"Gun, gue nggak lihat lo kemarin... Lo kemana aja? Kata manager restoran katanya lo cuti? Apa lo sakit, Gun? Kenapa lo nggak bilang-bilang gue? Lo udah ke dokter belum? Harusnya kalau sakit lo bilang aja, biar gue antar lo ke dokter. Gue itu khawatir banget sama lo."
Baru saja Gun, masuk ke dalam restoran tempat ia bekerja part time, pria manis itu sudah dibondong banyak pertanyaan oleh oknum bernama Joss Way-ar.
Ia hanya menghela napas, sebelum akhirnya menjawab. "Sori, Joss. Gue kemarin emang sengaja ngambil cuti, bukan karena gue sakit kok. Lo bisa lihat sendiri, kan kalau gue baik-baik aja? Makasih lho, udah khawatir sama gue. But, everything it's ok. Gue sehat-sehat aja."
Joss menatap kaget, "Lah? Maaf, gue kira lo sakit. Soalnya nggak bisanya seorang Gun Atthaphan tiba-tiba minta cuti. Tapi, apa alasan sebenarnya kalau bukan karena sakit?"
"Emm... Gini... Kemarin gue ke mansion keluarga Adulkittiporn." Gun ragu-ragu menjawab. Entah apa reaksi Joss, yang terpenting ia sudah jujur kepada teman yang satu itu.
"HAH?!" Joss setengah berteriak, menarik atensi beberapa pengunjung. "Maaf." ucapnya, karena merasa telah membuat keadaan restoran sedikit ricuh.
"Lo, serius?" ucap Joss, kali ini setengah berbisik. "Jangan-jangan lo beneran jadi tutor Tuan Muda Off?"
Mau tak mau Gun menganggukkan kepalanya. "Ya gitu deh..."
"Lo--"
Belum sempat Joss selesai berbicara, Gun sudah lebih dulu menyela. "Please, Joss. Gue tahu lo khawatir, takut kalau gue kenapa-kenapa kan? Karena lo pikir Off itu orang kurang ajar yang bisa nyakitin gue? Itu kan, alasan lo keberatan kalau gue jadi tutor dia?-
Tapi... gue saat ini, benar-benar nggak punya pilihan lain lagi selain menerima tawaran dari Nyonya maupun Tuan Adulkittiporn. Juga, ini permintaan Profesor gue. Dan lo tahu sendiri, gue cuma pekerja part time di sini. Dan gaji yang gue terima setiap bulannya... Ya, sebenarnya cukup.-
Tapi sekarang biaya sewa apartemen gue naik. Dan, gue lagi butuh uang lebih. Dipikir-pikir, gaji yang gue terima dari Nyonya dan Tuan Adulkittiporn untuk hasil tutor bisa menutupi kebutuhan hidup gue. Apalagi juga, setelah bunda meninggal... Dia meninggalkan banyak hutang, dan gue harus bayar itu setiap bulan..."
Pria manis itu menunduk, menyembunyikan wajah sendunya. Selama ini, ia sudah berusaha terlihat tegar. Namun apa daya, tidak dapat dipungkiri bahwa ia sangat menderita dengan kehidupannya saat ini. Wajah yang terlihat tegar itu, sebenarnya memiliki hati yang rapuh.
Joss menepuk pelan pundak Gun, dan mengusap punggung kecil itu dengan pelan. "Gue tahu itu, Gun... Memang seharusnya lo terima pekerjaan itu, sejak awal gue udah salah. Gue nggak punya hak apa-apa, untuk ngelarang lo. Sorry."
"Gak, lo nggak salah... Makasih untuk selalu perhatian dan khawatirkan gue. Joss, gue bersyukur banget tahu punya teman kayak lo. Yang selalu ada disaat gue senang, maupun sedih. Makasih banyak, ya." Gun tersenyum, walau air matanya masih sesekali menetes.
.
.
.
.L . O . V . E . A . T . T . A . C . K
.
.
.
.
"Jancuk! Ngapain lo ngikutin gue terus dari tadi?!"
"Dih, siapa yang ngikutin lo? Jangan mimpi!"
"Heh! Kalau nggak ngikutin, ngapain lo dari tadi jalan di belakang gue?! Tadi, gue pergi ke kantin, lo juga ke kantin! Gue ke perpus, lo juga ke perpus! Terus nanti lo juga mau ngikut gue yang mau boker di toilet, gitu?!"
KAMU SEDANG MEMBACA
OFFGUN : Love Attack!!! [Hiatus]
FanficApa jadinya jika seorang mahasiswa terpintar harus berurusan dengan sosok idola kampus yang angkuh, dan playboy? Awalnya, mereka saling acuh. Namun, ternyata satu hati sudah terlebih dulu merasakan sebuah cinta yang kuat di hatinya. Gun Atthaphan te...