Part 4

44.3K 772 13
                                    

Serena duduk di pangkuan Lucas seperti biasanya. Membawakannya makan siang, juga minuman yang Lucas suka.

"Kenapa marah-marah sih? Terus kenapa kamu pekerjain Clara?"

"Aku nggak suka urusan pribadiku di campuri. Kamu tahu itu kan?"

"Aku calon istri kamu Luc!"

"Sayang, aku mohon jangan bahas ini. Aku hanya memperkejakan dia. Bukan pacaran dengannya. Jangan kekanakan. Okey?"

Serena terdiam sambil mengangguk. Ia lalu memeluk dan mencium calon suaminya tersebut dengan mesra. "Aku sayang sama kamu. Kamu nggak akan hianatin aku kan?"

"Yang mau menikah sama aku siapa sih? Kamu kan sayang? Jangan curigaan lagi. Aku sayangnya cuma sama kamu. Aku cuman mau kasih perempuan sombong itu pelajaran dan pekerjaan. Lumayan buat pembantu kita pas udah nikah nanti." Kekeh Lucas.

Lucas terus mencoba meyakinkan. Sedangkan Serena percaya saja. Lucas terlalu mempesona. Ia bisa menjerat siapa saja dengan bualannya. Tidak pernah ada yang bisa membedakan. Kapan ia serius, kapan ia sedang membual. Termasuk perkataannya saat ini.

"Yaudah aku pulang."

"Nggak mau main dulu?" Lucas mencubit pantat kekasihnya dengan gemas.

"Aku lagi datang bulan."

"Ini bulannya? Are you serious? Aku nggak dapat jatah dong?"

"Kamu mesum banget! Aku bilangin papa ni?!"

"Bilangin aja, lagian papa kamu udah terlanjur sayang sama menantunya yang tampan ini." Kekehnya percaya diri. Lucas langsung mengecup leher, serta bibir kekasihnya dengan lembut.

"Aku pamit ya sayang? Aku cuman antar makanan. Jangan terlalu lelah."

"Siap baby." Serena mengecup bibir Lucas sebentar, lalu berpamitan pergi. Wanita itu meninggalkan ruangan. Setelahnya, Lucas membuang makanan itu seperti biasa.

"Mencintai satu wanita? Bukan Lucas namanya!" Kekehnya sembari keluar ruangan. Saatnya bermain-main dengan Clara. Beraninya wanita itu tidak menurut! Pikir Lucas gerah.

****

Clara menangis dan termenung di rooftop perusahaan Lucas. Sudah berjam-jam ia bersembunyi di pojokan, sambil memandangi indahnya kota Jakarta sore ini.

Clara lapar sekali. Ia hanya sarapan bersama Lucas, sedangkan untuk makan siang belum sama sekali. Biasanya jika mau makan ia tinggal memerintah pembantunya. Atau memesan makanan sesuka hatinya. Tapi sekarang? Membeli sepotong roti saja ia tak sanggup.

Hari juga sudah beranjak malam. Bagaimana kalau ia sendirian di atas sini? Bagaimana kalau perusahaan tutup dan ia terkunci? Bagaimana kalau Lucas nggak peduli? Bagaimana kalau ada hantu? Pikiran-pikiran buruk terus menghantuinya. Ia pun kembali menangis. Terisak sambil memegang perutnya yang terasa lapar.

"Cla! Ayolah, aku lelah mencarimu. Ini tempat terakhir yang menjadi harapanku. Keluar!" Lucas berteriak.

Clara masih tak berani bergerak. Ia semakin mengeraskan tangis. Lucas pasti akan memarahinya bukan? Clara takut. Hingga sebuah tangan menjitak kepalanya.

"Ngapain sembunyi di sini? Nangis lagi!"

"Jangan marah Lucas, aku takut." Ujarnya sembari menunduk. Lucas pun mendesah frustasi. Semanja ini sosok Clara yang sebenarnya? Namun melihat mata bengkak Clara dan wajah pucatnya, Lucas jadi tak tega.

"Ayo pulang." Lucas menggendong tubuhnya ala brydal style. Clara menurut saja sambil memeluk erat leher Lucas.

"Jangan marah."

"Apa nada bicaraku terlihat marah? Aku mencarimu seharian. Lain kali jangan main petak umpet lagi. Lagian kamu nggak laper?" Lucas mencoba lembut.

"Laper. Tapi aku takut kamu marah."

"Maaf." Lucas sedikit terkekeh. Betapa menggemaskannya wanita ini. Membuat miliknya tegang saja.

Lucas menggendong Clara sampai ke ruangannya. Suasana kantor juga sudah sepi karena karyawan sudah pulang. Hanya ada Lucas dan Clara disana.

Lucas membuat Clara duduk di atas sofa ruangannya. "Aku udah pesan makanan. Ayo makan! Aku juga kelaparan karena mencarimu."

Clara meraih sendok itu dengan gemetar. Sebenarnya ia tidak enak harus meminta makan kepada Lucas seperti ini. Lucas benar. Ia tidak tahu malu.

"Aku akan bekerja dengan baik mulai besok."

"Nggak usah. Kamu beresin rumah aja. Di rumah aja."

"Tapii... "

"Kamu siapkan sarapan, makan siang dan malam untuk kita. Aku nggak mau main petak umpet lagi." Ujarnya tak terbantah.

Clara mengangguk saja. Ia lalu melanjutkan acara makannnya dengan lahap sekali. Ia benar-benar kelaparan karena bersembunyi seharian. Mulutnya penuh dan terus mengunyah.

Dan ya...! Hal itu membuat Lucas tak tahan ingin menerkamnya. Entah kenapa sikap polos Clara selalu menguji imannya. Hanya makan dengan mulut penuh saja membuat pertahannan Lucas goyah. Clara terlalu menggoda

"Ada saus di bibirmu." Ujar Lucas acuh tak acuh. Sebelum Clara sempat mengusapnya, Lucas lebih dulu memagut bibirnya.

"Bercinta disini sepertinya seru!" Bisiknya sensual, sembari merobek pakaian Clara seperti biasa.

"Aku rindu dijepit milikmu!"

Lucas (Cinta dan Gairah)  [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang