[Special Chapter] - AYCE

764 69 24
                                    

Note : Ini adalah selipan cerita dari chapter 21. Iya, yang sama Wawan makan AYCE.

For Kim Wonpil, Happy Birthday! 🎉

Enjoy reading!

-----------------------------------------------------------

...Paling lucu lagi waktu gue liat dia lagi telponan sama nyokapnya. Kalo gue lagi ditelpon Mama, biasanya gue menyebut diri ini dengan panggilan "Kakak". Kalo Wawan, dia nyebut dirinya dengan panggilan "Dede". -Arina Rarasati, 2019.

----------





Asap-asap tipis memenuhi ruangan restoran menyambut kedatangan gue dan Wawan, aroma daging panggang tercium wangi bikin gue makin tergiur ingin segera makan. Warna lampu yang tak terlalu mencolok mata dan iringan musik khas negara Korea Selatan membuat gue ikut terbawa suasana. Atmosfirnya persis seperti berada di negara ginseng meskipun gue cuma tahu itu dari tontonan vlogger di Youtube.

"Rin, mau diambilin minum gak?"

"Boleh deh, Wan. Lemon tea sama Akua ya!"

"Sip!" kemudian dia beranjak dari kursinya selagi menunggu daging yang baru aja dipanggang. Terdapat spicy bulgogi dan wagyu yang ditaruh di atas tungku pemanggang dengan api sedang.

Gue mulai menata piring-piring yang terisi penuh dengan daging mentah, HP Wawan yang sengaja ditinggal di seberang sana menyala pada bagian layarnya. Meja ikut terasa bergetar yang gue yakin sumbernya berasal dari alat komunikasi jarak jauh itu. Penasaran, gue iseng melirik dengan setengah berdiri.

"Oh telepon..."

Awalnya gue acuh membiarkan HP itu terus berdering. Namun ternyata gue terkejut ketika melihat nama kontaknya, "Mamah Dede."

Pikiran gue langsung mengarah ke tokoh pendakwah yang terkenal itu, yang sering seliweran di TV tiap pagi. Yang kadang jadi bahan rebutan remote TV antara gue sama Mama karena gue lebih milih nonton kartun ketimbang ceramah. Kalo betulan, keren banget kalo Wawan bisa punya koneksi dengan beliau.

"Nih Rin Akua.... Eh? Nyokap nelpon!"

Oh, ternyata itu Nyokapnya. Haha. Dugaan gue salah sepenuhnya. Tapi kok namanya Mamah Dede?

"Hmm, iya Wan. Sorry gue lupa manggilin. Hehe."

"Wait ya, Rin. Haloooo?" raut wajah cerianya menguar. Suaranya mendadak berubah jadi lebih lembut dan pelan.

"Mah, ada apaaa? Dede lagi makan nich. Iyaaa lagi libur..."

Setelah menyebut nama "Dede" sekilas dia melirik ke arah gue sambil tersenyum malu. Mamah Dede yang dimaksud tuh "Mamah"-nya Dede, alias Mamah Wawan. Dede itu nama panggilannya kalo di keluarganya. Oke ini too much information buat gue.

Dengan manja dia berbicara, "Dede gak bisa pulang nanti malem, soalnya besok masuk pagi. Ini juga kemaren Dede pulang malem, Mah."

Mana image Dewantara Wiryawan yang selama ini terkenal dengan banyolnya yang kelewatan dan sangarnya itu? Gue gak menemukannya di sini. Yang ada malah manja, penuh kelembutan, dan yang gak kalah menarik... Logat Sunda. Ini beneran Wawan bukan, sih?

Geli mendengar kata "Dede", gue menahan tawa selagi membolak-balik daging yang hampir matang menggunakan sumpit. Saking gelinya, gak sengaja sumpit yang berada di tangan ikut jatuh ke pemanggang karena licin. Wawan yang melihatnya memberi kode dengan menunjuk ke arah gue untuk diam. Tak berhenti, dia juga yang mengambil sumpit yang jatuh tadi menggunakan salah satu sumpit di tangannya.

[2] THE FUTURE - SEQUEL "THE ANNOUNCERS" ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang