29. Tersenyumlah

736 123 26
                                    

Arina Rarasati POV

Telinga gue berdengung nyaring sewaktu kepala ini merasakan nyeri yang gak kunjung menghilang. Justru semakin menguat, seakan kepala gue lagi ditekan. Pandangan gue jadi kabur dan terus mengerutkan dahi.

'Wan...Mas....?' batin gue berhasil menemukan potongan dua nama dari obrolan yang gak sengaja lewat di pikiran gue. Nama itu terus terngiang dalam situasi yang berbeda-beda.

Sekarang gue diajaknya masuk ke salah satu situasi yang mungkin pernah gue alami sebelumnya.

-----------

"Thank you and sorry, Rin."

Gue harusnya langsung tampar dia saat itu juga. Berani-beraninya orang ini udah rebut apa yang gue jaga selama ini.

"Arina."

Gue kenal suara itu. Gak, gak mungkin dia liat ini. Tapi siapa dia?

"Mas, Mas dengerin aku dulu."

Mas? Mas Brian? Mas Jen? Siapa?

"Apa maksud lo, Wan?"

Wan? Nama ini kayak pernah gue denger sebelumnya.

"Mas Yayan."

Dia! Dia nama yang pengen gue sebut di depan Mas Brian tadi pagi.

"Maksud gue? Gue suka sama Arina, dan dia tahu itu, Bang."

Kenapa? Kenapa lo harus bilang gitu di depan dia?

"Rin? Bener yang dibilang dia?"

"Mas, aku gak bermaksud sembunyiin ini dari kamu. Ini gak seperti apa yang kamu pikirin, Mas."

"Kenapa? Kenapa kamu gak jujur, Rin? Kamu sembunyiin apa dari aku?"

Mas Yayan itu makin mendekat ke arah orang laki-laki yang dipanggil Wan? Wajahnya kok si Dewantara? Hah? Ini yang disebut namanya Wan..... Huh? WAWAN?

"Mas! Mas Yayan! Aku akan jelasin ke kamu! Berhenti, Mas!"

Wajah Mas Yayan kenapa mirip sama Mas Brian? Bentar.... MAS YAYAN? Mas Brian itu Mas Yayan?

"RIN! ARINA! BANGUN RIN!"

Gue sempat melihat Mas Yayan dan Wawan yang panik. Sekeliling pandangan gue terlihat blur. Gue udah gak bisa ngomong dan cuma bisa bicara dalam hati, 'Mas, jangan berantem sama Wawan.....'

----------












BEEP..............................












Suara dengungan di telinga yang dari tadi memenuhi kepala ini perlahan menghilang, mata gue masih terpejam. Jantung ini berasa mau copot, cepet banget tempo degupnya.

Kejadian itu—seharusnya gue nunggu Mas Yayan jemput buat ketemu orang tuanya di rumahnya. Seharusnya gue gak duduk sama Wawan di sana. Seharusnya gue berhasil misahin Mas Yayan dan Wawan.

[2] THE FUTURE - SEQUEL "THE ANNOUNCERS" ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang