,  Juan tidak akan mempermasalahkannya.

Juan menatap bayangannya dalam cermin yang memperlihatkan wajah tampannya tanpa jerawat atau bekas jerawat sedikit pun. Pria itu tersenyum miring melihat betapa tampan dirinya yang tiada tandingnya.

"Enggak salah kalau banyak cewek yang mau sama aku. Soalnya aku masih ganteng," puji Juan, pada dirinya sendiri.

Setelah itu,  Juan mencium bajunya sendiri yang sudah di semprot dengan parfum. Namun,  merasa tidak puas,  Juan kembali mengambil botol parfum dengan merek terkenal dan menyemprotnya habis-habisan pada tubuhnya.

Juan akan memastikan jika Dara akan mencium bau tubuhnya dari jarak sepuluh meter. Pria itu  terkekeh senang.

Juan  kemudian mengambil sisir dan merapikan rambutnya yang sedikit berantakan. Setelah itu ia merapikan dasi garis-garisnya yang memang sudah rapi.

Kemeja hitam dengan pas body membuat dada bidang Juan tercetak sempurna. Sementara celananya yang ia kenakan berwarna coklat dengan tali pinggang yang melingkar di pinggangnya.

Juan tidak mengenakan jasnya. Juan ingin memamerkan bentuk tubuhnya yang seksi secara menyeluruh pada Dara. 

Pria itu yakin kalau Dara pasti akan terpesona dengan ketampanan dan juga kegagahannya.

Juan memutar tubuhnya ke sisi kiri dan kanan guna memastikan penampilannya sempurna.

Juan bertekad harus cepat mendapatkan Dara. Bima sudah memiliki banyak anak,  sementara dirinya masih melajang.  Juan harus segera mendapatkan anak dari Dara. Pria itu tentu saja tidak mau kalah dari sahabatnya sendiri yang sudah memiliki beberapa ekor.

Juan tidak tahu perasaan yang ia miliki pada Dara entah cinta atau apa namun yang pasti keinginannya untuk menjadikan Dara istrinya seutuhnya semakin kuat dari waktu ke waktu.

Beruntung di era itu membuat buku nikah untuknya dan Dara sangat mudah. Tepat pada usia Dara 17 tahun, Juan langsung mendaftarkan pernikahannya secara hukum dengan membuat KTP Dara lebih dulu.  Andai saja kejadiannya sekarang, Juan tidak akan bisa membuat KTP atas nama Dara karena pembuatan KTP tidak bisa sembarangan seperti  3 tahun lalu. Saat ini pemilik KTP harus mendaftarkan diri sendiri.

Juan menyeringai senang. Beruntung ia memiliki otak cerdas untuk mengikat Dara dengan melakukan berbagai macam cara agar buku nikah harus berada di tangannya. Soal menikah secara agama,  Juan tidak keberatan mengulangnya lagi.

Tinggal suruh anak buahnya untuk mencari penghulu dan semuanya tentu saja selesai.

"Pria tampan sepertiku, siapa yang akan menolak?"  Juan tersenyum miring. Pria itu kemudian melangkah keluar dari kamarnya yang tersembunyi di sudut ruangan. Juan kemudian menatap secangkir kopi yang sudah tersedia di atas meja.

Juan menyesap kopi dalam cangkir dengan mata terpejam. Ah, nikmat sekali kopi buatan istri, ujar Juan dalam hati. Ia memunggungi pintu sehingga saat pintu ruangan terbuka tanpa di ketuk lebih dulu membuat tubuh Juan sedikit menegang. Namun,  Juan kembali merilekskan tubuhnya dan senyum kecil terbit di sudut bibirnya saat menebak siapa yang datang.

"Siapa yang masuk tanpa mengetuk pintu lebih dulu?" tanya Juan dengan suara dinginnya. Perlahan tapi pasti Juan memutar tubuhnya menghadap ke arah pintu dan menatap sosok gadis yang menegang di tempat tampak menatapnya dengan tatapan tak percaya.

"K-kamu,  Om?" ucap gadis itu terbata-bata. Matanya membulat sempurna dengan jari telunjuk mengarah ke arah Juan.  Gadis yang tak lain adalah Dara tercengang di tempat saat matanya menatap Juan shock.

"D-dara?"  Juan yang tak mau kalah ikut menampilkan ekspresi shock dan tidak percaya seolah tidak mengetahui jika Dara bekerja di kantornya. "Kamu ngapain di sini?  Kamu ngejar aku sampai di sini?" cecar Juan. "Kamu tenang saja Dara, aku pasti enggak akan lari. Kamu enggak perlu kejar aku," kata Juan sambil tersenyum lebar.

"Aku bekerja di sini," beritahu Dara dengan tampang datar.

Juan tersenyum tipis menatap Dara dari ujung kaki ke ujung kepala membuat gadis itu segera menutup bagian dadanya saat Juan menghentikan  tatapannya pada bagian itu.

Benak pria itu sudah mulai meraba dan berpikir jika ukuran Dara mungkin sudah lumayan besar.

"Kamu bekerja di sini?" Juan melebarkan matanya. "Kamu yakin? Sejak kapan?  Kok, aku baru lihat kamu hari ini?" cercanya pura-pura.

"Bukan urusan bapak,"  sahut Dara ketus. Gadis itu kemudian berbalik berniat untuk pergi. Tujuannya ingin membersihkan ruangan ini ia urungkan.

"Ah, sebagai pekerja di kantor ini, ada baiknya kamu segera bersihkan ruangan ini,"  titah Juan dengan nada bossy. "Tolong, urusan pekerjaan jangan digabungkan dengan urusan pribadi. Kamu bisa bersihkan ruangan saya,"  ujarnya.

Tentunya dengan gaya yang ia buat se-elegan mungkin, Juan melangkah ke kursinya dan duduk dengan gaya angkuh layaknya bos besar yang tidak bisa dijangkau. Pria itu menghidupkan laptopnya dan pura-pura fokus pada layar putih tersebut seolah ia tidak peduli dengan kehadiran Dara di ruangannya.

Sementara Dara sendiri yang bertanggungjawab untuk kebersihan lantai tempat bos berada akhirnya mulai bekerja tanpa memedulikan kehadiran Juan di dalam ruangan yang sama.

Perempuan itu tentu saja merasa syok dan terkejut tidak menyangka jika pemilik ruangan yang selalu dibersihkannya beberapa waktu ini ternyata mantan suaminya.

"Dunia terlalu sempit," gumam Dara, dalam hatinya.

Dara mulai membersihkan debu hingga paling sudut ruangan. Gadis itu terlalu fokus membersihkan setiap sudut ruangan yang sebenarnya sudah bersih. Namun, tidak ingin membuat dirinya berada dalam kesulitan menghadapi bos yang katanya terlalu perfeksionis,  Dara dengan pasrah membersihkan lagi dan lagi hingga bersih kinclong.

Dara tidak sadar jika sejak tadi Juan terus menatap ke arahnya. Dara bahkan tidak tahu jika Juan diam-diam merekam aktivitas Dara dengan ponselnya dan bahkan mengambil beberapa gambar Dara tanpa diketahui oleh gadis itu.

"Kamu semakin cantik semakin dewasa, Dara. Beruntung banget aku jadi suami kamu," ujar Juan, menatap Dara.

Pria itu segera menegakkan tubuhnya saat melihat Dara yang sudah menyelesaikan pekerjaannya.

"Ah, saya mau kamu membelikan saya air mineral. Saya butuh air mineral sekarang."

Tiba-tiba saja Juan bersuara, membuat Dara yang akan keluar segera menghentikan gerakannya.

Tatapan gadis itu langsung tertuju pada wadah minuman elektronik yang berada tak jauh dari posisi meja Juan.

"Bukannya bapak sudah disediakan air mineral?" Tatapan gadis itu kini beralih menatap Juan.

"Itu airnya sudah beberapa hari yang lalu." Juan terlihat mengeluarkan dompetnya dengan selembar uang pada Dara. "Kamu belikan ini. Saya sudah ingin air putih," kata Juan.

Meski dengan wajah cemberut pada akhirnya Dara tetap mengambil uang tersebut untuk dibelikan minuman.

Om Playboy itu suamiku {TERBIT}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang