SICK

302 22 4
                                    

Menunggu. Menunggu adalah sesuatu yang paling dibenci dan dihindari oleh Adinata. Hampir 3 jam lamanya ia duduk menunggu di koridor Rumah Sakit dengan Zidan yang sudah sampai 2 jam lalu. Mereka tidak langsung memberitahukan ini kepada anak-anak BangPink, yang ada semuanya akan terbang ke Jepang dan melalaikan pekerjaan mereka. Big no, Zidan dan Ady gamau merepotkan yang lainnya.

tepat pukul 1 dini hari mereka masih terjaga, menunggu tim medis yang menangani Lisa keluar ruangan yang bernama ICU tersebut. Meski sangat terlihat dari raut wajah kedua pemuda itu yang kelelahan, mereka berusaha untuk tetap terjaga menunggu kabar baik atau malah buruk dari dokter yang menangani Lisa. Kedua pemuda itu hanya saling terdiam dengan pikiran yang entah memikirkan kemungkinan-kemungkinan.

" apa sih yang dilakukan mereka, bisa sampai 3 jam seperti ini huh!? butuh waktu berapa lama menangani satu pasien, Haish!!! " Umpat Zidan yang sudah tidak sabar

" apa boleh di rumah sakit membuat kegaduhan Zi? " sahut seorang pria berjas putih yang baru saja keluar dari ruangan ICU tersebut.

Mereka kompak menatap sang pria dengan ekspresi terkejut, dia adalah sosok pria yang sangat tidak asing bagi Zidan apalagi Ady. Dia adalah sahabat karib Zidan yang merupakan Kakak sepupu dari Ady.

" Lo zam/ Kak Izam? " Zidan dan Ady kompak memanggil bersamaan, sedangkan yang dipanggil hanya tersenyum kecut

" Jadi, lo yang nanganin Lisa zam? " tanya Zidan

" hm. Aku sedang ada shift malam dan tadi memang kebetulan sedang di ruang ICU." Jawab Izam sembari memasukkan stetoskop kedalam saku jas kedokterannya.

" Kak gimana kondisi Lisa? " tanya Ady dengan mimik khawatirnya

Tanpa menjawab pertanyaan adik sepupunya itu, Izam hanya menepuk bahu Ady dan menganggukkan kepalanya, kemudian dia beralih ke teman sebayanya " ikut keruangan gue Zi, ada yang perlu gue omongin" berlalu jalan yang diikuti oleh Zidan

" apakah saya bisa menemuinya sus? " tanya kepada suster yang baru saja keluar.

" tentu tuan. Tapi tidak sekarang. Biarkan pasien beristirahat dengan cukup dulu."

" baiklah" balas Ady. Guratan kekecewaan tampak sangat jelas diwajah tampannya, dia kecewa tidak dapat melihat dan segera menemani kekasihnya itu yang berada di dalam.

Izam mundudukkan bokongnya di kursi pada ruangannya sembari menyandarkan punggungnya, kedua matanya terpejam erat, raut lelah tak dapat ia tutupi dari wajah animenya. Pekerjaan menjadi seorang dokter tidaklah mudah, apa lagi saat ia menangani orang yang ia kenal, yang bisa menjadi beban tersendiri.

" Zam.. " gumam Zidan

" ini adik lo yang lo bilang? parah Zi, keadaan adik lo parah. lo tau di bahkan sampe mati rasa di kakinya itu, dan memar-memar efek dari hemofilia makin banyak, gue gabisa mastiin langsung jadi lebih baik adik lo di rawat dulu disini." jelas Izam

***

Lisa melenguh kecil sesaat setelah seorang pria membuka tirai ruangan tersebut membuat cahaya matahari menerobos masuk ruangan dan mengenai wajahnya. Lisa perlahan membuka kelopak matanya, dihadapi dengan langit-langit ruangan sembari mngerutkan keningnya.

Aroma khas obat-obatan menyeruak memenuhi rongga hidungnya. Mengangkat kedua tangannya dan mendapati selang infus tertancap dipunggung tangan kanannya.

" sudah bangun, lis ?" tanya seorang pria sembari melipat kedua lengannya dan menatap lisa kesal

Tentu Lisa terkejut. Terkejut saat mendapati seorang pria bersurai legam dengan tatapan tajamnya yang menghunus langsung ke tatapan mata Lisa, yang ternyata pria itu juga yang membuka tirainya. Lisa baru ingat

Our Little Girl ( HIATUS) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang