5. Perasaan apa ini?

31 4 32
                                    

💕Happy reading 💕

*****

Motor yang ditumpangi Misha berhenti di depan gerbang rumah yang besar. Dia melepaskan helm yang masih melekat di kepalanya.

"Ren, makasih ya udah mau nganterin," kata Misha sambil menaruh helm itu di jok belakang.

"Gak usah makasih haha. Kan kita satu komplek. Oh iya, hampir lupa. Bang Yuang nitip salam buat Bang Teza," ucapnya sambil naik lagi ke motor miliknya.

"Oke, nanti gue sampein," jawabnya sambil tersenyum manis dan mulai memasuki rumah temannya.

"Udah gitu doang?"

"Eh? Terus mau apa lagi?" tanya Misha yang kebingungan dengan tingkah pacarnya hari ini.

"Gak jadi deh, nanti aja," ucapnya lagi.

"Ih gitu ya. Gaje banget sih beb hari ini. Yaudah, sana pulang! Awas jangan ngebut di jalanan," pesan Misha sebelum kembali melanjutkan langkahnya.

"Ashiap beb laksanakan!"

Setelah kepergian Rendy, Misha masuk ke kediaman rumah temannya. Sebenarnya, dia tidak akan kerja kelompok. Tapi, mereka hanya berkumpul saja. Sudah lama mereka tidak menghabiskan waktu luang bersama-sama.

"Wah dateng juga nih. Lo abis nganu dulu ya sama Rendy makannya lama banget di depan," kata Chaca yang memicingkan matanya seolah-olah mencurigai Misha.

"Haha apaan sih otak lo mesum aja kerjaaannya. Orang gue sempet dicegat sama Abang gue. Hampir aja gak dibolehin," katanya sambil curhat pasal kejadian di parkiran sekolah tadi. Misha pun duduk di sebuah sofa, tepat di samping Diandra.

"Udah pada ngumpul semua belum nih?" tanya Alana sambil melirik semua teman-temannya.

"Si Wildzy kemana tumben banget. Biasanya dia suka gercep kalo disuruh kumpul?" Sahara menanyakan keberadaan Wildzy.

"Noh! Bocilnya dah dateng," celetuk Diandra.
Mereka terkadang sering memanggilnya dengan sebutan 'bocil' karena dialah yang paling muda diantara mereka.

"Sorry hehe. Gue pulang jalan kaki soalnya," ucap Wildzy yang duduk di sebelah Alana.

"Ok. Semuanya udah berkumpul ya mau ngapain nih?"

"Ra, biasanya di rumah Lo banyak camilan. Bagi dong! Laper nih!" ujar Chaca seperti sedang menyuruh seorang pembantu saja.

"Gue yang punya rumah gue yang di suruh," gerutu Sahara sambil berjalan menuju kulkas yang ada di dapur. Mereka sepertinya sudah menganggap rumah Sahara sebagai rumah mereka sendiri. Buktinya, mereka menyalakan televisi tanpa meminta izin dulu pada Sahara.

"Eh tau gak sih kalian?" tanya Diandra yang mengalihkan perhatian mereka yang menonton sebuah acara yang tayang di televisi.

"Tau apaan?" tanya mereka dengan

"Si Jeffery mutusin semua ceweknya anjir. Gila gak tuh?" kata Diandra lagi. Dia memang tipikal orang yang senang bergosip.

"Udah denger gue juga. Tapi gini ya, kok bisa tiba-tiba mutusin semua ceweknya. Bukannya gue ngedukung dia jadi playboy, tapi pasti ada seseorang yang buat dia kayak gini. Gak mungkin dia bertindak kayak gitu menurut gue mah ya hehe," kata Misha yang mengungkapkan sebuah pendapat dari sudut pandangnya.

Chaca hanya menyimak saja. Sebenarnya, dalam hatidia bersorak-sorai gembira. Karena, Jeffery akhirnya memutuskan semua pacarnya. Itu, artinya masih ada kesempatan dia untuk memikat hati seorang Jeffery.

97 hg: We Walk Together || 97 Line Kpop [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang