"Sakura jawab pertanyaan didepan." Sakura berdiri dari kursi lalu maju ke depan untuk mengerjakan tugas.
"Bagus... Kau benar, seperti biasa sakura kau adalah murid andalan disekolah ini." Puji guru itu kepada sakura, sakura tersenyum hangat dan kembali ke tempat duduknya.
"Ayo anak-anak kita kerjakan...."
Tringgg tringggg....
Bel sekolah mulai berbunyi tanda berakhirnya suatu kegiatan, seluruh murid keluar dari dalam kelasnya menuju parkiran motor.
Begitu juga dengan sakura, ia tengah merapikan buku serta alat tulis untuk dimasukkan kedalam tas."Gimana perasaan loe, saat loe dipuji tadi?" Geng tenten menghampiri sakura sedang ino sudah terlebih dahulu keluar kelas karena sudah dijemput oleh supir pribadinya.
"S-senang." jawab sakura menunduk.
"Menjijikan, loe seneng dipuji gitu karena loe ngerasa pinter, padahal loe itu culun, cupu, lemah, idiot."
"Mening loe keluar dari sekolah ini!" Perkataan tenten membuat hati sakura sakit, ada apa dengan mereka semua mengapa tak ada satupun murid yang menerima sakura disini.
"Karena loe tau kan, kelas kami semua malu punya loe!"
Sakura tetap menunduk lalu dengan sengajanya tenten mendorong bahu sakura kencang dan akhirnya sakura jatuh ke lantai.
Sakura tak menangis, dirinya masih kuat untuk menerima segala cacian, karena jika ia mengikuti saran tenten untuk pindah sekolah, itu tak mungkin.
Sakura tak mau membebani keluarga kecilnya, sakura tinggal berdua dengan ibunya mebuki sementara ayahnya sudah meninggal terlebih dahulu, ibunya mebuki pun kini sering sakit-sakitan membuat sakura harus bekerja sampingan dengan menjadi pelayan sebuah toko kue milik paman obito.Sakura bangkit dari tempatnya terjatuh, kelas mulai sepi satu persatu murid sudah pulang, kini tinggal sakura yang menuju ke tempat parkiran untuk mengambil sepeda mini nya.
Parkiran....
Sakura mengambil sepedanya lalu mulai pergi keluar gerbang sekolah, cuaca semakin mendung, jarak rumahnya pun masih jauh.
Hujan datang sangat deras hingga membuat seragam sekolah gadis pink itu basah, sakura tetap menggoes laju sepeda mini nya, tidak ada waktu lagi jika harus berteduh sedang jam waktu kerjanya sudah ingin dimulai setengah jam lagi.
Sakura sudah terbiasa melawan arah cuaca, panas maupun dingin baginya itu bukan hal yang berat selagi dirinya masih dalam keadaan sehat fisik sakura tak akan pernah berhenti untuk bekerja serta membeli seluruh peralatan sekolah.
Dialah sakura gadis tangguh walau kenyataannya ia tetap anak gadis, di dirinya ada rasa rapuh, ia selalu pergi berziarah ke makam ayah kandungnya untuk menceritakan semua keluh kesah yang terjadi, seakan disemangati sakura bangkit dan tersenyum kembali.
Senyuman sang mentari.
"Ah hujannya semakin deras." Ucap sakura menengadah kearah langit-langit yang mendung.
Hingga akhirnya sakura sampai ke rumahnya, rumah kecilnya rumah dimana seluruh kenangan tentang mendiang ayahnya selalu terlintas didalam fikiran sakura, sakura memakirkan sepeda disamping pohon dengan rumahnya, ia masuk ke dalam rumah.
"Ibuuu.. Ibuu..." Sakura berteriak memanggil ibunya, tak ada jawaban hanya kesunyian, sakura mengerti pasti ibunya sudah pergi untuk berangkat bekerja sekarang.
Sakura dan mebuki sama-sama wanita kuat, mereka bekerja untuk kepentingan diri.Ceklek....
Kamar bernuansa pink dengan harum bunga sakura tercium oleh hidungnya, segar ungkap sakura sesaat dirinya mandi untuk menyengarkan diri, selepas mandi ia berganti baju menjadi baju tempat dimana dirinya bekerja selepas itu seragam sekolahnya ia keringan didalam mesin cuci untuk dipakai esok hari.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Culun My GirlFriends
FanfictionHaruno Sakura seorang gadis berkecamata dengan surai pink diikat dua membuat dirinya diledeki sebagai seorang gadis culun disekolah. walau begitu dirinya sangat pintar dalam mengerjakan tugas, Yamakana Ino adalah sahabat satu-satunya yang ia punya...