Part 7

35.7K 368 18
                                    

Lucas melotot ketika melihat kemejanya bolong beberapa potong. Beberapa kaos yang ia punya juga melar dan luntur. Padahal kaos yang ia punya sekelas Gucci. Masa iya luntur? Seketika ada satu nama yang sudah pasti menjadi dalangnya.

"Clara!" Teriaknya kencang.

"Dia itu nggak becus sayang! Kamu usir aja kek? Ngapain di pertahanin?"

"Aku cuman kasian. Dulu papanya baik banget sama aku. Itu aja, hanya sebagai rasa kemanusiaan. Dia masih kecil, umurnya aja masih dua puluhan sayang. Mau jadi apa dia di luar sana?" Elaknya mencari alasan.

"Kalau kerjanya begini terus?"

"Memang wanita itu menyebalkan sekali!"

Lucas pun berdecak kesal. Belum selesai kemarahannya, Lucas kembali di hadapkan dengan kemarahan lainnya. Ia mencium bau gosong, serta suara gaduh yang terdengar dari arah dapur. Pria itu kembali mengacak rambutnya dengan frustasi.

"Apalagi itu!" Ujar Lucas frustasi. Serena tersenyum senang melihat Lucas marah. Padahal Serenalah yang sudah merobek semua pakaian itu.

"Kamu akan segera pergi! Mengganggu hubungan orang saja." Pikir Serena kesal.

Setelah menghampiri sumber suara, Lucas menemukan keadaan dapur yang begitu berantakan. Clara terlihat sedang mengaduk sop di sisi kanan kompor, sedangkan sisi lain ia pakai untuk menggoreng ayam yang terlihat masih mentah dan berlendir. Lagi-lagi wanita itu menangis dengan tangan memerah karena terkena letupan minyak.

"Kamu bisanya apa sih? Udah numpang tapi bikin masalah. Baju aku bolong semua karena setrikaan kamu. Terus kamu mau bikin rumah aku kebakaran?"

Lucas mematikan kompor. Ia semakin marah melihat sayur sop yang begitu acak-acakan. Kentangnya saja tidak di kupas.

"Astaga Clara!" Bentak Lucas.

Clara menangis sambil menunduk. "Aku sudah berusaha. Pakaian kamu nggak ada yang bolong kok. Semuanya rapi, semalam aku setrika dengan hati-hati." Ujarnya sambil menyeka air matanya.

"Kamu aja yang kerjanya nggak bener! Sadar diri dong! Diusir baru tau rasa kamu!" Sahut Serena mengompori.

"Tapi aku udah berusaha kok. Baju itu nggak bolong. Aku mengerjakannya dengan hati-hati!" Clara semakin terisak.

Lucas menarik nafas panjang melihat beberapa luka bakar di lengan Clara yang terlihat memerah. Mungkin terkena setrika atau panci. Wajah wanita itu juga memucat. Membuat hati Lucas luluh dan iba.

"Sini, aku obati tangan kamu." Lucas meraih lengan Clara dengan lembut.

"Lucas!" Sela Serena.

"Kamu nggak lihat dia luka?" Bentak Lucas dan Serena terdiam. Clara tersenyum smirk sembari memeluk Lucas secara tiba-tiba.

"Jangan marah. Aku sungguh sudah berusaha. Aku..."

"Aku nggak marah. Ayo aku obati." Potong Lucas, sembari mengusap kepala wanita itu dengan lembut. Jika tak ada Serena, mungkin Lucas akan mencium bibirnya.

Lucas membawa Clara ke sofa ruang tengah, juga mengambil beberapa saleb luka. Ia mengoleskan saleb itu sambil meniupinya pelan.

Clara terus terisak dengan menampakkan wajah menyedihkannya. Tentu untuk mendapat perhatian pria tampan tersebut. Clara tahu Lucas masih menyukainya. Bahkan mencintainya.

"Hiks.. sakit... "

"Nanti sembuh Cla, aku akan bawa kamu ke Dokter kulit agar lukanya tidak membekas."

"Lucas, emang perlu banget kamu perhatiin dia kaya gitu?"

"Aku paling benci wanita kekanakan."

"Dia juga kekanakan, manja!"

"Umur kamu berapa Serena? Umur Clara berapa? Mikir kamu! Udah pergi sana, kamu harus kekantor kan?"

Clara memeluk Lucas lagi sambil menjulurkan lidahnya ke arah Serena. Kali ini ia menang telak. Clara juga yakin si licik Serena yang sudah merobek pakaian Lucas untuk memfitnahnya.

Serena pun pergi dengan dengusan kesal. Tatapannya kepada Clara sungguhlah tajam. Dan Clara mengabaikannya. Ia hanya terus mengeratkan pelukan.

"Udah puas peluknya?"

"Aku kangen papah. Biarkan seperti ini sebentar. Hidupku terasa sulit sekali."

Lucas mendesah. Karena mobil Serena terdengar nyaring meninggalkan rumah, Lucas langsung mengangkat Clara kepangkuannya.

"Kamu tidak marah kan?" Tanya Clara.

"Tidak. Kamu lelah kan? Istirahatlah."

"Aku boleh tidur di pelukanmu?"

"Apa ini pertama kalinya?"

Clara tersenyum manis mendapat jawaban itu. Benar kan? Lucas akan luluh melihat kesengsaraan dirinya. Lucas masih mencintainya!

Clara tak menyia-nyiakan kesempatan. Ia menenggelamkan diri di pelukan Lucas. Ia memejamkan mata dengan nyaman, dan mendekap pria itu erat agar tak pergi.

"Jangan marah lagi Lucas, aku cuma punya kamu sekarang. Hanya kamu." Lirihya pelan, lalu terlelap ke alam mimpi.

Lucas (Cinta dan Gairah)  [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang